Suatu sore, ada anak seorang rekan kantor yang ikut ibunya ke ruangan. Bocah lelaki berusia tiga tahun itu sungguh menggemaskan. Saya pun dengan gemas menggendongnya. Menggendong layaknya seorang ibu menimang anaknya.
Hingga kemudian seorang rekan kantor lainnya (bapak-bapak) berkomentar setelah saya selesai menggendong. “Mon, kamu kalau ‘pengen’ sama cowok, jangan dilampiaskan ke anak kecil gitu dong,”
Astaghfirullah. Saya langsung tersinggung dengan perkataannya,”Mas, yang bener aja dong. Memang saya perempuan apa,” sambil menjauh darinya.
Dia buru-buru minta maaf. Saya cuma diam. Pulang kantor dia meminta maaf lagi melalui whatsapp. “Maaf, Mon, terkadang perkataanku kelewatan,”
Saya menangis. Demi Allah, berpikir secara ‘seksual’ ke anak kecil tak pernah terlintas sama sekali. Gimana sih kalau ada anak kecil yang menggemaskan, naluri keibuan pasti langsung muncul lah ya. Pengen cium, pengen gendong. Itu juga masih dalam batas normal, bukan yang berlebihan bagaimana-bagaimana.
Namun, pandangan orang bisa beda. Saya bukan gadis yang mengumbar aurat dengan berpakaian seksi. Setengah mati saya berusaha menjaga penampilan, jaga sikap, jaga omongan. Tetap saja tak cukup. Tak cukup untuk menghindarkan fitnah orang.
Perempuan berstatus single sungguh rawan mengundang fitnah. Mulai dari bapak-bapak yang suka menggoda menawarkan jadi istri kedua (saya tahu ini bercanda tapi, menurut saya, guyonan seperti ini sungguh tak lucu), dsb.
No matter how hard I try to protect myself, status ‘single’ memang mengundang fitnah. Seperti tadi.
***
5 Comments. Leave new
keep strong mbaknya
Semangat Mbak… mengamini doa diakhir post juga…
ya Allah ,,,itu mah keterlaluan ngeres pikirannya. kalau aku yg digituin pasti udah kubentak2 tuh orang.
KURANG AJAR!!!!!
Aamiin, Allahumma aamiin. Keep setrong dan tetap produktif dalam kebaikan ya, Mon <3
#abaikansajaorangitu