“Perasaan saya nggak beli apa-apa, tapi kok tabungan nggak nambah-nambah ya?”“Perasaan gaji saya lumayan tapi kok tabungan saya sedikit ya?
Well, kalau kamu pernah merasakan kedua hal
tersebut di atas, selamat kamu nggak sendirian. Saya juga! Tapi itu dulu
sebelum saya mulai menganggap pengelolaan keuangan sebagai hal yang serius.
Awal-awal kerja, gaji nggak terlalu besar dibanding biaya hidup di Jakarta.
Belum lagi, ditambah dengan ‘kekagetan’ punya uang sendiri, belanja nggak pakai
mikir panjang. Menabung kalau ada ‘uang sisa’. Alhasil, tabungan tipis.
Lalu, saya pun bertekad untuk memperbaiki
pengelolaan keuangan. Saya mulai melakukan ‘audit’ likuiditas : berapa tabungan
dan uang kas di awal bulan dan di akhir bulan. Selisih saldo adalah pengeluaran
bulan itu. Saya mulai menabung di awal bulan ketika gajian di tabungan
terpisah. Nggak menunggu ‘uang sisa’ lagi. Saya juga lebih berhemat. Tabungan
membaik.
Cukup? Engga.
Pengelolaan keuangan saya bisa lebih baik lagi nih.\
Tapi, mulai darimana?
Akhirnya, saya menemukan satu hal yang menjadi
dasar dalam pengelolaan keuangan. Sebelum saya berpikir untuk menabung, berhemat
atau berinvestasi. Lakukan dulu pencatatan keuangan, khususnya mencatat
pengeluaran.
Sederhana bukan nampaknya? Namun, hal yang
nampak mudah ini memiliki efek yang dahsyat loh. Sudah lebih dari dua tahun
saya telaten mencatat keuangan (pemasukan dan pengeluaran) melalui aplikasi
yang ada di ponsel, setiap hari. Banyak aplikasi pencatatan keuangan yang
tersedia secara gratis di App Store atau Play Store, bisa dipilih mana yang
kira-kira cocok. Kalau saya sendiri memakai Money Lover.
Menurut
saya, ini lima alasan mengapa kita harus rutin mencatat keuangan :
1.
Bisa mengetahui mana saja pos ‘bocor’
Perasaan
nggak beli apa-apa tapi kok tabungan nggak nambah-nambah? Nah, mencatat
pengeluaran adalah solusi dari ‘main perasaan’ itu.
Misalnya,
perasaan saya nggak beli apa-apa (sesuatu yang nampak mahal), ternyata oh
ternyata pengeluaran makan di bulan itu mencapai dua setengah juta rupiah.
Lumayan juga kan? Ternyata pada waktu itu saya cukup sering makan di tempat
makan fancy yang menguras kantong
lebih dibandingkan makan di tempat makan ‘biasa’.
Selain
itu, dari pemeriksaan catatan pengeluaran, ternyata saya cukup banyak
‘menyumbang’ ke Indomaret/Alfamaret untuk membeli makanan dan minuman ringan.
Pengeluaran yang saya kategorikan ‘jajan’
itu mencapai enam ratus ribu sebulan. Lumayan juga ternyata ya?
2.
Bisa melihat tren pengeluaran dan
mengantisipasinya
Terdapat
tiga komponen pengeluaran menurut akuntansi biaya yakni biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), dan biaya tak terduga (overhead). Pengeluaran wajib itu ibarat biaya
tetap yang nggak bisa diutak-atik, contohnya apa yang rutin dicicil tiap bulan
dan jumlahnya tetap. Biaya variabel (jumlahnya bervariasi) misalnya pengeluaran
untuk makan dan transportasi. Ada juga biaya tak terduga (overhead) seperti biaya menambal gigi yang berlubang.
Dari
catatan pengeluaran selama dua tahun itu, saya bisa mengambil sebuah tren
keuangan saya yakni biaya tak terduga saya rata-rata mencapai 10% dari
penghasilan. Jadi, jumlah ini yang saya anggarkan menjadi pos tak terduga.
Dengan
mengetahui tren berbagai kategori pengeluaran, kita akan mengetahui jumlah
minimal untuk kita bertahan hidup berapa, untuk hidup nyaman berapa. Kita
memiliki dasar yang kuat, nggak hanya sekadar asumsi.
Nah, kemudian kita bisa lebih baik
mempersiapkan tentang keuangan.
3.
Bisa mengetahui komposisi
pengeluaran kita
Jadi,
ketika mencatat pengeluaran, kita bisa mengkategorikannya sesuai kebutuhan.
Misal, saya mengkategorikan ‘food and
beverages’, ‘transportation’, ‘charity’ (zakat dan sedekah), dsb. Dari
komposisi pengeluaran itu, saya jadi memiliki dasar untuk menilai apakah
komposisi pengeluaran saya wajar (nggak berlebih-lebihan atau juga terlalu
irit), dan sebagainya.
4.
Mencatat pengeluaran merupakan dasar
untuk berhemat, menabung, dan berinvestasi
Jika
kamu ingin berhemat agar bisa menabung atau investasi, mencatat pengeluaran
adalah dasarnya. Mengapa? Karena kamu akan tahu pengeluaran seperti apa yang
bisa dihemat, penghematan itu kemudian akan dialokasikan menjadi tabungan atau
investasi.
Misalnya,
berdasarkan catatan pengeluaran, pengeluaran untuk makan saya pada bulan itu
cukup besar (Rp2,5 juta). Maka, saya kemudian mengambil langkah untuk berhemat
di pos pengeluaran yang menurut saya ‘bocor’ alias bisa dihemat itu. Kriteria
‘bocor’ tiap orang bisa jadi berbeda-beda ya. Kalau saya beranggapan,
pengeluaran itu ‘bocor’ kalau sebenarnya nggak butuh-butuh banget, nggak harus
beli itu tapi menuruti keinginan sesaat misalnya. Seperti makan di tempat ‘fancy’, saya masih melakukannya hanya
saja mengurangi frekuensinya. Selain itu, saya usahakan untuk membawa air putih
sendiri karena untuk sekali minum saja bisa mencapai Rp30 ribu. Nggak hanya
untuk menghemat tetapi juga saya bertekad mengurangi gula biar lebih sehat sih.
Lalu,
karena saya tahu bahwa jajan makanan dan minuman ringan itu nggak
penting-penting banget dan kurang sehat, saya menguranginya. Sekali
mendayung dua tiga pulau terlampaui kan? Hehe.
Ngomong-ngomong,
daripada menabung, saya pribadi lebih suka berinvestasi. Saya menjaga jumlah
tertentu yang menurut saya merupakan batas aman dari sebuah tabungan, lalu
kelebihan likuiditas dari jumlah itu saya investasikan. Karena nilai tabungan
itu tergerus inflasi dan nggak berkembang (saya nggak mengharapkan dapat bunga
dari tabungan).
Nah,
untuk mengetahui jumlah berapa yang bisa saya investasikan, saya harus tahu
berapa jumlah pengeluaran. Selanjutnya, saya bisa membandingkan apakah saya
lebih banyak belanja (spending) atau
investasi. Saya juga tahu persentase penghasilan dibandingkan pengeluaran
sebulan. Berapa sih ‘kapasitas fiskal’ saya? Apakah kondisi keuangan saya bisa
disebut sehat? Silakan definisikan standar keuangan sehat masing-masing ya.
Kalau saya pribadi, kondisi keuangan saya sehat jika bisa menabung/berinvestasi
minimal 30% dari penerimaan sebulan.
5.
Catatan pengeluaran merupakan dasar
untuk membandingkan antara anggaran dan realisasi
Untuk
berbagai kategori pengeluaran, saya membuat anggaran. Misalnya, anggaran untuk kecantikan
(kosmetik dan skin care) sebulan sebesar sekian ratus ribu. Dengan catatan
pengeluaran, saya bisa membandingkan antara realisasi kategori pengeluaran
tertentu dan anggarannya. Over budget or
under budget? Membuat anggaran adalah cara untuk mengontrol diri sekaligus
agar pengeluaran keuangan terarah. Mencatat pengeluaran adalah dasar untuk
menentukan apakah pengelolaan keuangan sudah berjalan on the track sesuai dengan anggaran yang ditetapkan.
Hal terpenting menurut saya dari mencatat
keuangan adalah catatan keuangan itu lah yang akan menjadi dasar kita dalam mengambil keputusan finansial.
Apakah harus berhemat? Sejumlah berapa bisa menabung atau investasi? Apakah perlu mencari pemasukan tambahan jika misalnya merasa pemasukan yang ada masih kurang dibanding pengeluaran? Apakah ada kelonggaran dana untuk liburan?
Seorang teman pernah berkata, “Ah, ribet. Kalau nyatet rinci nanti aku jadi pelit”. Dia bercerita bahwa dia hanya mencatat saldo awal bulan dan akhir bulan saja.
Benarkah ribet? Kalau kata saya sih nggak sama
sekali. Semua kebiasaan baik itu pasti berasa ribet di awal alias ketika masih
dalam masa pembiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, insya Allah ringan. Saya cuma
perlu waktu sepuluh menit atau kurang untuk mencatat pemasukan/pengeluaran di
hari itu. Ya, kadang-kadang juga nggak detail banget, misal pengeluaran seperti
uang parker atau uang kebersihan toilet dua ribuan nggak saya catet juga. Nah,
itulah fungsi ‘audit keuangan’ di akhir bulan. Selisih antara catatan keuangan
dengan saldo tabungan dan kas di tangan saya masukkan sebagai pengeluaran
lain-lain.
Benarkah membuat pelit? Nggak lah, catatan
pengeluaran kan catatan atas apa yang sudah kita keluarkan. Nggak ada
hubungannya dengan pelit enggaknya. Hehe. Ibarat perusahaan, kita perlu membuat laporan
keuangan, nah catatan keuangan adalah laporan keuangan versi sederhana.
Dengan rutin membuat catatan keuangan, saya
bisa mengambil keputusan finansial yang lebih baik sekaligus menjaga kondisi
keuangan saya sehat.
Jadi, percayalah, mencatat pengeluaran itu penting banget. Yuk, mulai
menjadikannya sebagai kebiasaan!
***
Kalau bagian dari generasi sandwich, ada tips perencanaan keuangan untuk generasi sandwich khusus untukmu.
***
Kalau bagian dari generasi sandwich, ada tips perencanaan keuangan untuk generasi sandwich khusus untukmu.
No comments