Kalau saja Edison memilih berhenti di percobaan ke sekian ratus,
akankah bola lampu ditemukan? Kalau saja Margaret Thatcher memilih untuk tetap
melangsungkan pertemuan yang dijadwalkan setelah mendapatkan serangan bom pada
tahun 1984 ia akan dikenal sebagai sosok yang berani? Kalau saja Abu Ayyub Al
Ansari tidak memilih berjihad di medan perang mengingat usianya yang telah
senja akankah ia mati dalam keadaan syahid di tanah Konstantinopel?
Saya percaya bahwa kita selalu memiliki pilihan, bahkan pilihan untuk tidak memilih itu sendiri.
Kita merupakan kumpulan pilihan kita, we
are what we choose. Kita memang
tak bisa memilih di keluarga mana kita dilahirkan, tak bisa memilih terlahir
menjadi manusia dengan suku bangsa apa tetapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalani kehidupan.
Kita merupakan kumpulan pilihan kita, we
are what we choose. Kita memang
tak bisa memilih di keluarga mana kita dilahirkan, tak bisa memilih terlahir
menjadi manusia dengan suku bangsa apa tetapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalani kehidupan.
Dan pilihan kita lah yang membuat perbedaan.
Saya percaya bahwa kita selalu memiliki pilihan. Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwahaa (maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya). Begitu
firmannya dalam As Syams:8. Betapa Allah Maha Adil sehingga Dia
memberi manusia kebebasan hendak dibawa kemana jiwanya dengan dua pilihan yang
diberikan, Dia tidak serta merta membuat hamba-Nya beriman atau kufur begitu
saja.
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya). Begitu
firmannya dalam As Syams:8. Betapa Allah Maha Adil sehingga Dia
memberi manusia kebebasan hendak dibawa kemana jiwanya dengan dua pilihan yang
diberikan, Dia tidak serta merta membuat hamba-Nya beriman atau kufur begitu
saja.
Pilihan lah yang membentuk
siapa kita.
siapa kita.
Kita memilih tetap berselimut atau mengambil air wudlu dan
bertahajud di malam yang dingin, kita bisa memilih bersegera dalam shalat atau
menunda-nundanya, kita bisa memilih membaca Al Qur’an atau tidak atau bahkan
tidak melakukan itu semua. Kita memilih terpuruk atau bangkit dari kegagalan,
kita bisa memilih memaafkan atau menyimpan dendam. Kita selalu memiliki
pilihan.
bertahajud di malam yang dingin, kita bisa memilih bersegera dalam shalat atau
menunda-nundanya, kita bisa memilih membaca Al Qur’an atau tidak atau bahkan
tidak melakukan itu semua. Kita memilih terpuruk atau bangkit dari kegagalan,
kita bisa memilih memaafkan atau menyimpan dendam. Kita selalu memiliki
pilihan.
Dan tentu saja, pilihan
menjadi berbeda di tangan orang yang berbeda.
menjadi berbeda di tangan orang yang berbeda.
Sepuluh juta bisa digunakan untuk membeli motor atau
komputer, sepuluh juta yang sama bisa digunakan untuk bersedekah, sepuluh juta
yang sama bisa untuk berfoya-foya. Lalu apa yang membedakan pilihan kita? Niat
dan cara. Apakah sepuluh juta yang digunakan untuk membeli komputer lebih buruk
dibandingkan dengan sepuluh juta untuk bersedekah? Belum tentu, jika dengan
komputer itu ilmu-ilmu yang bermanfaat didapatkan, dituliskan lalu
disebarluaskan. Bisa jadi kebermanfaatannya lebih besar dibandingkan misalnya
sedekah untuk membeli bahan pangan.
komputer, sepuluh juta yang sama bisa digunakan untuk bersedekah, sepuluh juta
yang sama bisa untuk berfoya-foya. Lalu apa yang membedakan pilihan kita? Niat
dan cara. Apakah sepuluh juta yang digunakan untuk membeli komputer lebih buruk
dibandingkan dengan sepuluh juta untuk bersedekah? Belum tentu, jika dengan
komputer itu ilmu-ilmu yang bermanfaat didapatkan, dituliskan lalu
disebarluaskan. Bisa jadi kebermanfaatannya lebih besar dibandingkan misalnya
sedekah untuk membeli bahan pangan.
Ah, saya tahu apa tentang pilihan sementara saya belum bisa
mempertanggungjawabkan semua pilihan yang saya buat. Saya belum tahu bagaimana
nanti arah kaki saya bergeser ketika ditanya empat pertanyaan : untuk apa umur
dihabiskan, untuk apa ilmu diamalkan, darimana harta dan kemana menghabiskannya
serta untuk apa badan digunakan.
mempertanggungjawabkan semua pilihan yang saya buat. Saya belum tahu bagaimana
nanti arah kaki saya bergeser ketika ditanya empat pertanyaan : untuk apa umur
dihabiskan, untuk apa ilmu diamalkan, darimana harta dan kemana menghabiskannya
serta untuk apa badan digunakan.
Keempat pertanyaan itu merujuk pada pilihan demi pilihan
yang akan ditanyakan ketika kita tidak bisa lagi membuat alasan. Yes, we are what we choose. The choices we
are living.
yang akan ditanyakan ketika kita tidak bisa lagi membuat alasan. Yes, we are what we choose. The choices we
are living.
—-
#1Hari1Ayat
2 Comments. Leave new
same here
it's about choices
kenapa aku memilih menikahi wanita Aceh…
kenapa istri aku memilih untuk menutupi wajahnya dengan cadar…
dan masih banyak lagi…
heuhuehue
bahkan untuk menempuh jalan Tuhan pun kita di kasih pilihan (maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya) Subhanallah..
sy jadi ingat nasehat seorang teman, saat memilih maka pilihlah apa-apa yang dapat mendekatkanmu pada Allah.