Travel Writing Ala Agustinus Wibowo. Di depan saya, berdiri seorang lelaki berkacamata. Perawakannya sedang dengan tinggi sekitar 160-an sentimeter. Memiliki wajah innocent, lelaki tiga puluh empat tahun ini tak nampak seperti petualang yang telah menaklukkan daerah jauh dan berbahaya seperti Afghanistan. Siapa nyana, ia telah menjelajah negeri-negeri nun jauh di sana, negeri yang barangkali tak dilirik sebagian besar orang untuk disinggahi. Pengalamannya tiga tahun tinggal di Afghanistan menghasilkan buku berjudul Selimut Debu, petualangannya menjelajahi berbagai negara Asia Tengah pecahan Uni Soviet terangkum dalam Garis Batas dan perjalanan panjangnya selama sepuluh tahun menghasilkan makna hidup mendalam sebagaimana ia kisahkan dalam Titik Nol. Ya, ialah Agustinus Wibowo, sosok yang disebut sebagai pionir dalam penulisan narasi perjalanan dengan gaya nonfiksi kreatif.
Gus Weng, begitu lelaki asal Lumajang ini
akrab disapa, merupakan anak laki-laki rumahan yang hampir tak pernah melakukan
perjalanan jauh dari rumahnya hingga duduk di bangku kuliah. Perjalanan jauhnya dimulai ketika
ia berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya selama satu semester sebelum pindah ke Universitas Tsing Hua, salah satu universitas terbaik di China. Ia memulai perjalanan ketika liburan musim panas menuju Afganistan,
tak lain karena Afganistan merupakan negara yang ramah untuk kantong
mahasiswanya kala itu. Saat ini, ia telah memenuhi cita-cita masa kecilnya : menjadi seorang turis.
Dari Engineer Menjadi Traveler : Satu Titik yang Mengubah Hidup
Ia telah menyelesaikan pendidikan ilmu komputer sebelum memutuskan untuk menjadi seorang traveler. Satu titik yang mengubah hidupnya adalah ketika pada bulan Januari 2015 ia menjadi relawan lepas bencana Tsunami yang menimpa Aceh. Di sana, ia tidak menemukan keputusasaan dan air mata. Yang ia temui adalah orang-orang yang tak berhenti mengucap syukur, bahwa apa yang dianggap manusia sebagai sebuah bencana merupakan cara Tuhan membuat hidup lebih baik. Dari sanalah, ia memutuskan melakukan perjalanan untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup.
Tulisan Perjalanan Adalah Tentang Cerita
Ia telah menyelesaikan pendidikan ilmu komputer sebelum memutuskan untuk menjadi seorang traveler. Satu titik yang mengubah hidupnya adalah ketika pada bulan Januari 2015 ia menjadi relawan lepas bencana Tsunami yang menimpa Aceh. Di sana, ia tidak menemukan keputusasaan dan air mata. Yang ia temui adalah orang-orang yang tak berhenti mengucap syukur, bahwa apa yang dianggap manusia sebagai sebuah bencana merupakan cara Tuhan membuat hidup lebih baik. Dari sanalah, ia memutuskan melakukan perjalanan untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup.
Tulisan Perjalanan Adalah Tentang Cerita
Apakah yang dimaksud dengan tulisan
perjalanan (travel writing)? Sederhananya, tulisan perjalanan adalah tulisan tentang tempat. Akan tetapi,
jika tulisan itu hanya tentang tempat, ia hanya akan menjadi tulisan mati. Tulisan perjalanan adalah tentang cerita.
Bagaimana sang musafir mendengar cerita tentang suatu tempat, orang-orang yang ditemuinya di
tempat yang ia singgahi serta kemudian membagikan
cerita yang telah dirangkumnya.
Bagi Gus Weng, merupakan
suatu hal yang ironi bahwa kita mengetahui sejarah bangsa sendiri melalui orang
asing, sebut saja Marcopolo yang menuliskan tentang Pulau Jawa. Baginya, bangsa yang besar adalah bangsa yang bukan hanya mengetahui sejarah melainkan juga mampu menuliskannya. Tentu, bagaimana orang asing
melihat kita dengan bagaimana kita melihat diri kita akan
berbeda.
Tulisan Perjalanan Bukan Sekadar Panduan
Panduan perjalanan berisi bagaimana untuk sampai ke suatu tempat, apa saja yang ada di tempat yang dituju, dan sebagainya. Menggabungkan cerita dengan panduan merupakan hal yang penting dalam menyusun tulisan perjalanan.
Berikut tips bagaimana menggabungkan cerita dengan panduan :
Panduan perjalanan berisi bagaimana untuk sampai ke suatu tempat, apa saja yang ada di tempat yang dituju, dan sebagainya. Menggabungkan cerita dengan panduan merupakan hal yang penting dalam menyusun tulisan perjalanan.
Berikut tips bagaimana menggabungkan cerita dengan panduan :
- Akurasi adalah hal yang paling penting sekaligus merupakan tantangan paling sulit dalam menulis. Mengapa? Karena, kita tidak dapat bersaing dengan internet.
- Objektivitas dan berjarak. Sebisa mungkin, unsur pengalaman pribadi penulis dikurangi.
- Informatif
- Riset. Pentingnya riset dalam menulis sebuah cerita perjalanan.
- Menulis sesuai media (buku/blog/majalah). Terdapat tipikal penulisan yang berbeda pada media penulisan berbeda, misal pada buku/blog/majalah. Penting juga untuk menyesuaikan target pembaca, misal majalah traveling sosialita dengan backpacker tentu akan menggunakan penulisan yang berbeda.
Good Writing Comes from Good Travel
and Good Travel from Good Purpose
Bagi Gus Weng, perjalanan
yang ia lakukan merupakan perjalanan untuk menjawab pertanyaannya. Ia tak sekadar jalan-jalan untuk memenuhi
paspornya dengan cap. Saat ia melakukan perjalanan ke negara-negara Asia
Tengah (negara berakhiran –stan seperti Tajikistan, Kirgistan, Turkmenistan),
ia ingin menemukan jawaban mengapa terdapat garis batas antar negara yang pada
awalnya satu. Saat ia menjelajah Papua Nugini, ia ingin menemukan jawaban
mengapa negara yang notabene dekat secara geografis dengan Indonesia terasa
amat asing.
Terdapat lima kriteria
perjalanan yang baik menurut laki-laki yang menguasai belasan bahasa dari
perjalanannya ini : 1) Traveling with
purpose, 2) Lakukan komunikasi selama perjalanan, 3) Lakukan observasi
dalam perjalanan, 4) Adanya sudut pandang baru, 5) Keterbukaan.
Namun, hal yang perlu
digarisbawahi adalah perjalanan yang baik tidak terkait dengan jauh dekatnya
tujuan dari tempat kediaman. Gus Weng mencontohkan Bill Bryson, seorang penulis
Inggris terkemuka yang mampu menuliskan buku setebal 500 halaman tentang ‘perjalanan’
rumahnya, dengan melintasi waktu dan menggunakan berbagai sudut pandang.
Tulisan Perjalanan Sebagai Sebuah Karya Nonfiksi
Kreatif
![]() |
Teknis membuat penutup sebuah tulisan (dokumentasi pribadi) |
Tulisan perjalanan
terdiri dari deskripsi, narasi dan kontemplasi. Hal yang mampu membuat cerita
menarik adalah kemampuan penulis untuk mengaitkan perjalanan pribadinya dengan
pembaca.
Contohnya adalah buku terkenal “Eat, Pray, Love” yang merupakan sebuah
buku perjalanan tentang jatuh cinta. Ketika menulis cerita, unsur manusia
amatlah penting, penulis seyogianya mampu untuk lebih kreatif dalam menggali angle. Selain itu, kontemplasi merupakan
unsur yang penting dalam sebuah tulisan perjalanan. Kontemplasi merupakan hasil
perenungan sang musafir yang ia bangun pelan-pelan.
Salah satu hal yang amat
penting dalam menyusun tulisan perjalanan adalah observasi. Mengapa? Karena
dengan observasi, penulis akan mampu melihat apa yang orang lain tidak lihat.
Observasi dilakukan tidak hanya dengan mata untuk melihat dan telinga untuk
mendengar saja, tetapi juga observasi yang baik akan menggunakan semua panca
indra.
Menuliskan Perjalanan Adalah Perjalanan Itu
Sendiri
Bagi Gus Weng, adalah jauh lebih mudah
untuk melakukan perjalanan daripada menuliskannya. Baginya, menuliskan perjalanan adalah perjalanan itu
sendiri. Terdapat dua nasihat penting yang disampaikannya : 1) Sebelum
menulis, jangan buru-buru menulis, 2) Sebelum mulai menulis, buatlah tema
(simpulkan dari satu kalimat) dan kerangka (jenis
cerita, harapan pembaca dan pesan yang ingin disampaikan)
Kunci Menulis Bagus Ala Agustinus Wibowo
Yang pertama adalah
berikan izin pada dirimu sendiri untuk menulis jelek. 90% first draft is rubbish. Writing
is revising. Konon, Agustinus Wibowo melakukan lebih dari 20 kali revisi
sebelum mempublikasikan buku ketiganya yang berjudul “Titik Nol”.
Dua hari berjumpa dengan
laki-laki ramah ini terasa kurang. Ia tak segan-segan untuk membagikan ilmu
yang dimilikinya kepada para audiens. Berbagai teknik menulis ia jabarkan,
lengkap dengan contoh yang komprehensif dan mudah dipahami. Auranya positif dan
memancarkan antusiasme tinggi. Tak heran, jika ia mampu melakukan perjalanan
yang tak semua orang mampu melakukannya.
---
Apresiasi tinggi untuk acara Smesco Netizenvaganza yang telah mempertemukan saya dengan Agustinus Wibowo dan tidak memungut biaya
Selalu kagum dengan travel writer. Krn menurutku, fokus pada tema, kerangka tulis, belum lagi observasi yg tajam ketika travelling itu susah dan ngga semua orang mampu. Untuk observasi saja butuh kepekaan dan rentang perhatian yang baik.
ReplyDeleteSelama baca artikel ini aku speechless :D dan dari pemaparan mba Monik bahwa mas Gus Weng dapat menyampaikan hal rumit dengan bahasa yg mudah berarti emang orgnya cerdas bingit ya hehe.
Terima kasih banyak artikelnyaa :D sangat bermanfaat
Baiklah.. dicatat!!
ReplyDeleteMenginspirasi
ReplyDeletewah! ternyata background mas agustinus wibowo dari IT juga? sama kayak saya dong :D btw, mas agustinus wibowo ino salah satu penulis favoritku :)
ReplyDelete