Friendster
adalah situs jejaring sosial yang saya kenal untuk pertama kalinya. Kalau tak
salah dibuat saat awal-awal kuliah (tahun 2007). Lalu kemudian membuat akun
Facebook pada bulan Juni 2009 dan akun twitter pada Februari 2010. *Ketahuan ‘agak telat’ gaulnya.
adalah situs jejaring sosial yang saya kenal untuk pertama kalinya. Kalau tak
salah dibuat saat awal-awal kuliah (tahun 2007). Lalu kemudian membuat akun
Facebook pada bulan Juni 2009 dan akun twitter pada Februari 2010. *Ketahuan ‘agak telat’ gaulnya.
Ada
beberapa perbedaan yang saya amati dan rasakan sebagai pengguna situs-situs
jejaring sosial tersebut :
beberapa perbedaan yang saya amati dan rasakan sebagai pengguna situs-situs
jejaring sosial tersebut :
1.
Friendster
Friendster
Nama-nama akun Friendster
nyaris tak ada yang menggunakan nama asli tanpa modifikasi. Dulu saya memakai
nama akun ‘Monmonika Heavenhunter’. Haha. Apakah itu alay? Dipikir-pikir mungkin
pas zaman SMA kacamata kita memandang diri sendiri biasa saja tetapi mungkin
orang yang lebih dewasa memandang kita ‘masih labil’. Friendster ada semacam
‘wall’ (aduh apa ya namanya? Ada yang mau bantu mengingatkan?). Bullbo
(Bulletin Board) adalah fitur kesukaan di situs jejaring sosial ini.
Sering-seringnya sih dulu menulis curhatan :p. Gara-gara bullbo saya isinya
keluhan terhadap sikap seorang teman dan ternyata dia baca jadilah kami saling
diam beberapa waktu *hela napas*. Selain itu, di FS ada fitur ‘Who’s viewed
me?’ yang bikin mikir dua kali kalau mau jalan-jalan ke FS orang *mengurangi stalking.
nyaris tak ada yang menggunakan nama asli tanpa modifikasi. Dulu saya memakai
nama akun ‘Monmonika Heavenhunter’. Haha. Apakah itu alay? Dipikir-pikir mungkin
pas zaman SMA kacamata kita memandang diri sendiri biasa saja tetapi mungkin
orang yang lebih dewasa memandang kita ‘masih labil’. Friendster ada semacam
‘wall’ (aduh apa ya namanya? Ada yang mau bantu mengingatkan?). Bullbo
(Bulletin Board) adalah fitur kesukaan di situs jejaring sosial ini.
Sering-seringnya sih dulu menulis curhatan :p. Gara-gara bullbo saya isinya
keluhan terhadap sikap seorang teman dan ternyata dia baca jadilah kami saling
diam beberapa waktu *hela napas*. Selain itu, di FS ada fitur ‘Who’s viewed
me?’ yang bikin mikir dua kali kalau mau jalan-jalan ke FS orang *mengurangi stalking.
2.
Facebook

pertama dari nama akun. Nama-nama yang ‘lumrah’ di FS bisa langsung dicap
sebagai ‘alay’ di FB. Di FB sebagian besar menggunakan nama asli pemberian
orangtua. Dulu awal-awal menggunakan FB bisa update status sampai tiga kali
sehari *berasa minum obat*. FB memperlihatkan sisi lain dari seseorang yang
terkadang amat berbeda dari dirinya di dunia nyata. FB juga mempertemukan
kembali dengan orang-orang yang lama tak berjumpa *banyak reuni yang terjadi
lantaran jasa FB bukan? Terkadang melihat FB seseorang bisa membuat saya merasa
cukup mengenal dia walau di dunia nyata jarang berinteraksi. FB adalah salah
satu sarana eksistensi sebagai makhluk sosial. Sisi negatifnya bisa jadi
membuat seseorang rentan untuk ‘pamer’ atau kecanduan. Dan yang paling menonjol
dari FB adalah begitu mudahya mendapatkan informasi dari sini bahkan kita bisa
mengetahui kehidupan orang yang tak kita kenal. Si X sedang mengalami kejadian
tertentu, dia suka ini, dia nggak suka itu. Facebook adalah wadah yang begitu
terbuka.
3. Twitter
![]() |
|
all pictures are taken from internet |
Bedanya Facebook dan Twitter
yang paling menonjol tentu adalah status/tweet. Kalau di FB meng-update status
beberapa kali sehari bisa membuat orang lain ‘eneg’, di twitter mau
berkicau berkali-kali sehari dianggap biasa. Tweet ‘tak penting’ seperti
“lapar,” pun tak dianggap aneh. Haha. Informasi tersebar begitu cepatnya di
Twitter mengingat frekuensi tweet pengguna yang luar biasa (awas Twitter bikin
kecanduan :p). Pengguna Twitter begitu mudahnya berbagi dan tak jarang
melakukan ‘curcol’. Sikap dan sifat orang bisa terbaca dengan akurat dari
apa-apa yang dikicaukannya *menurut saya sih. Hehe. Pernah saya menuliskan
tentang Twitter di mari.
yang paling menonjol tentu adalah status/tweet. Kalau di FB meng-update status
beberapa kali sehari bisa membuat orang lain ‘eneg’, di twitter mau
berkicau berkali-kali sehari dianggap biasa. Tweet ‘tak penting’ seperti
“lapar,” pun tak dianggap aneh. Haha. Informasi tersebar begitu cepatnya di
Twitter mengingat frekuensi tweet pengguna yang luar biasa (awas Twitter bikin
kecanduan :p). Pengguna Twitter begitu mudahnya berbagi dan tak jarang
melakukan ‘curcol’. Sikap dan sifat orang bisa terbaca dengan akurat dari
apa-apa yang dikicaukannya *menurut saya sih. Hehe. Pernah saya menuliskan
tentang Twitter di mari.
Overall,
yang paling menarik dari situs jejaring sosial adalah evolusi interaksi yang
terjadi antar manusia. If I may say so. Dua orang yang duduk
bersebelahan bisa jadi tak saling bicara di dunia nyata tapi saling berbincang-bincang dengan serunya di
dunia maya. Orang-orang sibuk dengan handphone di tangan untuk ber-facebook
ria atau saling berbalas mention di Twitter. Tak memerhatikan
sekitarnya. Selain itu betapa banyak informasi yang masuk dari apa-apa yang
kita baca di situs jejaring sosial yang sebenarnya tak perlu untuk diketahui
yang justru kalau kita tahu membuat sakit hati. Istilah populernya KEPO (Knowing
Every Particular Object).
yang paling menarik dari situs jejaring sosial adalah evolusi interaksi yang
terjadi antar manusia. If I may say so. Dua orang yang duduk
bersebelahan bisa jadi tak saling bicara di dunia nyata tapi saling berbincang-bincang dengan serunya di
dunia maya. Orang-orang sibuk dengan handphone di tangan untuk ber-facebook
ria atau saling berbalas mention di Twitter. Tak memerhatikan
sekitarnya. Selain itu betapa banyak informasi yang masuk dari apa-apa yang
kita baca di situs jejaring sosial yang sebenarnya tak perlu untuk diketahui
yang justru kalau kita tahu membuat sakit hati. Istilah populernya KEPO (Knowing
Every Particular Object).
Situs jejaring sosial bisa jadi pedang bermata
dua, bijak-bijaklah menggunakannya. 😀
dua, bijak-bijaklah menggunakannya. 😀
11 Comments. Leave new
Bener banget mon… dahsyat perubahan cara sosialisasi kita",
Kadang mikir apa lebih baik dulu ya pas ga ada socmed hehe..
Memang salut juga sama temen2 yang bisa istiqamah menolak senjata freemasonry berwujud media sosial ini.. *padahal malah bikin kita asosial ya?! {Dua orang yang duduk bersebelahan bisa jadi tak saling bicara di dunia nyata tapi saling berbincang-bincang dengan serunya di dunia maya.}
akhirnya.. saya mah pake senjata mereka untuk kick back aja ah.. biar senjata makan tuan.. hehehe
btw, Neng.. ini apresiasi balasan atas awardnya.. skali lagi makasih ya.. http://muxlimo.blogspot.com/2012/05/oase-di-tandus-padang-indonesiana.html
Tergantung pemakainya Mas mau dipakai buat apa 🙂
makasih apresiasinya Mas, cek komennya ya..
di FS wall-nya namanya testimonial mon, biasanya kalo testi-nya banyak berasa keren hahahaha
ohya itu cha xixi dulu happening bgt deh 😀
hihii…aye dulu juga kecanduan update status kaga siang kaga malem, sekarang malah jenuuuhhh 😀
FS? barengan ame kriboo, soalnye dulu gaptek banget, sekarang juga masih gaptek siih… hahahahhaa 😀 😀
bener2, lama2 bosen juga hoho…
sama ane juga gaptek, ga pinter ngutak ngatik html blog jadi tampilannya masi biasa hiks hiks
analisisnya keren 🙂
yup, transformasi cara bersosialisasi kita sudah berubah. saya punya tetangga depan rumah yg jarang banget buat ngobrol (emang pendiem orangnya) tapi klo di jejaring sosial bisa sangat kocak dan ngobrol panjang lebar, tp klo ketemu lsg cuma sapa bentar terus senyum doang. hehe.. aneh ya 😀
dan bener banget antara sikap seseorang di dunia nyata dan di dunia maya bisa berbeda.
yup, beberapa kali nemuin teman yang kayak gitu 🙂
paling enak ya ngeblogs. Lebih panjangs spacenya