Kalau
Anda iseng-iseng mencari ‘arti sukses’ pada mesin penelusuran terbesar,
Google, Anda akan menemukan sekitar 12.800.000 hasil. Agaknya, manusia
memiliki betapa banyak arti mengenai sebuah kesuksesan. Ada yang
mengartikan sukses sebagai suatu pencapaian yang dapat dilihat secara
kasat mata seperti banyaknya gelar yang melekat pada nama, tingginya
jabatan yang disandang atau seberapa panjang digit nominal tabungan. Tak
salah memang karena tak ada definisi baku untuk kesuksesan. Relatif,
sebagaimana manusia memandangnya.
Namun sayangnya,
bermacam-macam cara dilakukan untuk disebut sebagai ‘orang sukses’. Ada
yang rela menggelontorkan uang pelicin ratusan juta demi mendapatkan
status sebagai PNS, ada yang rela melakukan apa saja demi memiliki harta
menumpuk. Tergelitik rasanya mendengar salah seorang yang saya kenal
berkata,”Nyari yang haram saja susah, apalagi yang halal!” tatkala ada
yang menegur kebiasaannya berjudi togel. Miris. Kesuksesan tak lagi
dimaknai sebagai sebuah proses melainkan hasil jadi. Yang penting
hasilnya, entah caranya bagaimana itu nomor sekian.
Harimau
mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati
meninggalkan nama. Ungkapan itu menggambarkan bahwa seseorang dikenang
melalui amal perbuatannya semasa hidup. Harta melimpah ruah pun tak akan
dibawa ke liang lahat. Bekerja keras lagi kepayahan di dunia, melakukan
apa saja hingga mengabaikan hukum Tuhan dan norma masyarakat lalu mati
dan tak membawa apa-apa selain kain putih yang membungkus badan, belum
ditambah pertanyaan “Dari mana hartamu dan untuk apa kau habiskan?” saat
dibangkitkan kelak.
Sukses mulia. Slogan yang dipopulerkan oleh motivator terkemuka Jamil Azzaini rasanya tepat menggambarkan bagaimana untuk mendefinisikan
sebuah kesuksesan. Sukses tak hanya sukses semata tetapi ada misi yang
diembannya. Mulia. Mulia dalam cara untuk mencapai apa yang diyakini
seseorang sebagai sebuah kesuksesan dan mulia dalam pemanfaatannya. Alangkah indahnya, jika manisnya sukses yang direguk di dunia diikuti dengan kemuliaan di akhirat nanti. ^^
previously posted in http://filsafat.kompasiana.com/2012/03/07/nyari-yang-haram-saja-susah/
Wah kompasianer juga ya? :)
ReplyDeleteSaya setuju dengan "kesuksesan dilihat dari proses, bukan hasil". Dan memang, tak jarang orang hanya mengejar duniawi saja sehingga harus mendapatkan hasil yang maksimal, apapun caranya. :)
Salam.
Baru tertatih di kompasiana hihi..
DeleteMakasih kunjungannya Ayu, salam kenal ya.. :)
Blognya menarik, sudah saya follow :)
saya ingat kata teman , lihat prosesnya bukan hasilnya ...
ReplyDeleteya terkadang tertipu dengan hasil hingga melupakan proses yg benar...:)
ReplyDeleteklo kalimat "nyari yg haram saja susah" menurut saya sih bukan tertipu tp sengaja menabrak, wong udah tau haram hehe..
Deletemakasih kunjungannya mas, salam
Bersyukur banget ya kita-kita jadi PNS dengan modal istiqamah, bukan uang pelicin.. hiyy..
ReplyDeleteBetul, Neng.. orang yang melontarkan kalimat seperti di judul itu gak sadar.. alibinya itu sama dengan menyekutukan Allah.. >.<"
Pakabarnya,Neng Monika? maaf lama gak BW, saya hiatus 2 bulan kemaren .. :P
Alhamdulillah bii khoir, katanya dua bulan di pedalaman kalimantan ya? *baca di grup :D
DeleteIya bersyukur ga ngeluarin duit sedikitpun buat jadi PNS :)
Sukses...hanyalah sebuah mindset, bagaimana menempatkan diri kita secara tepat. ketika kita mampu melewati kerikil demi kerikil, kita sudah menjadi pribadi yang sukses, sukses atau hasil yang berbentuk uang dll, adalah dampak dari apa yang telah kita kerjakan, nice sharing Jeng :)
ReplyDeletememang benar,,,,
ReplyDeletejarang sekali sukses tanpa mengeluarkan uang,,
pastinya semua ingin mempunyai jabatan harus mengeluarkan uang ratusan juta,
kalau orang jawa bilang sawang sinawang, atau rumput tetangga lebih hijau, sering jadi alasan untuk mengambil jalan pintas, untuk mencapai tujuan, terlihat banget pingin jadi orang lain. nice posting :D
ReplyDelete