Apakah kamu yakin seseorang akan berubah setelah menikah?
Di sebuah grup yang saya ikuti di Facebook, kerapkali saya membaca curhatan istri tentang suaminya. Sang perempuan sudah tahu tentang hal buruk suaminya ketika pacaran tetapi kemudian menikah dengan harapan sang suami akan berubah. Nyatanya, suami tetap sama saja.
Tak jarang, keluhan yang disampaikan terkait dengan perselingkuhan dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Dua hal yang fatal, sudah terdeteksi ketika pacaran tetapi dimaafkan lantaran berharap pasangan berubah.
Menerima Pasangan Apa Adanya
Sebagian besar orang menikah di usia 20-an, usia dewasa muda ketika watak sudah terbentuk puluhan tahun lamanya. Maka, watak dan kebiasaan sudah mengakar. Ketika memutuskan menikah, saya mencari seseorang yang saya bisa menerima dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Saya nggak mengharapkan seseorang berubah setelah menikah dengan saya.
Misal, seseorang memiliki karakter pelit. Apakah setelah menikah bisa berubah? Tentu bisa. Namun, saya nggak mau berharap terlalu tinggi.
Yang saya lihat saat itu adalah ekspektasi logis yang mencerminkan kondisi nyata, sementara perubahan adalah ekspektasi.
Bisa terjadi, bisa tidak.
Maka sebelum menikah saya coba menetapkan batasan-batasan. Hal apa yang harus tidak ada dari seorang suami? Hal apa yang bisa dikompromikan?
Karena ketika menikah dengan seseorang, kita juga akan menghadapi segala kekurangannya, setiap harinya. Misal, saya nggak mau menikah dengan perokok, ya saya cari orang yang tidak merokok.
Terimalah pasangan apa adanya. Apa adanya adalah kelebihan dan kekurangan saat kamu menerimanya menjadi pasangan.
Namun, jangan biarkan ia seadanya. Ajaklah ia untuk tumbuh bersama.
Misalnya, calon pasanganmu memiliki berat di atas rata-rata karena doyan makan dan jarang olahraga. Kamu tentu mengetahuinya dan memutuskan menerimanya. Kamu boleh berharap bahwa setelah menikah, dia akan berubah dan mendorongnya untuk lebih baik.
Namun, kalaupun ia tidak berubah, kamu sudah menerimanya dari awal.
Jangan Berharap Seseorang Berubah Setelah Menikah
Pernikahan bisa mengubah seseorang. Namun, jangan berharap seseorang berubah hanya karena menikah. Mengapa?
Pertama, watak dan kebiasaan itu sudah terbentuk puluhan tahun. Kita juga kalau disuruh berubah belum tentu bisa dan mau. Mengapa memaksa seseorang?
Kedua, kalaupun bisa berubah, perubahan itu tidak instan dan memerlukan proses. Apakah begitu menikah denganmu, seseorang langsung berubah? Tentu tidak. Ada proses yang membutuhkan waktu.
Apa kamu cukup sabar untuk menunggu ketidakpastian perubahannya?
Ketiga, perubahan terbaik datang dalam diri. Kamu bisa memaksa seseorang berubah, tetapi apabila dia tidak ingin benar-benar berubah, ia akan merasa tersiksa dan bisa jadi setengah hati melakukannya.
Kamu boleh berharap seseorang berubah jika hal yang ingin kamu ubah itu adalah hal yang bisa kompromikan. Misal, kamu nggak suka sama orang pelit tapi kamu masih bisa berkompromi. Bukan hal-hal penting yang seharusnya tidak menjadi kompromi, seperti perselingkuhan dan KDRT.
Big No!
Maka, penting bagi perempuan untuk menentukan standar pasangan. Kriteria yang harus ada dan harus tidak ada pada pasangan. Ingat sekali lagi, kamu akan menghadapi hal-hal yang kamu kompromikan.
Jadi, bijak-bijaklah menentukan nasibmu sendiri. Jangan mau menikah karena berharap seseorang berubah!