Saat aku menulis ini, kita masih terpisah ratusan kilometer.
Kamu mungkin baru melepas seragam merah putihmu, cepat-cepat berganti dengan
baju rumah lalu berlari-lari ke lapangan sebelah rumah. Kamu bahkan tak ingat makan
jika asyik bermain, itulah salah satu penyebab sakit tifusmu tapi tetap saja
kamu susah makan. Tak heran jika badanmu kurus. Ayolah makan yang banyak, nanti
aku buatkan nasi goreng lagi untukmu. Nasi goreng yang membuatmu minta tambah seperti
saat itu. Ingat nggak dek?
Ah, pasti kamu bilang “Nggak tuh, nggak ingat,” kalau berhubungan dengan kakakmu ini atau kalau ada yang bertanya “Kangen nggak sama mbak Mon?” pasti kamu menjawab, “Nggak tuh, nggak kangen,”. Kamu memang paling gengsi kalau berhubungan dengan aku deh, huhu. Tapi tahu nggak dek aku senang banget waktu itu. Waktu kamu tiba-tiba meluk aku lama dan bilang sayang padaku, sehari sebelum aku berangkat kembali ke Jakarta. Saat tak ada orang di rumah. Eh, saat semua orang pulang dan aku bercerita kamu tak mau mengakui. Huhu. Dasar miyung *gemes.
Saat aku nulis surat ini, aku lagi kangen samamu loh. Sudah hampir dua bulan aku nggak pulang. Kangen sama adekku yang paling ganteng. Yang mirip sama aku tapi nggak pernah mau mengakui, yang sama-sama berkacamata tapi nggak mau kalau disama-samain, yang suka berantem kalau ketemu, yang udah nggak mau dicium lagi kalau ketemu. Hihi.
Ah, adekku. Nggak terasa sudah sepuluh tahun usiamu. Rasanya baru kemarin kamu lahir ke dunia ini, membuatku dan Thia nggak jadi kembang sepasang lagi. Sudah harus sholat terus ya dek, sholatnya jangan bolong-bolong dan jangan cepat-cepat ya. Ngajinya juga yang rajin ya dek, mudah-mudahan tahun ini kamu sudah bisa mengaji Al Qur’an, nggak buku Iqro’ lagi, malu dong udah gede. Hehe.
Aku ingat pernah aku bertanya padamu, “Dek, mau nggak ngasih mahkota yang indaaaaaah banget di kepala Mama Papa saat nanti hari kiamat?”, “Mau,”jawabmu lalu aku melanjutkan, “Nanti Allah ngasih mahkota sama Mama Papa kalau anaknya hafal Al Qur’an, adek mau jadi penghafal Al Qur’an nggak?” dan kamu pun mengangguk. Ah adekku, nanti kalau kamu sudah lulus SD semoga kamu mau melanjutkan ke pondok pesantren ya dek, semoga kamu kelak menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Seperti namamu, Muhammad, semoga kamu bisa meneladani nabimu dengan sebaik-baiknya. Belajarlah sebaik-baiknya sayang, kakakmu selalu mendukungmu dari jauh.
Untuk adekku tersayang, Muhammad
Hilmy Herdiansyah yang sering dipanggil Hilmy atau Miyung (Itu panggilan sayang
jadi nggak boleh protes hihi).
Ah, pasti kamu bilang “Nggak tuh, nggak ingat,” kalau berhubungan dengan kakakmu ini atau kalau ada yang bertanya “Kangen nggak sama mbak Mon?” pasti kamu menjawab, “Nggak tuh, nggak kangen,”. Kamu memang paling gengsi kalau berhubungan dengan aku deh, huhu. Tapi tahu nggak dek aku senang banget waktu itu. Waktu kamu tiba-tiba meluk aku lama dan bilang sayang padaku, sehari sebelum aku berangkat kembali ke Jakarta. Saat tak ada orang di rumah. Eh, saat semua orang pulang dan aku bercerita kamu tak mau mengakui. Huhu. Dasar miyung *gemes.
Saat aku nulis surat ini, aku lagi kangen samamu loh. Sudah hampir dua bulan aku nggak pulang. Kangen sama adekku yang paling ganteng. Yang mirip sama aku tapi nggak pernah mau mengakui, yang sama-sama berkacamata tapi nggak mau kalau disama-samain, yang suka berantem kalau ketemu, yang udah nggak mau dicium lagi kalau ketemu. Hihi.
Ah, adekku. Nggak terasa sudah sepuluh tahun usiamu. Rasanya baru kemarin kamu lahir ke dunia ini, membuatku dan Thia nggak jadi kembang sepasang lagi. Sudah harus sholat terus ya dek, sholatnya jangan bolong-bolong dan jangan cepat-cepat ya. Ngajinya juga yang rajin ya dek, mudah-mudahan tahun ini kamu sudah bisa mengaji Al Qur’an, nggak buku Iqro’ lagi, malu dong udah gede. Hehe.
Aku ingat pernah aku bertanya padamu, “Dek, mau nggak ngasih mahkota yang indaaaaaah banget di kepala Mama Papa saat nanti hari kiamat?”, “Mau,”jawabmu lalu aku melanjutkan, “Nanti Allah ngasih mahkota sama Mama Papa kalau anaknya hafal Al Qur’an, adek mau jadi penghafal Al Qur’an nggak?” dan kamu pun mengangguk. Ah adekku, nanti kalau kamu sudah lulus SD semoga kamu mau melanjutkan ke pondok pesantren ya dek, semoga kamu kelak menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Seperti namamu, Muhammad, semoga kamu bisa meneladani nabimu dengan sebaik-baiknya. Belajarlah sebaik-baiknya sayang, kakakmu selalu mendukungmu dari jauh.
![]() |
with Hilmiyung :) |
Sun sayang dari mbakyumu
yang paling cantik :p
Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY: Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra (kategori Surat untuk Saudaraku)
Wah adeknya umur berapa mbak? semoga bisa jadi Hafidz ya :)
ReplyDeleteAamiin aaminn ya Rabb :)
ReplyDeleteAmin.. amin.. amin... mengamini semua do'a tulus kakak sambil mengharap ridho-Nya.
ReplyDeleteAnak laki-laki usia sekolah dasar memang selalu gengsi menyatakan rasa sayangnya, meski tak diragukan lagi. Dan Miyung pastilah selalu merindukan mbaknya yang cantik.
Salam hangat untuk Monika dan Hilmy, ya
Tante Susindra
Aamiin.. Makasih kunjungannya mbak, salam kenal ya mbak :)
Deletewah smoga menang yah MOnik....
ReplyDeleteaamiin,smoga bisa ke pondokan dan jadi mnsia yg berguna aamiin
Aamiin ya Rabb... ^^
DeleteAyo gantian crita ttg saudaranya Annur hehe
your post is nice.. :)
ReplyDeletekeep share yaa, ^^
di tunggu postingan-postingan yang lainnya..
jangan lupa juga kunjungi website dunia bola kami..
terima kasih.. :)
Waaaaahh...gatengnye Himiyung, mau gak sama kakak? :D #eehh...
ReplyDeletemengAamiinkan doa mba, moga Miyung bisa apal alqur'an, dan mau akui kalo dia kangen ma mba..^_^
Hihi... aamiin mpok Naya,, makasih kunjungannya :D
Deletewah moga menang kontesnya hehehe. . . semoga citanya terkabul. . amiin. . .
ReplyDeleteAamiin... makasih ya :)
Delete