Saya dipanggil menghadap pak bos, atasan langsung di tempat bekerja. Beliau menyampaikan kekecewaannya lantaran menurut dia hasil kerja saya kurang bagus.
Beliau tidak mengatakan, “Gimana sih Mon? Masak gitu aja nggak bisa?”
Tidak juga mengatakan,”Kok gini sih hasil kerjamu?”
Namun, beliau mengungkapkan kekecewaannya dengan memuji saya terlebih dahulu. “Monika, kamu kan lulusan D4 STAN. Kamu bisa lho membuat analisis yang lebih baik dari ini,”
Saya mengangguk dan mengatakan bahwa saya akan memperbaiki pekerjaan.
Selama dua tahun menjadi stafnya, saya nggak pernah melihat atau mendengar bapak itu memarahi orang. Menegur iya, seperti halnya beliau menegur saya.
Beliau selalu berfokus pada perbaikan. Tidak bertanya kenapa bisa begitu atau menjelekkan orang. Namun, apa yang bisa kita perbaiki?
Tak segan-segan beliau membagikan ilmunya layaknya dosen yang mengajari mahasiswa.
Sebagai lulusan pendidikan pascasarjana sebuah universitas di luar negeri, si bapak suka mendorong kami untuk melanjutkan pendidikan. Mencari beasiswa agar bisa melanjutkan kuliah tanpa keluar biaya.
Semisal ada yang memegang perusahaan besar, pak X pun memberi staf lain tanggung jawab terkait bagian kecil perusahaan tersebut. Agar kami dalam satu tim sama-sama belajar.
Hal yang paling membuat saya respek dengan beliau adalah beliau selalu pasang badan untuk anak buah. Apabila ada kekurangan dalam pekerjaan atau ada permasalahan, beliau selalu melindungi kami, para stafnya.
Yang selalu dikatakannya adalah, “Pemimpin bertanggung jawab terhadap anak buah,”
Hal lain yang menambah kualitas beliau sebagai pemimpin adalah selera humornya yang tinggi. Ada saja perkataan beliau yang mencairkan suasana serius.
Menurut saya, nggak mudah lho untuk melemparkan candaan di tengah ketegangan. Dan, ya, beliau mampu melakukannya dengan baik.
Bahkan, ketika beliau habis kena marah oleh pak direktur, beliau masih bisa menceritakannya sambil senyum-senyum, “Habis ‘dikeramasin’ sama pak direktur nih,”
Ketika beliau dipindahkan ke unit lain, kami sangat kehilangan. Testimoni rekan satu unit kerja saya juga mengatakan hal yang sama tentang beliau. Sosok yang mengayomi dan selalu pasang badan untuk anak buahnya.
Begitulah. Pada akhirnya, pemimpin yang dihormati dan dicintai itu bukanlah sosok yang paling ditakuti. Respect is earned.
Saya sudah pernah menjadi anak buah dari tujuh kasi dan pak X adalah bos terbaik yang pernah saya miliki.
Semoga beliau senantiasa sehat, panjang umur, dan diberkahi.
**
pic source: Unsplash
1 Comment. Leave new
Ini ingetin aku bangett Ama salah satu mantan atasanku juga mba. Orang yg paling sabar, mau kasih bimbingan di saat anak2nya salah, di saat ada masalah dia juga bantuin, dan selalu pasang badan juga.
Dari atasanku itu, aku belajar utk melakukan hal yg sama. Di saat naik posisi dan memegang team, aku juga pengen Deket Ama anak2 buahku, ga kepengin samasekali jadi bos yg bossy.
Di saat mereka salah, aku juga yg pasang badan ke atasan berikut nya, Krn aku belajar, jika anak buahku melakukan kesalahan, kemungkinan itu salahku juga dalam mengajari dia.