malu-malu saat kami tiba di bandara Soekarno Hatta. Mengambil penerbangan
Citilink paling pagi, kami bersiap menuju Medan untuk kemudian menempuh perjalanan
darat menuju Padangsidimpuan, kota dimana salah seorang sahabat melangsungkan
pernikahannya pada hari Sabtu. Sekaligus jalan-jalan tentunya hehe.
lontong Medan yang lezat sebelum melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun
Sipiso-piso yang terletak di Desa Tongging, Kabupaten Karo. Subhanallah,
sungguh terpesona melihat keindahan air terjun dengan ketinggian 120 meter ini
dari atas. Eits, tapi tunggu dulu, untuk bisa bermain air di air terjun yang
terletak 800 mdpl ini, kami harus turun naik bukit dengan ratusan anak tangga.
Perjalanan dari atas hingga dasar air terjun kira-kira satu jam perjalanan. But don’t worry, the journey is very worth. Setelah
puas menikmati keindahannya, kami pun beranjak menuju kota Parapat tepatnya
Pelabuhan Ajibata untuk menyeberang ke Pulau Samosir, pulau yang terletak di
tengah-tengah Danau Toba.
Hari Ketiga
Teman-teman mengeluhkan tak bisa tidur selepas Tarutung lantaran jalan yang jelek tapi saya nyenyak-nyenyak saja tuh. Hihi. Yang paling berkesan tentu saja saat mobil Avanza sewaan ‘mendaki’ Aek Latong yang disebut pengendara kami berasal dari patahan bumi jadi jalannya tak pernah ‘mulus’. Jalan lumpur berbatu ditambah pemandangan truk terguling di samping kiri jalan pada saat itu membuat saya menahan nafas saat melewatinya. Alhamdulillah lancar, waktu subuh kami telah tiba di Sipirok setelah deg-degan melewati Aek Latong.
ini nih Aek Latong, gambar dari sini |
Pukul setengah delapan pagi, kami tiba di kota Padang Sidimpuan dan langsung menuju rumah sang mempelai wanita tempat akad nikah dilangsungkan. Alhamdulillah akad nikah dan resepsi berjalan lancar. Selepas acara kami pun menumpang di rumah salah seorang teman yang terletak tak terlalu jauh dari rumah sang pengantin sebelum malam harinya melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. Ohya, alat transportasi di kota ini cukup unik yakni betor yang berasal dari vespa. Kalau di Medan, betor (becak motor) dari ‘motor laki-laki’.
betornya begini nih ^^ |
Kami pun mencoba sop kikil yang lezat di perumahan Pijorkeling, hanya sekitar tiga ratus meter dari rumah teman. Tuan rumah juga berbaik hati mengajak kami mencicipi keripik sambal Taruma yang rasa pedasnya khas, ditambah sajian es kelapa muda, hmmm… Beginilah penampakannya.
Hari Keempat
Menggunakan jasa travel L300, kami pun bertolak dari Padangsidimpuan ke Bukittinggi. Berangkat jam 8 malam, kami tiba di Bukittinggi pukul tiga dini hari dan dijemput oleh seorang teman yang penempatan di kota yang disebut-sebut Bandung-nya Sumbar ini dan langsung diantarkan ke penginapan. Jadwal hari keempat berjalan-jalan di kota Bukittinggi.
Kami mengawali perjalanan menuju rumah kelahiran Bung Hatta untuk lebih mengenal sosok sang pahlawan proklamator. Di dalam rumah berlantai dua tersebut terdapat koleksi foto bung Hatta dan barang-barang peninggalan beliau.
dari kiri ke kanan : ruang tamu, kamar bung Hatta, ruang keluarga (lantai atas) |
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju lubang Jepang, tempat yang disebut sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang sekaligus tempat eksekusi mati. Wow, saya membayangkan berapa banyak tawanan pribumi yang dipaksa melakukan romusha untuk menyelesaikan sepanjang 1.400m dengan lebar 2m ini lalu kemudian dibunuh agar tak membocorkan rahasia lubang. Di dalam lubang terdapat banyak ruangan seperti ruang amunisi, ruang penyiksaan, dapur, dsb. Hawa dalam lubang cenderung dingin dan lembab, pencahayaan di dalam juga cukup terang. Sayang saya lupa memotret lubang bagian dalam.
tampak depan, menuruni puluhan anak tangga dulu |
Selepas itu kami pun melintasi jembatan Limpapeh menuju Benteng Fort de Kock sebelum kemudian narsis berfoto-foto di Jam Gadang yang merupakan ikon kota ini.
dari kiri ke kanan, atas ke bawah : tampak depan jembatan limpapeh, melewati jembatan menuju benteng, pemandangan kota Bukittinggi dari jembatan dan keterangan Benteng |
Jam Gadang |
Tak ketinggalan kami mencicipi berbagai kuliner ala Bukittinggi (seperti gambar di atas). Dari kiri ke kanan, atas ke bawah : keripik yang di atasnya bihun dan sambal (nggak tahu namanya tapi enak :P), gulai itiak lado mudo di depan Ngarai Sianok dengan sambal hijau yang khas, rujak ala Bukittinggi (dengan sambal
kacang yang ditumbuk kasar dan seperti kuah (kalau di Jawa sambal kacang
biasanya hanya dicocol), katupek pical (lontong, sayur, sambal pecel, mie dan kerupuk) serta nasi Kapau di pertengahan Pasar Atas dan
Pasar Bawah dengan lauk hati ampela dan gulai tambusu (lihat gambar paling bawah yang seperti usus). Gulai tambusu adalah usus yang diisi dengan campuran tahu dan telur. Rasanya tak ada makanan yang tak lamak (lezat) di sini. Hehe.
mengintip Maninjau |
teh daun kopi dan bakwan |
Istana Pagaruyung yang terletak di kota Batusangkar merupakan tujuan kami berikutnya. Sayang tak boleh masuk ke dalamnya. Rencananya kami hendak menuju Lembah Harau dan Ngalau Indah tetapi lantaran matahari telah terbenam dan kata pengendara kami tak bisa melihat apa-apa di sana jika hari telah gelap, kami pun memutuskan untuk mampir ke kota Payakumbuh saja. Di tengah-tengah perjalanan, tepatnya di kabupaten Tanah Datar terdapat warung yang terkenal dan harus mampir kata pengendara kami. Minuman khasnya yakni teh yang terbuat dari daun kopi. Hujan rintik-rintik, seporsi teh daun kopi dan bakwan, rasanya hmmm… Ohya di tengah jalan saat melewati persawahan kami sempat terpukau dengan keindahan sawah dipadu pelangi yang cantik.
Istana Pagaruyung |
Pelangi di tengah sawah 🙂 |
14 Comments. Leave new
waktu ke Medan dulu saya diklat itu memang katanya belum mantep kalau belum ke danau Toba huhuhu…. ah, sayang tapi jadinya cuman keliling Medan dalam waktu singkat, tapi teteup memuaskan diajak keliling ma Uda Hafizh ke Tjong A Fie Mansion, Istana Maimun, Masjid Al Mahsun, Museum Negeri… yang standar2 kalau keliling Medan hehehe.. jadi pengen ke Sumatera Utara untuk tambah eksplor Toba dan sekitarnya hohoho *dengan ngarep diklat lagi hehehe*
tentang Sumatera Barat yang cantik… hohoho aku yang belum kesampean tuh ya yang Istana Pagaruyung… dalemnya Gua Jepang dan Rumah Bung Hatta belum kesampean, padahal sudah ke Bukittinggi berkali2 :(…
bener2 dah salut dengan perjalanan kalian… patut dicontoh hehehe
kmrn malah ga sempet puter2 Medan, langsung ke berastagi hehe… pengen ke Medan lagi 😀
pengen ke sumbar lagi juga… mantep lah buat liburan… apalagi Painan hehe….
haha, apanya yg patut dicontoh o.O
Waaaaah….fotonya bagus-bagus mbak. Sukaaaa 🙂
Bolehlah mbak foto di negeri orang diposting juga di blog.. *eh apa saya yg ketinggalan ya hihi
Wuih, Aek Latong itu serem juga ya.
Yang paling indah di tas menurutku Air Terjun Sipiso-Pisonya
Selalu suka sama hawa pegunungan 😀
Hmm… pengen travelling kayak gini juga
Kayaknya udah lamaaa. Pas awal2 nikah masih suka mbolang bareng suami ke tempat tak dikenal yg belum pernah kami kunjungi. Dalam rangka kondangan juga sii, hehehe
Pengen Raihan cepet bisa jalan biar bisa diajak seru-seruan travelling 😀
iya mbak, serem.. nahan nafas n komat kamit saat melwatinya, apalagi waktu itu abis ujan…
sama mbak, kondangan itu silaturahim sekaligus jalan2 😀
ayo mbak travelling lagi ^^
Oh..oh..oh… indahnya panoramanya… dan wow..wow… kulinernya.. mantap-mantap….
Teh daun kopi itu rasanya dominan teh atau kopi mbak…?
Kisah perjalanan yang awesome mbak Monika…
Memang mantap bun Sumut-Sumbar hehe.. rasanya lebih ke teh dengan aroma yang khas, nyes lah.. cobain bun klo berkesempatan ke sana 🙂
Subhanallah, bersyukur sekali bisa maen ke sana, ya, Mon 😉
pengiiiin…
itu dalam masa cuti kerja atau gimana, Mon? Koq sampai seminggu?
iya An, alhamdulillah berkesempatan.. kemarin libur cuti bersaam empat hari ditambah ambil cuti dua hari 🙂
Waduhhh.. asyiknya yang liburan nih..pantesan blognya hiatus lama ;D
hihi ketauan deh 😀
wah liburannya benar-benar mengasyikkan …
foto-fotonya juga bagus …
jadi pengen ke sumbar. hehe