Sebuncah haru menyelimuti dada. Rekening bertambah tujuh digit. Begini rasanya memiliki gaji sendiri setelah dua puluh satu tahun hidup di dunia. “Mama, aku gajian, Ma,” seruku melalui telepon dengan gembira. Sejumlah nominal saya berikan kepada orang tua. Rasanya sungguh bangga, bisa menghasilkan uang dari jerih payah sendiri.
Hari berganti hari, saya pun semakin terbiasa dengan kehidupan ibu kota. Ajakan makan enak di mal, nonton, jalan-jalan, ayo saja. Saya ingin menikmati uang hasil jerih payah sendiri. Namun, sayang sekali, saat itu saya masih belum bijaksana dalam mengelola keuangan. Pundi-pundi rupiah seakan menguap begitu saja. Ketika teman-teman membicarakan tentang rencana masa depan mereka seperti menikah atau membeli rumah, saya seperti tertampar. Tabungan cukup tipis untuk hitungan orang yang sudah dua tahun bekerja.
Saya tak bisa terus begini..
Sebagai seorang pegawai negeri, nominal yang saya terima setiap bulannya sudah terukur. Dengan pemasukan yang bisa dibilang tetap, saya bisa menghitung jumlah maksimal yang bisa disisihkan untuk ditabung. Sosokku sebagai anak pertama dari keluarga dengan kondisi ekonomi sederhana membuat saya harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Saya pun memutuskan untuk menjadi distributor sebuah merek hijab bersama adik perempuan. Lumayan, minimal saya bisa mendapatkan tiga juta rupiah setiap bulan kala itu.
Namun, lambat laun, saya merasa keteteran. Berjualan menguras energi dan juga waktu. Saya tak enak bila mengganggu jam kerja sebagai pegawai sehingga akhirnya memutuskan berhenti berjualan. Nah, bagaimana menghasilkan penghasilan tambahan? Investasi adalah solusi.
Mengapa Harus Berinvestasi?
Ada dua pilihan untuk menambah nominal tabungan bagi seorang pegawai yakni menambah pemasukan atau mengurangi pengeluaran. Pilihan pertama lebih menggoda dan menantang. Nah, bagaimana caranya menambah pemasukan? Bisa melalui berjualan atau investasi. Opsi berjualan pernah saya coba tapi hanya bertahan selama dua tahun karena berjualan membutuhkan fokus yang tinggi, sesuatu yang tak bisa saya lakukan karena saya juga bekerja apalagi terkadang lembur. Otomatis, opsi investasi adalah pilihan yang lebih masuk akal.
Terdapat dua jenis investasi yakni investasi sektor riil dan sektor non riil. Investasi sektor riil merupakan investasi pada aset yang berwujud seperti investasi pada properti, tanah, emas, dan sebagainya. Adapun investasi sektor non riil atau sektor finansial merupakan investasi pada aset yang tak berwujud pada aset keuangan seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya.
Sebenarnya, apa manfaat investasi? Secara umum, ada tiga alasan utama mengapa kita harus berinvestasi :
Pertama, investasi sebagai sumber pemasukan tambahan. Uang yang diinvestasikan bisa memberikan nilai tambah alias sumber pemasukan baru dibandingkan misalnya hanya disimpan saja dalam bentuk tabungan. Terlebih lagi, nilai uang dalam tabungan digerus oleh inflasi yang mana rata-rata inflasi di Indonesia berkisar antara 3-5% dalam sepuluh tahun terakhir. Investasi dapat memberikan imbal hasil yang menarik melebihi tingkat inflasi. Misalnya invetasi Surat Utang Negara (SUN) untuk tenor 10 tahun memberikan imbal hasil sekitar 7%1 yang melebihi tingkat inflasi.
Kedua, investasi mampu menghasilkan passive income yakni pendapatan yang kita peroleh tanpa harus terlibat aktif. Kata orang, biarkan investasi kita ‘jalan’ sementara kita jalan-jalan. Contoh penghasilan pasif seperti menerima pembayaran bulanan dari menyewakan kamar kos.
Ketiga, merencanakan masa depan melalui investasi. Peruntukan investasi dibagi menjadi dua yakni investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Misalnya, investasi pada logam mulia lebih tepat jika diperuntukkan jangka panjang.
Investasi Harus Aman
Pernah membaca tentang penipuan berkedok investasi Pandawa Group yang sempat menghebohkan di tahun 2017? Pernah mendengar kasus investasi bodong alias investasi fiktif? Satgas Waspada Investasi sebagaimana dikutip oleh Kontan2 menyebutkan bahwa total nilai kerugian masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp88,8 triliun dalam kurun waktu 2008-2018 atau hanya dalam sepuluh tahun.
Mengerikan ya? Bayangkan kamu sudah susah payah menyisihkan penghasilanmu untuk ditabung kemudian sebagian dari tabunganmu itu kamu investasikan. Kamu membayangkan mendapatkan imbal hasil dari investasimu itu. Apesnya, alih-alih untung malah buntung. Uangmu dibawa lari oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Nah, untuk itu kita perlu memastikan bahwa investasi yang kita lakukan aman. Salah satu investasi yang benar-benar aman adalah investasi pada surat berharga negara.
Apa Itu Investasi pada Surat Berharga Negara?
Secara sederhana, Surat Berharga Negara (SBN) merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh negara. Secara garis besar, SBN dibagi menjadi dua yakni Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (UU SUN), SUN didefinisikan sebagai “surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya”
Pendek kata, negara meminjam dana kepada masyarakat dan kemudian negara akan mengembalikan sejumlah pokok pinjaman dan juga imbal hasil. Sebagai pengakuan utang, negara menerbitkan surat utang negara.
Investasi pada Surat Berharga Negara Sangat Aman
Bisa dibilang, investasi pada surat berharga negara baik SUN maupun SBSN bersifat sangat aman. Mengapa? Setidaknya lima alasan yang mendasarinya.
1. Aman karena pembayaran dijamin oleh Undang-Undang
Dalam UU SUN atau Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (UU SBSN), disebutkan bahwa Pemerintah wajib membayar baik bunga dan pokok setiap SUN pada saat jatuh tempo maupun imbalan dan nilai nominal SBSN sesuai akad. Setiap tahunnya, Pemerintah menganggarkan pembayaran atas bunga dan pokok SUN serta imbalan dan nilai nominal SBSN artinya terdapat kepastian pembayaran. Artinya, berinvestasi pada SBN bebas dari risiko gagal bayar.
2. Aman dari risiko gagal bayar
Mungkinkah negara gagal membayar? Menilik peringkat investasi Indonesia yang naik dari BBB- menjadi BBB berdasarkan lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) yang dirilis pada bulan Juni 2019 lalu, risiko gagal bayar Indonesia bisa dibilang rendah. Dikutip dari Katadata3, kenaikan peringkat investasi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia besar dan risiko investasi terkendali. Selain itu, rasio defisit negara yang masih kurang dari 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) juga menunjukkan tingkat risiko utang negara yang rendah. Pengelolaan risiko dilakukan secara profesional dan hati-hati oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko, Kementerian Keuangan.
3. Aman dari ketidakpastian
Untuk kamu yang suka dengan kepastian, investasi pada SBN memberikan kepastian yang tinggi. Atas investasi pada ORI dan sukuk tabungan, kamu akan mendapatkan bunga atau imbal hasil dalam angka yang tetap (fixed rate), misalnya untuk ORI-015 diberikan kupon sebesar 8,25% per tahun. Atas investasi pada Savings Bond Ritel (SBR) yang memiliki tingkat pengembalian dengan kupon mengambang, Pemerintah memberikan kupon minimal. Artinya, jika tingkat kupon pada saat pembayaran lebih besar dari kupon minimal, kamu akan mendapatkan tingkat kupon saat pembayaran. Namun, jika sebaliknya, kamu akan mendapatkan pengembalian sejumlah kupon minimal. Jadi, bisa dibilang bahwa kamu tak akan rugi jika berinvestasi SBN.
4. Aman karena seluruh danamu dijamin oleh Pemerintah
Jika tabungan atau deposito hanya dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan sejumlah maksimal Rp2 miliar per nasabah dan tidak ada jaminan atas investasi saham atau reksadana, Pemerintah memberikan jaminan 100% atas dana yang dikeluarkan oleh para investor SBN.
5. Aman dari keribetan
Berinvestasi pada SBN itu aman dari keribetan. Tak percaya? Pemesanan SBR bisa dilakukan secara online cukup dari ponsel masing-masing. Butuh dana mendadak dan ingin mencairkan investasi? SBR menawarkan fasilitas early redemption atau pelunasan sebelum jatuh tempo yang dapat dilakukan secara online. Untuk ORI atau sukuk ritel tidak terdapat fasilitas early redemption tetapi keduanya dapat diperdagangkan pada pasar sekunder.
Menjadi Heroes of The Nation dengan Menjadi Investor Negara
Dengan berbagai kemudahan, fasilitas, serta tingkat keamanan yang tinggi atas investasi SBN, tak heran investasi SBN semakin dilirik oleh investor di dalam dan di luar negeri. Kontan merilis bahwa kepemilikan investor asing pada SBN mencapai Rp1.001 triliun atau sekitar 39,3% dari total kepemilikan SBN4. Wow, cukup besar ya.
Jadi, agar investor asing tak semakin menguasai SBN, tak ada salahnya jika kita turut ambil bagian berinvestasi dalam SBN. Imbal hasil dari SBN akan dinikmati oleh investor dalam negeri dan uang pun berputar di Indonesia.
Dengan menjadi investor SBN, kamu turut berkontribusi membiayai APBN. Per 30 Juni 2019, porsi SBN dari keseluruhan utang negara mencapai 82,81% artinya sebagian besar utang negara bersumber dari SBN. SBN memegang porsi yang penting dalam pembiayaan negara.
Secara riil, terdapat 14 (empat belas) proyek pembangunan infrastruktur perkeretaapian yang berasal dari pembiayaan SBSN, dimulai dari tahun 2018 hingga tahun 2019 dengan nilai mencapai kurang lebih Rp7,1 triliun. Pembangunan proyek tersebut terdapat di Pulai Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Selain itu, sebagaimana dilansir bisnis.com5, dalam RAPBN 2019 direncanakan bahwa nilai penerbitan sukuk untuk pembiayaan proyek adalah sebesar Rp28,4 triliun untuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agama, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa jika kamu berinvestasi pada SBN, kamu bisa dibilang sebagai pahlawan untuk negara. Sosok yang turut andil membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berinvestasi pada SBN juga akan semakin meningkatkan rasa memiliki (belonging) terhadap negeri. Investasi yang kamu lakukan dalam bentuk SBN akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang pada akhirnya bisa dinikmati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia. Dari kita untuk kita!
Gagasan Investasi SBN Semakin Aman dan Berkembang
Investasi SBN semakin bertumbuh dari tahun ke tahun. Namun, penulis ingin memberikan sumbangsih gagasan agar investasi SBN semakin aman dan berkembang di masa yang akan datang.
Pertama, kemudahan pembelian SBN oleh seluruh lapisan masyarakat di marketplace umum. Dari tahun ke tahun, Pemerintah semakin memberikan kemudahan atas pembelian SBN. Misalnya, dulu pembelian ORI minimal senilai Rp5 juta sekarang cukup hanya dengan Rp1 juta. Saat ini, penjualan SBN melalui mitra distribusi dan marketplace keuangan seperti Bareksa yang mungkin belum semua orang dapat mengaksesnya. Jika kini saham dan reksa dana dipasarkan secara umum melalui marketplace seperti Bukalapak atau Tokopedia sehingga lebih memasyarakat, investasi SBN akan semakin diminati oleh masyarakat umum apabila bisa diakses secara lebih mudah melalui marketplace.
Kedua, green bonds untuk masa depan yang semakin aman
Saat ini, pembiayaan yang bersumber dari SBN berfokus pada pembiayaan infrastruktur semata, ke depan pembiayaan investasi dapat juga meliputi green bonds. Green bonds adalah surat utang berwawasan lingkungan untuk membiayai proyek infrastruktur ramah lingkungan. Jadi, pembiayaan infrastruktur yang dilakukan akan semakin aman untuk bumi.
Investasi SBN untuk Masa Depan
Investasi SBN merupakan investasi yang aman bagi masa depan, baik untuk masyarakat selaku investor maupun negara. Investor dapat berinvestasi secara aman melalui SBN sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Adapun negara akan mendapatkan sumber pembiayaan yang melibatkan masyarakat umum yang dapat digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur. Semakin banyak SBN yang beredar dan semakin sedikit pinjaman luar negeri Indonesia menunjukkan bahwa bangsa Indonesia semakin berdaya dalam membiayai APBN. Pada akhirnya, proyek infrastruktur diharapkan akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Kita yang berinvestasi, kita pula lah yang akan menikmati hasilnya di masa yang akan datang.
Jadi, bagaimana? Sudah siap berinvestasi secara aman? Sudah siap menjadi pahlawan untuk negeri?
Kita yang berinvestasi, kita pula lah yang akan menikmati hasilnya di masa yang akan datang.
Jadi, bagaimana? Sudah siap berinvestasi secara aman? Sudah siap menjadi pahlawan untuk negeri?
***
Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi blog bertema “Heroes of The Nations” yang diselenggarakan oleh Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan
***
Daftar referensi :
1. https://www.cnbcindonesia.com/market/20190531173745-17-76228/peringkat-indonesia-naik-yield-wajar-sun-10-tahun-kembali-7
2. https://investasi.kontan.co.id/news/total-kerugian-akibat-investasi-bodong-mencapai-rp-888-triliun
3. https://katadata.co.id/berita/2019/06/06/peringkat-indonesia-naik-saatnya-perbaiki-investasi-langsung-asing
4. https://nasional.kontan.co.id/news/kepemilikan-asing-di-sbn-capai-rp-1001-triliun-kemkeu-investor-lokal-kalah-agresif
5. https://ekonomi.bisnis.com/read/20180820/9/829738/ini-strategi-pembiayaan-utang-rapbn-2019-
6. https://www.kemenkeu.go.id/single-page/savings-bond-ritel/
7. https://www.kemenkeu.go.id/sukukritel
8. https://www.kemenkeu.go.id/ori
9. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/05/172023826/green-bonds-berpotensi-biayai-tiga-proyek-infrastruktur
1 Comment. Leave new
Sejak kerja di bank, aku belajar untuk investasi bukan hanya di deposito, tapi lebih ke Reksadana, obligasi dan forex. Kemarin ada SR012 ikutan ga mba? Lumayan imbal hasilnya 6.30%.
Yg ga terlalu berani Ama Reksadana, memang bgsnya di obligasi negara aja sih, LBH aman soalnya. Tapi aku sendiri cendrung speculative, dan berani main di Reksadana dengan resiko tinggi, tapi return juga tinggi :D.