Sebuncah haru menyelimuti dada. Rekening bertambah tujuh digit. Begini rasanya memiliki gaji sendiri setelah dua puluh satu tahun hidup di dunia. “Mama, aku gajian, Ma,” seruku melalui telepon dengan gembira. Sejumlah nominal saya berikan kepada orang tua. Rasanya sungguh bangga, bisa menghasilkan uang dari jerih payah sendiri.
Hari berganti hari, saya pun semakin terbiasa dengan kehidupan ibu kota. Ajakan makan enak di mal, nonton, jalan-jalan, ayo saja. Saya ingin menikmati uang hasil jerih payah sendiri. Namun, sayang sekali, saat itu saya masih belum bijaksana dalam mengelola keuangan. Pundi-pundi rupiah seakan menguap begitu saja. Ketika teman-teman membicarakan tentang rencana masa depan mereka seperti menikah atau membeli rumah, saya seperti tertampar. Tabungan cukup tipis untuk hitungan orang yang sudah dua tahun bekerja.
Saya tak bisa terus begini..