http://www.uniekkaswarganti.com/2015/09/giveaway-cerita-di-balik-blog.html |
Berapa postingan yang bisa Anda hasilkan setiap bulan?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum postingan terpampang di blog? Kalau
untuk saya sendiri, menulis itu membutuhkan waktu yang tidak lama. Setengah jam
untuk tulisan sebanyak satu halaman Microsoft
Word, satu jam untuk tulisan standar. Yang lama adalah memikirkannya! Iya, memikirkan mau menulis apa, memikirkan apa saja
yang ditulis untuk satu tema yang sudah ditetapkan, memikirkan ini tulisan
sudah layak masuk blog belum, memikirkan apakah tulisan yang udah jadi
dipublikasikan atau disimpan sendiri saja. Namun, terlalu banyak memikirkan,
ujung-ujunglah malah akan membuat tidak-jadi-menulis.
Jadi, apa saja proses dalam membuat satu postingan agar postingan tersebut bisa
‘jadi’?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum postingan terpampang di blog? Kalau
untuk saya sendiri, menulis itu membutuhkan waktu yang tidak lama. Setengah jam
untuk tulisan sebanyak satu halaman Microsoft
Word, satu jam untuk tulisan standar. Yang lama adalah memikirkannya! Iya, memikirkan mau menulis apa, memikirkan apa saja
yang ditulis untuk satu tema yang sudah ditetapkan, memikirkan ini tulisan
sudah layak masuk blog belum, memikirkan apakah tulisan yang udah jadi
dipublikasikan atau disimpan sendiri saja. Namun, terlalu banyak memikirkan,
ujung-ujunglah malah akan membuat tidak-jadi-menulis.
Jadi, apa saja proses dalam membuat satu postingan agar postingan tersebut bisa
‘jadi’?
1.
Yakin
nggak ada ide? Yuk kumpulkan!
Yakin
nggak ada ide? Yuk kumpulkan!
Saya adalah salah seorang yang percaya dengan sepenuh hati bahwa ide
menulis itu tak akan pernah habis. Malah semakin digali, akan semakin meletup
ide bermunculan. Semua hal bisa menjadi ide tulisan, misalnya mulai dari hobi,
keahlian, kebiasaan, dsb. Bahkan Anda bisa menuliskan ‘hal-hal yang menghalangi
menulis’ bukan? Setiap ide, selintas apapun dalam pikiran, saya catat di
Microsoft Excel. Lalu saya simpan file berjudul
‘Writing List’ di Google Drive. Jadi
setiap ide muncul, saya tulis ide baru dengan mengedit dokumen itu dan
memperbaharuinya di Google Drive agar bisa dibuka sewaktu-waktu.
menulis itu tak akan pernah habis. Malah semakin digali, akan semakin meletup
ide bermunculan. Semua hal bisa menjadi ide tulisan, misalnya mulai dari hobi,
keahlian, kebiasaan, dsb. Bahkan Anda bisa menuliskan ‘hal-hal yang menghalangi
menulis’ bukan? Setiap ide, selintas apapun dalam pikiran, saya catat di
Microsoft Excel. Lalu saya simpan file berjudul
‘Writing List’ di Google Drive. Jadi
setiap ide muncul, saya tulis ide baru dengan mengedit dokumen itu dan
memperbaharuinya di Google Drive agar bisa dibuka sewaktu-waktu.
2.
Yakin
nggak ada bahan menulis? Yuk
dokumentasikan!
Yakin
nggak ada bahan menulis? Yuk
dokumentasikan!
Menulis itu mungkin tidak memerlukan waktu lama, yang lama adalah proses
sebelumnya. Mengendapkan ide menjadi sebuah tulisan tentu memerlukan ‘bahan
bakar’. Misalnya, Andrea Hirata mengaku memerlukan sebelas hari saja untuk
menuliskan “Padang Bulan”, tetapi di balik itu ada empat tahun riset. Mudahnya
akses internet sekarang tentu menjadikan arus informasi deras, catat informasi
yang menarik atau kira-kira mendukung ide tulisan. Bisa disimpan melalui bookmark, screenshot atau copy paste bahan pendukung tulisan dan kemudian
disatukan di satu folder “Bahan Menulis” dengan subfolder ide judul.
Bahan-bahan itu akan berguna untuk mendukung terciptanya tulisan.
sebelumnya. Mengendapkan ide menjadi sebuah tulisan tentu memerlukan ‘bahan
bakar’. Misalnya, Andrea Hirata mengaku memerlukan sebelas hari saja untuk
menuliskan “Padang Bulan”, tetapi di balik itu ada empat tahun riset. Mudahnya
akses internet sekarang tentu menjadikan arus informasi deras, catat informasi
yang menarik atau kira-kira mendukung ide tulisan. Bisa disimpan melalui bookmark, screenshot atau copy paste bahan pendukung tulisan dan kemudian
disatukan di satu folder “Bahan Menulis” dengan subfolder ide judul.
Bahan-bahan itu akan berguna untuk mendukung terciptanya tulisan.
3.
Yakin
nunggu mood baru menulis? Yuk buat poin-poin
tulisan!
Yakin
nunggu mood baru menulis? Yuk buat poin-poin
tulisan!
Kalau menunggu mood bagus baru
menulis, yakinlah bahwa Anda akan lebih sering tidak-jadi-menulis. Membuat
poin-poin tulisan akan membuat Anda semakin semangat untuk menulis, karena
sudah memiliki gambaran jelas akan dibawa kemana. Saya biasanya menggunakan
aplikasi Evernote yang berguna sekali
untuk menulis dan menyimpan poin-poin (calon) tulisan. Misal, tema tulisan
selanjutnya ‘tips hidup hemat tanpa susah di Jakarta’, saya menuliskan
poin-poin tulisan di Evernote dari ponsel.
Begitu ada ide yang mendukung judul tulisan itu langsung saya perbaharui file (calon) tulisan di Evernote. Mengapa Evernote? Karena Evernote
berbasis cloud sehingga data
terintegrasi. Kalau menulis secara manual, takut buku catatan tertinggal dan
selain itu tak bisa di copy-paste
ketika menulis di Microsoft Word.
Jadi, ketika saya membuka laptop, saya tinggal membuka file (calon) tulisan di Evernote, dan mengembangkan poin-poin (kerangka
tulisan) yang sudah saya buat sebelumnya.
menulis, yakinlah bahwa Anda akan lebih sering tidak-jadi-menulis. Membuat
poin-poin tulisan akan membuat Anda semakin semangat untuk menulis, karena
sudah memiliki gambaran jelas akan dibawa kemana. Saya biasanya menggunakan
aplikasi Evernote yang berguna sekali
untuk menulis dan menyimpan poin-poin (calon) tulisan. Misal, tema tulisan
selanjutnya ‘tips hidup hemat tanpa susah di Jakarta’, saya menuliskan
poin-poin tulisan di Evernote dari ponsel.
Begitu ada ide yang mendukung judul tulisan itu langsung saya perbaharui file (calon) tulisan di Evernote. Mengapa Evernote? Karena Evernote
berbasis cloud sehingga data
terintegrasi. Kalau menulis secara manual, takut buku catatan tertinggal dan
selain itu tak bisa di copy-paste
ketika menulis di Microsoft Word.
Jadi, ketika saya membuka laptop, saya tinggal membuka file (calon) tulisan di Evernote, dan mengembangkan poin-poin (kerangka
tulisan) yang sudah saya buat sebelumnya.
Contoh tampilan Evernote, pilih yang Textnote |
4.
Yakin
tulisanmu jelek? Yuk nulis saja!
Yakin
tulisanmu jelek? Yuk nulis saja!
Saya lupa siapa yang bilang, tetapi perkataannya amat membekas, “You can’t edit empty paper,” Artinya, apa yang diedit kalau tidak
ada yang ditulis. Jadi, kalau tak kunjung menulis karena merasa tulisan (masih)
jelek, maka Anda tak akan mulai menulis. Tulis saja dahulu apa yang ingin Anda
tulis, revisi/editing itu urusan
berikutnya. Biasanya, saya ‘mengalirkan’ dulu tulisan hingga selesai, baru
membaca ulang setelah tulisan mentah jadi. Jangan khawatir menulis jelek,
Agustinus Wibowo sang penulis terkenal berkata, “90% of your first draft is rubbish,”. Ngomong-ngomong, dia
memerlukan waktu dua tahun untuk menghasilkan buku ketiganya “Titik Nol”,
menulis ulang belasan kali sebelum dipublikasikan. Hasilnya luar biasa tentu
saja.
ada yang ditulis. Jadi, kalau tak kunjung menulis karena merasa tulisan (masih)
jelek, maka Anda tak akan mulai menulis. Tulis saja dahulu apa yang ingin Anda
tulis, revisi/editing itu urusan
berikutnya. Biasanya, saya ‘mengalirkan’ dulu tulisan hingga selesai, baru
membaca ulang setelah tulisan mentah jadi. Jangan khawatir menulis jelek,
Agustinus Wibowo sang penulis terkenal berkata, “90% of your first draft is rubbish,”. Ngomong-ngomong, dia
memerlukan waktu dua tahun untuk menghasilkan buku ketiganya “Titik Nol”,
menulis ulang belasan kali sebelum dipublikasikan. Hasilnya luar biasa tentu
saja.
5.
Yakin
tulisanmu untuk diri sendiri saja? Posting saja!
Yakin
tulisanmu untuk diri sendiri saja? Posting saja!
Sudah jadi tulisan tapi tak percaya diri mempublikasikannya di blog? Ah, ‘hajar’
saja perasaan itu. Anda tak akan pernah tahu siapa yang akan memperoleh
inspirasi atau manfaat dari tulisan Anda jika tulisan itu hanya tersimpan di
komputer saja. Kalaupun tidak ada, ya paling-paling tak ada feedback atau umpan balik, bukan? Kalau
benar-benar tak yakin dengan tulisan yang sudah dipublikasikan di blog,
sederhana saja, tak usah dibagikan di media sosial. Mempublikasikan tulisan di
blog akan menghasilkan suatu kepuasan tersendiri, misalnya mengalahkan berbagai
halangan menulis yang menghampiri.
saja perasaan itu. Anda tak akan pernah tahu siapa yang akan memperoleh
inspirasi atau manfaat dari tulisan Anda jika tulisan itu hanya tersimpan di
komputer saja. Kalaupun tidak ada, ya paling-paling tak ada feedback atau umpan balik, bukan? Kalau
benar-benar tak yakin dengan tulisan yang sudah dipublikasikan di blog,
sederhana saja, tak usah dibagikan di media sosial. Mempublikasikan tulisan di
blog akan menghasilkan suatu kepuasan tersendiri, misalnya mengalahkan berbagai
halangan menulis yang menghampiri.
6.
Yakin
sudah selesai ketika sudah posting? Yuk lengkapi dengan berbagai atribut!
Yakin
sudah selesai ketika sudah posting? Yuk lengkapi dengan berbagai atribut!
Tulisan sudah jadi, saatnya untuk dilengkapi. Pertama, lengkapi dengan
gambar. Ratusan atau ribuan huruf tanpa gambar tentu akan amat membosankan. Biasanya,
saya mencari gambar di folder foto yang kira-kira sesuai, atau jika tak ada
maka mencari di Google (jangan lupa mencantumkan sumber situs tempat gambar
diambil, jangan cuma dari Google yah). Lalu, sesudah itu mengeditnya, entah
menambahkan judul tulisan atau sekadar mempercerah saja. Setelah menambahkan
gambar, langkah berikutnya, adalah melengkapi berbagai teknik SEO di postingan.
Misalnya, dari yang sederhana seperti kata kunci ditebalkan, menambahkan kata
kunci di gambar, dsb.
gambar. Ratusan atau ribuan huruf tanpa gambar tentu akan amat membosankan. Biasanya,
saya mencari gambar di folder foto yang kira-kira sesuai, atau jika tak ada
maka mencari di Google (jangan lupa mencantumkan sumber situs tempat gambar
diambil, jangan cuma dari Google yah). Lalu, sesudah itu mengeditnya, entah
menambahkan judul tulisan atau sekadar mempercerah saja. Setelah menambahkan
gambar, langkah berikutnya, adalah melengkapi berbagai teknik SEO di postingan.
Misalnya, dari yang sederhana seperti kata kunci ditebalkan, menambahkan kata
kunci di gambar, dsb.
7.
Yakin
tulisanmu tak ada yang baca? Bagikan saja!
Yakin
tulisanmu tak ada yang baca? Bagikan saja!
Setelah selesai dengan tulisan, langkah selanjutnya adalah membagikan di
media sosial. Baik di beranda Facebook atau linimasa Twitter. Kadang-kadang
dibagi di berbagai grup Facebook, atau promo di Instagram. Usai mempublikasikan,
ya sudah biarkan saja, biarkan setiap
tulisan menemukan ‘takdir’nya masing-masing. Ada tulisan yang membuat orang
tak dikenal curhat, ada tulisan yang membuat orang minta dicarikan jodoh, ada
tulisan yang membuat menang giveaway/lomba,
dsb.
media sosial. Baik di beranda Facebook atau linimasa Twitter. Kadang-kadang
dibagi di berbagai grup Facebook, atau promo di Instagram. Usai mempublikasikan,
ya sudah biarkan saja, biarkan setiap
tulisan menemukan ‘takdir’nya masing-masing. Ada tulisan yang membuat orang
tak dikenal curhat, ada tulisan yang membuat orang minta dicarikan jodoh, ada
tulisan yang membuat menang giveaway/lomba,
dsb.
Jadi, demikianlah proses di balik sebuah postingan bagi saya. Intinya, tidak menunggu untuk menulis. Menunggu
ada ide, menunggu mood, menunggu
tulisan bagus dan menunggu hal-hal lain yang akan menggagalkan terciptanya
tulisan. Singkat kata, ciptakan peluangmu.
ada ide, menunggu mood, menunggu
tulisan bagus dan menunggu hal-hal lain yang akan menggagalkan terciptanya
tulisan. Singkat kata, ciptakan peluangmu.
Jadi, yakin
masih nggak menulis?
masih nggak menulis?
—
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Cerita di Balik Blog
16 Comments. Leave new
Bukan nggak ada ide, bukan nggak ada waktu, penyakit malas itu susah banget ngilanginnya 😀
Buka dashboard kadang males. Kalau pun buka, nulis sebentar, malah jadi draft bukan langsung dipublish.
Malesnya sih lebih karena keasyikan blogwalking atau ngesosmed lainnya :v
Ahihi.. bener mba.. sosmed bikin ga produktif 🙁
Kalo aku kadang kalau postingnya kalau terlalu seeing jadi buntu mikirnya dan rulisan berasa kaya ga asik gitu hihihi 😀
Xoxo,
http://www.leeviahan.com
Hihi. Iya mba.. btw salam kenal ya mba makasi udah mampir ^^
Nah.. bener banget tuh tipsnya. Ide itu sebenarnya bukan ngga ada, cuma kita yang harus jeli dan siap nangkepnya. Satu lagi, hilangin rasa malas untuk nulis itu yang kadang susah banget. Kalau saya pribadi, saat nulis di ms. word itu ngga boleh sambil bukan sosmed. Karena, sosmed jadi racun yang bikin tuilsan kita ngga kelar-kelar. CMIIW
Bener banget mba.. klo sy lagi nulis matiin hape matiin sosmed hehe
semua tipsnya keren bangeeeeeett
Makasih mba.. salam kenal ^^
Insya allah.. Mudah-mudahan masih akan terus menulis 🙂
Aamiinn.. mba Leyla salah satu yg plg aktif d blog ^^
ah pass banget lagi agak ilang mood buat nulis, trus mampir sinih.
makasyiii sharingnya, duuh itu judul kayak diciptakan buat sayah hehehehe…
baiklah back to lap top, menulis aja!
Semangaaaat mba *nyemangati diri sendiri jg.. hehe.. salam kenal ya mba 😉
Semangaaaat mba *nyemangati diri sendiri jg.. hehe.. salam kenal ya mba 😉
Banner di artikel itu bagus banget, aku belum pernah nyoba bikin.
Tulisannya bagus, sangat inspiratif 😀
Yakin ga mau ikutan GA nya Mak Uniek? hehehe, nice post maak, mau ikutan GA ini jugak ahhh
Setuju ttg takdir tulisan kita mba… klo udah publish mah yakin aja takdir tulisan kita akan berjalan dg sendirinya.
Terima kasih ya sudah ikuan giveawayku 🙂