Tiap-tiap
orang memiliki niat dan tujuan tersendiri dalam menulis. Ada yang menulis
sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, alat propaganda, mata pencaharian, media
berbagi, sarana dakwah, ingin populer dan sebagainya. Sah-sah saja menurut
saya.
orang memiliki niat dan tujuan tersendiri dalam menulis. Ada yang menulis
sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, alat propaganda, mata pencaharian, media
berbagi, sarana dakwah, ingin populer dan sebagainya. Sah-sah saja menurut
saya.
Yang
perlu diingat adalah bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan. Sungguh. Kalau
tulisan dibuat agar mendapatkan pujian orang lain maka itulah yang akan
didapat, kalau tulisan dibuat untuk mendapatkan popularitas maka itulah yang
akan didapat, sebatas itu. Jika tulisan dibuat untuk mencari keridhaan Allah,
insya Allah itu yang didapat. Logikanya, apa yang menjadi niat kita melakukan
sesuatu akan mendorong kita menuju arah itu. Misalnya seseorang menulis untuk menghibur
orang lain, tentu ia akan mencari-cari tulisan yang bagaimana yang menghibur
orang lain dan berusaha mewujudkannya.
perlu diingat adalah bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan. Sungguh. Kalau
tulisan dibuat agar mendapatkan pujian orang lain maka itulah yang akan
didapat, kalau tulisan dibuat untuk mendapatkan popularitas maka itulah yang
akan didapat, sebatas itu. Jika tulisan dibuat untuk mencari keridhaan Allah,
insya Allah itu yang didapat. Logikanya, apa yang menjadi niat kita melakukan
sesuatu akan mendorong kita menuju arah itu. Misalnya seseorang menulis untuk menghibur
orang lain, tentu ia akan mencari-cari tulisan yang bagaimana yang menghibur
orang lain dan berusaha mewujudkannya.
Disebutkan
dalam hadits Arba’in pertama : Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin
Khattab ra berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seseungguhnya diterimanya amal
perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan
barangsiapa berhijrah karena dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang hendak
dinikahinya maka ia akan mendapati apa yang ia tuju,” (HR. Bukhari Muslim)
dalam hadits Arba’in pertama : Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin
Khattab ra berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seseungguhnya diterimanya amal
perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan
barangsiapa berhijrah karena dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang hendak
dinikahinya maka ia akan mendapati apa yang ia tuju,” (HR. Bukhari Muslim)
Namun,
alangkah indahnya jika apa yang kita tulis kita niatkan agar membawa kebaikan
di dunia dan juga di akhirat. Bi ‘idznillah.
alangkah indahnya jika apa yang kita tulis kita niatkan agar membawa kebaikan
di dunia dan juga di akhirat. Bi ‘idznillah.
“Barangsiapa
yang mengkehendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi) karena di sisi Allah
ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,”
(terjemahan Q.S An-Nisa:134)
yang mengkehendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi) karena di sisi Allah
ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,”
(terjemahan Q.S An-Nisa:134)
Yuk
bersama-sama meluruskan niat dalam menulis mungkin-mungkin selama menulis pernah
ada niat yang ‘kurang lurus’. Seperti kata Ippho Santosa dalam bukunya yang
fenomenal, ‘7 Keajaiban Rezeki’, jika ada niat yang melenceng luruskan niat dan
tetap melangkah. Bukan malah berhenti.
bersama-sama meluruskan niat dalam menulis mungkin-mungkin selama menulis pernah
ada niat yang ‘kurang lurus’. Seperti kata Ippho Santosa dalam bukunya yang
fenomenal, ‘7 Keajaiban Rezeki’, jika ada niat yang melenceng luruskan niat dan
tetap melangkah. Bukan malah berhenti.
Semakin
banyak menulis artinya bisa jadi semakin banyak kebaikan yang disebar tetapi di
sisi lain semakin banyak perkataan (tulisan) yang kelak akan dipertanggungjawabkan.
banyak menulis artinya bisa jadi semakin banyak kebaikan yang disebar tetapi di
sisi lain semakin banyak perkataan (tulisan) yang kelak akan dipertanggungjawabkan.
Jadi
apa niatmu menulis? *Hanya kamu dan Tuhanmu yang benar-benar tahu 🙂
apa niatmu menulis? *Hanya kamu dan Tuhanmu yang benar-benar tahu 🙂
#NotetoMySelf, tulisan ini sedikit banyak terinspirasi tulisan seorang teman, Deady, di blognya
3 Comments. Leave new
Setuju banget sama ini.
{Kalau tulisan dibuat agar mendapatkan pujian orang lain maka itulah yang akan didapat, kalau tulisan dibuat untuk mendapatkan popularitas maka itulah yang akan didapat, sebatas itu. Jika tulisan dibuat untuk mencari keridhaan Allah, insya Allah itu yang didapat.}
Dan yang mungkin perlu digarisbawahi adalah meski kita niatkan meraih keridhaan Allah, bukan berarti segalanya berjalan lancar. Sebab "Bagaimana bisa disebut beriman sebelum kau diuji" dan ini ada buktinya di Quran, kisah para nabi semua adalah kisah kesusahan karena fitnah dan kedengkian.
Adakalanya kita musti "kebal muka" jika ada sesama muslim yang menuduh ini itu. Kita diuji dengan prasangka sesama yang memfasikkan dan mengata sesat tanpa pengetahuan. Allahua'lam. 🙂
Mari luruskan niat menulis, mari jangan berhenti menulis. 😀
Baiknya memang semua yg kita lakukan ikhlas karena Allah,,bagus skali tulisannya 🙂
salam kenal ya 🙂
Dengan demikian, niat tidak boleh dipandang ringan, apalagi dilupakan, begitu ya, Mbak. Berangkat dari niatlah perbuatan seseorang dapat dinilai sebagai ibadah yang akan mendapatkan pahala dan ridha-Nya atau tidak. Itulah kenapa dalam fiqh niat termasuk dalam rukun yang terkait erat dengan keabsahan sebuah ibadah.
Wah, postingan yang penting nih, Mbak. Makasih banyak ya….