Kalau kamu cantik, 50% permasalahan hidupmu kelar
Kamu setuju kata-kata di atas? Saya setuju sekali. Bukan karena saya merasa cantik, saya justru sudah kenyang dengan pengalaman dianggap tidak cantik. Bahkan terang-terangan ada yang bilang kalau saya tidak cantik. Saya pernah menuliskannya di Quora.
Pernah juga dulu seorang teman mengomentari saya yang mengunggah beberapa foto di Facebook dalam waktu bersamaan. “Aplod aplod terus. Mending kalau cantik,”
Ketika masa sekolah dan kuliah dulu, saya mengamati kalau menjadi cantik (atau setidaknya dianggap cantik oleh lingkungan sekitar) adalah sebuah privilese. Ya, cewek cantik ‘dikerubutin’ cowok-cowok wajar kan? Belum lagi banyak teman yang dengan sukarela membantu dia.
Teman SMA saya yang cantik pernah cerita kalau dalam sebulan pernah ‘ditembak’ sebanyak 8 kali.
Kalau ada yang bilang don’t judge a book by its cover. Ssttt, yakin? Memang sudah fitrah manusia suka memandang kecantikan. Semisal perempuan mengidolakan artis laki-laki, pasti salah satunya karena ketampanan sang artis.
Yang Penting Inner Beauty, Yakin?
Ada yang bilang, “Yang penting inner beauty,”. Yakin?
Dulu, ketika sekolah saya termasuk orang yang cuek dalam urusan penampilan. Sebelum berhijab di kelas 3 SMA, saya paling-paling menyisir rambut saja sebelum berangkat ke sekolah dan menggunakan bedak jika disuruh Mama. Ya, saat SMP saya memang tomboy.
Ketika SMA dan kuliah, saya paling-paling hanya bedakan saja. Percaya atau tidak kalau saya baru pakai lipstik secara rajin di usia 25 tahun padahal saya sudah bekerja dari usia 21 tahun.
Ketika saya mulai berdandan, sikap orang-orang ke saya berubah. Orang lebih notice kehadiran saya. Ohya, dandan di sini bukan dandan menor pakai bulu mata palsu atau apa ya. Dandan saya sehari-hari dengan menggunakan alas bedak, bedak, dan lipstik. Saya pernah membahasnya di postingan Does Beauty Really Rule?
Saya percaya kalau cantik di dalam sama pentingnya dengan cantik di luar.
Kenapa?
Dandan bukan untuk bergenit-genit, melainkan dandan adalah upaya untuk menghargai diri sendiri. Bikin penampilan pantas (proper) untuk dilihat.
Berdandan membuat kepercayaan diri saya bertambah. Yes, feeling prettier makes me feel better.
Berdandan nggak ada hubungannya dengan nggak menerima diri apa adanya.
Semua Perempuan Itu Cantik
Saya percaya kalau semua perempuan itu cantik. Tentu, ada perempuan-perempuan yang cantiknya di atas rata-rata seperti Raline Shah.
Semua perempuan memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya cantik. Ada yang memiliki mata menawan, senyum yang indah, atau wajah eksotik.
Kecantikan seorang perempuan tidak dilihat dari kacamata yang sama.
Misalnya, bagi saya, laki-laki Korea itu nggak ganteng. Di mata para pecinta oppa, Lee Min Ho itu ganteng, di mata saya biasa aja.
Tentu, itu soal selera.
Saya percaya, semua perempuan itu cantik, di mata laki-laki yang tepat.
Seumur hidup saya berhadapan dengan keminderan. Saya sadar diri saya nggak cantik tetapi saya nggak ngerasa jelek juga sih. Ya, biasa-biasa saja gitu.
Hingga akhirnya, saya menikah dengan jalan ta’aruf dengan seorang laki-laki, teman kantornya teman kuliah saya.
Setelah menikah, saya bertanya ke suami. “Kenapa mau sama aku?”
Suami memberikan beberapa jawaban. Salah satunya karena saya cantik.
“Serius, emang aku cantik?”
“Lah, emangnya enggak? Kamu ngerasa kalau kamu cantik nggak?” balas suami.
Saya diam. Pengalaman direndahkan orang karena dianggap nggak cantik itu membekas.
“Kamu cantik,” kata suami sambil menatap saya sungguh-sungguh.
Dulu saya iri sama teman yang cantik. Enak ya jadi orang cantik, disukai banyak orang. Dipuji-puji, diikagumi.
Namun, setelah menikah, saya baru sadar kalau dipuji-puji banyak orang itu nggak penting. Yang penting dicintai satu orang, yang mau mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian kokoh bernama pernikahan.
Satu orang yang menjadikanmu dunianya. Yang bertanggung jawab atasmu dan atas anak-anakmu, yang membuat pipimu bersemu malu, bahkan ketika sudah tak menjadi pengantin baru.
Yang memanggil, “Cantikku,”. Yang membuatmu merasa begitu berharga, yang merasa beruntung menjadi teman hidupmu.
Satu orang yang tepat itu lebih dari cukup.
Ya, ya. Kamu cantik. Bahkan ketika kamu tidak merasa cantik.
Di mata laki-laki yang tepat, kamu adalah perempuan tercantik sedunia.
Kamu adalah dunianya.
Beruntunglah jika kamu sudah menemukannya. Jika belum, yakinlah kamu akan bertemu dengannya segera.
9 Comments. Leave new
Wowo… yayay… iya istriku jg dulu tanya terus… Apakah aku cantik,,? aku jawab iya… cantik.. hehe
haha begitulah mas.. istri akan terus bertanya.. kalau kata suami ih buktinya kamu kan sudah aku nikahin hahaha
Jleeeb, bener banget. Aku sekarang merasa bahagia pas dulu enggak cantik2 banget wahahaha, jadi sering pupus :)) dan bisa ketemu suami. Orang yang tepat….
terima kasih ceritanya cantik banget mbaaaa
hihihi makasi kak
semua perempuan cantik dengan daya tariknya masing2 dan perempuan yg mempercantik diri ya itu untuk dirinya sendiri, makasih kak tulisannya udah jadi reminder ^^
bener banget mba Citra.. dandan itu ya pada dasarnya untuk diri sendiri hehe
Iya betul sih.
Dari kacamataku sebagai perempuan, aku selalu menganggap orang yg kusukai ganteng meski kata temen2 biasa saja. Dan kalau gak suka, seganteng apapun wajahnya, nilai rasanya tetap beda sih.
Yuhuu, kalau udah cinta mah begitulah 😀
Cantik itu relatif ya mbak :))