Dulu saya bertanya-tanya bakal punya mertua seperti apa. Di beberapa grup Facebook yang saya ikuti, mertua selalu dikisahkan sebagai sosok durjana. Entah suka merecoki kehidupan rumah tangga sang anak, memarahi menantu, hingga membuat menantu menderita.
Maka, pertanyaan tentang keluarga yang saya lontarkan ketika ta’aruf adalah “Kira-kira apakah orang tua mau menerima menantu dengan profil seperti saya dan juga latar belakang seperti keluarga saya?”
“Apakah orang tua tidak berkeberatan memiliki menantu yang berbeda suku?”
Suami mengangguk mantap. Katanya sang ibu tidak berkeberatan memiliki menantu dari suku mana saja.
Lagi-lagi, pertanyaan tentang penerimaan keluarga harus dipastikan sebelum pernikahan. Mengapa? Karena menikah dengan seseorang juga ‘menikah’ dengan keluarganya. Keluarganya akan menjadi keluargamu.
Kamu tidak bisa hanya mau dengan anaknya, tetapi tidak mau menjadi bagian dari keluarganya.
Lalu, ketika perjalanan kami berlanjut, saya yang jadi minder. Orang Minang terkenal pandai memasak sementara kemampuan memasak saya pas-pasan. Untung mertua tidak ada tes untuk calon menantu dan menyerahkan urusan pasangan ke anaknya.
Saya dan mertua baru pertama kali bertemu ketika lamaran. Sebelum lamaran, saya tidak berkomunikasi apapun dengan mertua. Baru setelah lamaran, saya cukup sering menghubungi mertua yang tinggal di Solok. Pendekatan.
Alhamdulillah, hampir tiga tahun menikah, saya memiliki hubungan yang cukup hangat dengan mertua, mertua perempuan khususnya.
Tujuh Cara Mengakrabkan Diri dengan Mertua
- Telpon dan Tanyakan Kabarnya
Dulu setelah lamaran dan sebelum pernikahan, saya rutin menelpon calon mertua minimal dua kali dalam seminggu. Obrolan dengan mertua tidak harus panjang-panjang. Minimal menanyakan kabar dan kesehariannya. Tunjukkan kalau kita peduli dengan kondisi mertua.
Setelah memiliki anak, kami melakukan video call setiap hari. Tentu, cucu pertama Nenek yang menjadi magnetnya, Hehe.
- Jangan Larang Suami Berbakti kepada Mertua
Selamanya, anak laki-laki tetaplah milik ibunya. Jadi, sebagai istri seyogianya kita tidak melarang suami berbakti kepada ibunya. Berbakti bisa beraneka macam bentuknya, mulai mengunjungi mertua secara berkala, memberikan uang kepada mertua, dan sebagainya. Misalnya, saya selalu meminta suami melebihkan nilai nominal kiriman kepada orang tuanya.
- Dengarkan Nasihat Mertua
Bagaimanapun juga, mertua merupakan sosok orang tua kita. Dengarkanlah nasihat yang disampaikan oleh mertua meskipun mungkin ada hal-hal yang berbeda dengan nilai yang kita miliki. Apabila kurang sependapat, sampaikanlah dengan bahasa yang santun agar mertua tida tersinggung.
- Pancing dan Dengarkan Mertua Bercerita
Dalam berbagai buku komunikasi yang saya baca, cara agar orang lain terbuka dengan kita adalah dengan memintanya bercerita tentang dirinya, khususnya hal-hal yang disukainya. Saya menanyakan kepada suami apa saja pengalaman hidup mertua yang menarik yang kira-kira dapat menjadi pancingan untuk membuka percakapan lebih panjang dengan mertua.
Misalnya, mertua seorang guru, saya pun bertanya tentang pekerjaannya dan beliau pun antusias bercerita tentang pekerjaannya.
- Memberi Mertua Hadiah
Kata hadits, tahaadu tahabbu, saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai. Berikanlah hadiah barang yang mertua suka agar menantu semakin disayang. Kalau saya misalnya, kerudung dan baju.
- Ajak Mertua Jalan-Jalan
Jalan-jalan tak harus jauh ataupun mahal. Ketika kami mudik ke rumah mertua di Solok, kami pun mengajak mertua keliling Sumatera Barat. Mungkin, mertua juga sudah sering kelilng Sumbar, tetapi tentu saja hal yang paling berkesan adalah momen kebersamaan yang tercipta.
- Minta suami jadi penengah dengan mertua
Penengah di sini bukan berarti dalam hal kita bertengkar dengan mertua. Penengah di sini dalam arti luas. Misalnya, kita meminta tolong suami untuk menyampaikan maksud kita sekaligus kita menanyakan maksud perkataan atau tindakan mertua.
Wajar saja bila terdapat salah paham dalam hubungan mertua dan menantu karena keduanya memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. Oleh karena itu, peran suami sebagai perantara menjadi amat penting.
Saya berpendapat, sebagai menantu alias orang yang lebih muda, kita yang harus lebih berupaya untuk mendekatkan diri kepada mertua. Pendekatan dengan mertua tentu tidak instan alias membutuhkan waktu pendekatan.
Semoga dimudahkan ya untuk berbakti kepada mertua!