“Perasaan saya nggak beli apa-apa, tapi kok tabungan nggak nambah-nambah ya?”“Perasaan gaji saya lumayan tapi kok tabungan saya sedikit ya?
Langkah Awal Mengelola Keuangan
dan jumlahnya tetap.
Misalnya, berdasarkan catatan pengeluaran, pengeluaran untuk makan saya pada bulan itu cukup besar (Rp2,5 juta). Maka, saya kemudian mengambil langkah untuk berhemat di pos pengeluaran yang menurut saya ‘bocor’ alias bisa dihemat itu. Kriteria ‘bocor’ tiap orang bisa jadi berbeda-beda ya.
Kalau saya beranggapan, pengeluaran itu ‘bocor’ kalau sebenarnya nggak butuh-butuh banget, nggak harus beli itu tapi menuruti keinginan sesaat misalnya. Seperti makan di tempat ‘fancy’, saya masih melakukannya hanya saja mengurangi frekuensinya. Selain itu, saya usahakan untuk membawa air putih sendiri karena untuk sekali minum saja bisa mencapai Rp30 ribu. Nggak hanya untuk menghemat tetapi juga saya bertekad mengurangi gula biar lebih sehat sih.
Lalu, karena saya tahu bahwa jajan makanan dan minuman ringan itu nggak penting-penting banget dan kurang sehat, saya menguranginya. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui kan? Hehe.
Hal terpenting menurut saya dari mencatat keuangan adalah catatan keuangan itu lah yang akan menjadi dasar kita dalam mengambil keputusan finansial.
Apakah harus berhemat?
Sejumlah berapa bisa menabung atau investasi?
Apakah perlu mencari pemasukan tambahan jika misalnya merasa pemasukan yang ada masih kurang dibanding pengeluaran?
Apakah ada kelonggaran dana untuk liburan?
Seorang teman pernah berkata, “Ah, ribet. Kalau nyatet rinci nanti aku jadi pelit”. Dia bercerita bahwa dia hanya mencatat saldo awal bulan dan akhir bulan saja.
Benarkah ribet? Kalau kata saya sih nggak sama sekali. Semua kebiasaan baik itu pasti berasa ribet di awal alias ketika masih dalam masa pembiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, insya Allah ringan. Saya cuma perlu waktu sepuluh menit atau kurang untuk mencatat pemasukan/pengeluaran di hari itu.
Ya, kadang-kadang juga nggak detail banget, misal pengeluaran seperti uang parkir atau uang kebersihan toilet dua ribuan nggak saya catet juga. Nah, itulah fungsi ‘audit keuangan’ di akhir bulan. Selisih antara catatan keuangan dengan saldo tabungan dan kas di tangan saya masukkan sebagai pengeluaran lain-lain.
Benarkah membuat pelit? Nggak lah, catatan pengeluaran kan catatan atas apa yang sudah kita keluarkan. Nggak ada hubungannya dengan pelit enggaknya. Hehe. Ibarat perusahaan, kita perlu membuat laporan keuangan, nah catatan keuangan adalah laporan keuangan versi sederhana.
Dengan rutin membuat catatan keuangan, saya bisa mengambil keputusan finansial yang lebih baik sekaligus menjaga kondisi keuangan saya sehat.
Jadi, percayalah, mencatat pengeluaran itu penting banget. Yuk, mulai menjadikannya sebagai kebiasaan!
***
Kalau bagian dari generasi sandwich, ada tips perencanaan keuangan untuk generasi sandwich khusus untukmu.