Saya melewatkan kesempatan emas untuk mengikuti workshop di luar negeri, sebuah kesempatan yang disodorkan di depan mata. Saya merasa tidak pantas dan minder.
Beberapa tahun sebelumnya, ketika lolos tahapan seleksi akademis beasiswa S2 luar negeri, saya berdoa agar tak lolos. Saya merasa takut tak mampu mengikuti perkuliahan.
Saya melewatkan beberapa kesempatan baik lantaran minder dalam pikiran.
Apa akar masalahnya?
Sewaktu kecil orang tua saya sering berkata “Kamu tak bisa apa-apa,”. Sebuah kalimat yang seringkali menyelusup atau mungkin bertengger dalam alam bawah sadar.
Apakah saya tidak melawannya? Tentu saja saya melawannya. Hanya saja terkadang saya menang dan terkadang kalah.
Saya benci ketika saya merasa kecil hati. Saya benci ketika saya kalah sebelum berperang.
Namun, suka tak suka, hidup adalah bagaimana cara kita mengatasi apa yang menjadi kekurangan.
Salah satu yang saya upayakan adalah menjadi seorang content creator di bidang perbukuan alias bookstagrammer.
Saya sempat berpikir apakah jika saya membuat konten akan cukup menarik. Pada awalnya, saya merasa kurang pede membuat konten yang menampilkan muka. Namun, lama kelamaan saya semakin menerima diri apa adanya.
Ternyata, tidak semenakutkan itu. Menjadi bookstagram, salah satunya, adalah cara saya meningkatkan kepercayaan diri. Membuktikan kepada diri sendiri bahwa saya bisa menjadi apa yang saya inginkan.
Sejujurnya, saya ngerasa belum ngerasa bagus-bagus amat. Namun, saya bahagia bahwa saya bertumbuh. Baik secara teknis perkontenan maupun kepercayaan diri yang coba saya bangun.
Pada akhirnya, saya menyadari bahwa saya harus berjuang melawan masa lalu, agar tak terus menerus membelenggu.
Caranya? Mencari tahu akar permasalahan di masa lalu yang menjadi ganjalan untuk masa kini dan masa depan. Lalu mengunjungi “diri kecil” dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tentu, selanjutnya berikhtiar untuk melepaskan ganjalan masa lalu. Caranya disesuaikan dengan apa akar permasalahan.
Bagi saya, untuk melawan keminderan saya harus melakukan aksi nyata. Perbuatan yang saya lakukan membuat saya merasa semakin berharga.
My inner child needs to know that I am valuable and competent to do what I aim to be.
Love you, Monika kecil. Kamu berharga dan kamu bisa apa-apa. Okey?
3 Comments. Leave new
Caranya? Mencari tahu akar permasalahan di masa lalu yang menjadi ganjalan untuk masa kini dan masa depan. Lalu mengunjungi “diri kecil” dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Its very nice info
2bpzwo
bxplne