Senin, 18 Agustus 2013, 18.40-22.10. Bertempat di Djakarta Theatre, Kultum Supermentor kembali dilangsungkan. Edisi ketiga ini kali ini bertemakan “Bibit Lokal, Juara Dunia” dengan menghadirkan sejumlah tokoh yang mengharumkan nama negeri : Susi Susanti, Ridwan Kamil, Iwan Setiawan, Richard Th Tampubolon, dan Sri Mulyani Indrawati.
Meritokrasi merupakan tema besar Kultum Supermentor 3 yang dibawakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Dino Patti Djalal, beliau sekaligus merupakan founder dari acara yang menyedot antusiasme publik tinggi ini. Meritokrasi merupakan suatu sistem dimana semua orang bisa maju, memiliki kesempatan yang sama, tergantung pada mana yang paling memiliki kemampuan.
Pria yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini menegaskan bahwa dunia tidak melihat apa agama yang seseorang anut, apakah seseorang berasal dari China atau Amerika Serikat, apakah tua atau muda, tetapi melihat pada apa kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Lebih lanjut lagi beliau menyebutkan empat hal yang paling penting di era meritokrasi, khususnya agar Indonesia mampu berprestasi di kancah internasional :
- Berani bersaing
- Mental juara
- Berpikir besar
- Percaya diri
Meritokrasi memunculkan Metropolitan Revolution yakni pertumbuhan, inovasi, generasi pemimpin baru tak hanya ada pada kota-kota besar semata tetapi juga pada daerah.
Tak Takut Kalah, Tapi Tak Mau Kalah
Siapa yang tak kenal namanya, seorang perempuan asal Tasikmalaya yang mengharumkan nama Indonesia pada Olimpiade Barcelona 1992 melalui emas yang diraihnya pada cabang olahraga Bulu Tangkis. Ia lah Susi Susanti, seorang pebulutangkis wanita Indonesia yang berhasil menjuarai All England empat kali berturut-turut.
Perjalanan panjang menuju karier gemilangnya dimulai tatkala pada usia 14 tahun perempuan yang mengidolakan Rudi Hartono ini memperoleh beasiswa sebuah klub bulu tangkis besar (termasuk mengenyam pendidikan di sekolah khusus atlet) di Jakarta.
Maka pada usia yang relatif belia itu ia mulai mendedikasikan hidupnya untuk olahraga mahsyur negeri ini. Dari Senin hingga Jum’at, ia biasa berlatih 5-6 jam sehari.
Tak dapat dipungkiri bahwa masa remajanya hilang, begitu sebutnya. Namun ia tak pernah menyesalinya. Keyakinan akan pilihannya lah yang membuatnya terus menjaga konsistensi.
“Saya harus melakukan itu. Bulu tangkis adalah pilihan saya. Tak mungkin prestasi dapat dicapai dengan mudah,” ucapnya tanpa ragu
Berbicara mengenai mentalitas juara sebagai salah satu modal memperoleh kemenangan, istri dari Alan Budikusuma ini meyakini bahwa persiapan dan latihan yang matang serta ditunjang dengan fokus pada pertandingan menguatkan mentalnya di setiap pertandingan.
“Saya tidak takut kalah, tetapi saya tidak mau kalah,” begitu ucapnya berulang
Maka, jika ingin menjadi seorang juara, berlatihlah seperti juara, berlatih lah lebih dibanding yang lain. Ia terbiasa berlatih lebih keras dibanding teman-temannya yang lain. Selain itu, ia juga menggunakan teknik Sun Tzu bahwa untuk menguasai pertandingan haruslah menguasai lawan, ia mempelajari kelebihan dan kelemahan lawannya sebelum bertanding.
Konsistensi dan kerja kerasnya mendudukkannya menjadi atlet buku tangkis dunia. Namun, perempuan yang saat ini menjadi staf ahli PBSI ini memiliki motto bahwa di atas langit masih ada langit dan ia harus berdiri di atas kaki sendiri.
“Isilah masa muda dengan kegiatan positif, di bidang masing-masing, berkaryalah untuk orang lain, bangsa dan negara,” pungkasnya
How Far Can Dream Take You?
Pada kelas satu SD, lelaki Sunda ini menuliskan bahwa ia ingin mengunjungi 100 kota di seluruh dunia sebelum usia empat puluh. Pada usianya ke tiga puluh sembilan, ia menjejakkan kakinya ke kota ke-seratus di negeri Jerman. Sebelum menjabat sebagai walikota Bandung, laki-laki ini lebih dahulu dikenal sebagai arsitek dan urban designer.
“Proper education changed my life,” begitu kalimat pembuka darinya
Di atas panggung, Ridwan Kamil berbagi kisahnya sebagai seorang arsitek. Rancangannya yang paling berkesan baginya adalah Masjid Al Irsyad, masjid yang ia dedikasikan untuk almarhum ayah, dinobatkan sebagai satu dari dua puluh lima masjid terindah di dunia. Lalu berikutnya adalah Museum Tsunami karena tak sekadar mendesain arsiterktur tetapi juga mengejawantahkan bentuk tragedi.
Berbagai puluhan penghargaan bergengsi di bidang arsitektur dan tata kota di dalam dan luar negeri telah diraihnya. Keberhasilannya tak lepas dari nasihat sang ibu yang selalu diingatnya, “To live is to give, beri energi positifmu pada apa yang kamu kerjakan,”
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa Eropa berjaya di masa lalu, Amerika berjaya di masa sekarang dan optimismenya bahwa generasi masa depan adalah generasi Asia. Ekonomi kreatif akan menjadi unggulan, ciri-cirinya antara lain apa yang disingkat dengan 3T : Talent, Tolerant, Technology.
Selaku walikota Bandung, ia bercita-cita untuk menjadikan Bandung sebagai kota dunia dan happy city. Dengan memanfaatkan koneksi internasional yang diperolehnya saat berkarier
sebagai arsitek, ia menggunakannya untuk kepentingan kota Bandung, salah satunya untuk menggaet investasi di kota yang baru saja dinobatkan sebagai kota destinasi kuliner nomor satu di Indonesia itu.
Sebagai seorang walikota yang memiliki latar belakang arsitek, ia menargetkan terdapat 300 taman tematik di kota Bandung dan menginstruksikan setiap RW untuk memiliki satu taman bermain. Laki-laki berusia empat puluh tiga tahun ini meyakini bahwa interaksi di ruang publik akan meningkatkan indeks kebahagiaan warga.
Ia mencoba menerapkan gaya kepemimpinan leadership by example dimulai darinya yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi menuju kantor semenjak hari pertama ia menjabat. Ia menyadari bahwa permasalahan negeri tak akan mungkin diselesaikan oleh
pemerintah semata tanpa partisipasi aktif warga. Oleh karena itu ia merancang berbagai program misalnya Selasa Tanpa Rokok, Jum’at bersepeda, dsb.
Untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warga kota Bandung, setiap minggunya ia memiliki program makan bersama dengan orang termiskin di kota Bandung. Ia juga bercita-cita menjadikan Bandung sebagai Sillicon Valley of Indonesia.
Seribu Kali Bertempur, Seribu Kali Menang
Indonesia boleh berbangga, Komando Pasukan Khusus atau biasa disingkat Kopassus, merupakan pasukan paling elite nomor tiga sedunia. Berbagai prestasi telah ditorehkan oleh pasukan yang sering disebut sebagai pasukan baret merah ini, seperti operasi penumpasan G30S/PKI, Operasi Pembebasan Irian Barat, dsb. Pasukan Kopassus juga berhasil mengibarkan Sang merah Putih di puncak tertinggi gunung tertinggi sedunia, Mt Everest.
Pada kesempatan kali ini, Kol. Inf. Iwan Setiawan selaku Komandan Pusdik Kopassus dan Kol. Inf. Richard TH Tampubolon selaku Komandan Grup 2 Kopassus mengisahkan mengenai pasukan elite negeri ini. Untuk menjadi seorang prajurit Kopassus dibutuhkan waktu tiga bulan untuk menguasai berbagai keahlian seperti renang, bela diri, ilmu medan, sebelum dilanjutkan dengan pendidikan berat selama tujuh bulan.
Untuk menjadi seorang prajurit Kopassus diperlukan fisik dan mental yang tangguh. Selama pendidikan tujuh bulan, seorang prajurit harus berjalan kaki sejauh 450 km dengan membawa beban seberat 30-35 kg, ‘mencicipi’ kerasnya kehidupan Nusakambangan, berenang menggunakan ransel dan sepatu, dsb. Membuat hal yang pada awalnya terlihat impossible
menjadi possible.
Kopassus juga memiliki jasa besar dalam mengantarkan Indonesia meraih juara umum Sea Games 2011 dengan melatih para atlet mempersiapkan diri melalui membangun karakter-karakter unggulan. Salah satu motto Kopassus adalah seribu kali bertempur, seribu kali menang.
Jangan Pernah Lelah Mencintai Negeri Ini
Sri Mulyani Indrawati tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana pada Bank Dunia. Mengawali inspirasi yang ia bagikan, ia menyatakan bahwa orang-orang hebat bukan dilahirkan sebagai aset, tetapi mereka yang memilih menjadi aset, membentuk diri untuk menjadi aset.
Untuk menjadi aset diperlukan berbagai hal. Yang pertama adalah trust, respect and develop yourself. Untuk menjadi pemenang, berkali-kali mengalami kekalahan. Diperlukan komitmen, passion, dedikasi, loyalitas dan integritas untuk membentuk karakter juara.
Tak hanya itu, pembentukan karakter dilanjutkan dengan interaksi sosial sehingga muncuk
nilai-nilai juara, misalnya melalui good teamwork. Bagaimana menempatkan diri seseorang pada komunitas.
Apapun pekerjaan, ingredient menjadi aset adalah sama, tegas perempuan kelahiran Lampung ini. Intelectual Intelligence berpadu dengan Emotional dan Spiritual Intelligence merupakan kombinasi yang seyogyanya dimiliki.
Mantan Menteri Keuangan ini juga memberikan pandangannya bahwa di Indonesia sistem masih belum terbangun dan masih perlu dibangun. Sistem sulit diapresiasi karena tidak terlihat, misalnya kata adil dan sejahtera yang bagaimana. Desain diterjemahkan dalam bentuk sistem.
“The issue of choice even more difficult”
Permasalahan yang dihadapi oleh generasi saat ini bukanlah tentang terbatasnya akses akan informasi melainkan informasi yang berlebih/ overload information sehingga permasalahan yang mengikuti adalah perihal membuat pilihan dengan berlebihnya informasi yang ada sehubungan dengan demokratisasi informasi sebutnya. Dan tentu saja pilihan seseorang menunjukkan bagaimana kualitasnya.
Karakter unggul seseorang ditunjukkan melalui nilai antara lain :
- Trustworthy atau seberapa besar orang tersebut dapat dipercaya
- Kemampuan kerja sama
- Reliable/dapat diandalkan
- Ability to connect, berhubungan dengan orang lain
Untuk menjadi seseorang yang disegani, seseorang tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga harus mampu memikirkan hal yang bersifat noble. Misalnya, ketika menjabat sebagai Menteri Keuangan, tak hanya memikirkan mengenai bagaimana meningkatkan penerimaan negara tetapi juga bagaimana menciptakan departemen yang memiliki willingness to reform.
Awalnya, beliau bercita-cita sebagai guru TK, kemudian jalan hidup membawanya menjadi seorang ekonom, dosen, menteri hingga kini menduduki jabatan bergengsi pada Bank Dunia. Sekilas beliau mengisahkan mengenai pekerjaannya saat ini. Harus bangga akan jati diri lokal di tengah masyarakat global, begitu pesannya.
Mengakhiri perjumpaan yang terasa begitu singkat, beliau menekankan akan pentingnya pendidikan jika tidak mau tertinggal di belakang. Selain itu, beliau berpesan agar jangan pernah takut dengan pengaruh global karena Indonesia mempengaruhi global. Tidak mungkin kita akan menaklukkan dunia jika kita takut pada dunia.
Dan tentu saja salah satu ungkapannya yang amat populer, “Jangan pernah berhenti mencintai Indonesia, jangan pernah lelah mencintai negeri ini,”
Kultum Supermentor merupakan acara yang amat sayang untuk dilewatkan!
3 Comments. Leave new
dunia tidak melihat apa agama yang seseorang anut, …
sayangnya,
akhirat berkata sebaliknya
baarakillahufiikum
waa.. ikutan acara supermentor kemarin, Mon?
makasii udah sharing di sini.. 🙂
ada yg bilang bahwa hidup gak semudah apa yang para mentor atau motivator katakan, kecuali kalo udah ada bukti hidup kayak para atlet ini, itu bakalan bisa dipahami … 🙂