Hidup itu keras, saya memercayainya. Dari kelas lima SD, saya sudah berjualan. Membeli kertas surat dalam jumlah banyak di toko buku lalu menjualnya secara eceran kepada teman. Menyewakan buku-buku yang saya miliki dengan mengutip uang sewa tak seberapa.
Saya tahu saya tidak cantik, tidak terlalu pintar, tidak pula berasal dari keluarga kaya. Ayah sudah lama tak bekerja, praktis perekonomian keluarga hanya bergantung pada gaji ibu sebagai seorang pegawai negeri. Gali lubang tutup lubang adalah hal yang biasa.
Namun, ibu selalu berkata “Jadi orang harus gigih, harus semangat,”.
Kelak, kata-kata itu bagai bara yang membakar dalam dada. Saya mati-matian belajar agar bisa diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) lepas dari SMA. Pendaftar STAN pada saat itu lebih dari seratus ribu orang, hanya sekitar dua ribu orang yang diterima. Beruntung, saya temasuk satu dari dua ribu itu.
Anak pertama ditakdirkan kuat pundaknya. Menjadi pegawai negeri tak membuat saya berdiam diri. Apalagi beberapa tahun setelah saya menjadi PNS, ibu pensiun. Namun, pahitnya melihat slip gaji ibu yang tersisa seperempat lantaran dipotong utang membuat saya tak ingin menggadaikan SK PNS.
Mengandalkan penghasilan sebagai PNS saja tidaklah cukup. Keran penghasilan harus ditambah agar perekonomian keluarga kami berubah.
Generasi Sandwich Haruslah Gigih
Memiliki orang tua kaya bak lotere kehidupan pertama yang dimenangkan. Namun, jika tidak, hidup menyediakan berbagai kemungkinan dan harapan bagi para pejuang.
Dorothy A. Miller, seorang profesor di Universitas Kentucky, memperkenalkan istilah generasi sandwich pada tahun 1981. Pada jurnalnya, ia menulis bahwa generasi sandwich adalah generasi orang dewasa yang harus menanggung finansial anak (generasi bawah) dan juga orang tua mereka (generasi atas). Karena terhimpit atas dan bawah, maka digunakanlah istilah generasi sandwich.
Saya hanya senyum-senyum saja ketika dulu mendengar perkataan orang, “Duitmu pasti banyak ya. Masi single, kerja di Kemenkeu,”
Nggak tahu saja dia, saya pernah tertipu First Travel puluhan juta. Pernah tabungan hanya tersisa dua juta sehabis membiayai umroh bertiga (bukan dengan First Travel), padahal sudah tujuh tahun bekerja.
Hampir semua teman yang bercerita tentang rumah pertamanya mengatakan bahwa mereka dibantu oleh orang tua, entah diberi uang tunai ratusan juta untuk uang muka pembelian rumah atau dipinjami uang yang bisa dicicil kapan saja.
Saya sadar diri, saya harus berdiri di kaki sendiri.
Tak ada yang perlu dirutuki, apalagi disesali. Yang saya tahu saya harus berjuang lebih keras lagi.
Sedari kecil saya melakukan apa saja untuk memperoleh tambahan penghasilan. Maklum, uang jajan yang diberikan ibu pas-pasan. Sekali setiap tahun ibu mengajak kami ke toko sepatu dan baju. Bukan sembarang toko, melainkan sebuah toko yang menyediakan fasilitas cicilan tiga bulan bagi PNS.
Berikut hal-hal yang saya lakukan sebelum berkenalan dengan internet :
Berjualan pulsa
Saat SMA, saya berjualan pulsa kepada teman-teman sekelas. Setiap pembelian pulsa, saya mengantongi keuntungan seribu rupiah. Pada saat itu, membeli pulsa haruslah ke konter pulsa. SMS banking belum populer, apalagi internet banking.
Mengajar
Pada saat SMA, saya mengajar privat bahasa Inggris kepada anak SD tetangga kami. Honornya enam puluh ribu rupiah per bulan kala itu. Pada saat kuliah, saya mengajar bahasa Inggris di sebuah bimbingan belajar yang menyediakan persiapan memasuki STAN. Saya bisa mendapatkan dua juta rupiah per bulan. Jumlah yang besar bagi saya kala kiriman orang tua sekitar delapan ratus ribu per bulannya.
Mengikuti Lomba
Saat SMP dan SMA, saya sering mengikuti lomba bahasa Inggris. Lumayan untuk menambah pengalaman, pertemanan, dan tentu juga penghasilan.
Jualan di Emperan
Meski saat itu sudah menjadi pegawai negeri, saya tak malu berjualan wallpaper di emperan pada saat Car Free Day (CFD). Labanya lima ribu rupiah untuk setiap wallpaper terjual.
Begini Cara Saya Memperoleh Keuntungan Melalui Internet
Kata orang, internet memungkinkan dunia dalam genggaman. Internet adalah harapan. Begitu banyak peluang menambah penghasilan di era internet. Tentu, saya tak ingin ketinggalan.
Jualan Online
Tahun 2012, saya dan adik perempuan -Muthia mulai berjualan online. Di media sosial, kami melihat seorang pesohor membuka kesempatan menjadi distributor merek hijab yang ia miliki. Singkat cerita, kami menjadi distributor merek tersebut untuk kota Semarang.
Kala itu, saya sudah bekerja di Jakarta. Namun, jarak bukanlah kendala. Saya dan Muthia berbagi tugas. Saya bertugas berkoordinasi dengan produsen dan membuat konten promosi media sosial. Muthia bertugas untuk mengemas barang belanjaan dan membawanya ke jasa pengiriman.
Usaha kami bisa dibilang lumayan laris. Sebulan kami bisa memperoleh penghasilan sekitar 10-15 juta rupiah dengan laba bersih sekitar 25 persen. Jumlah yang lumayan pada saat itu. Namun, karena satu dan lain hal, usaha tersebut terpaksa tidak kami lanjutkan.
Sekarang, sesekali saya masih berjualan online. Mulai dari ikut mempromosikan usaha bakery yang Muthia tekuni hingga berjualan setiap ada peluang. Misal, menjelang hari raya, saya berjualan baju koko dan gamis dengan modal pasang status Whatsapp.
Blogging and writing
Dari internet, saya jadi tahu kalau menulis di blog itu bisa menghasilkan. Mulai dari menulis tulisan berbayar (sponsored post), mengunggah tulisan berbayar di blog (content placement), memenangkan lomba blog, hingga memperoleh bayaran dari tulisan afiliasi.
Internet tak hanya membuka peluang memperoleh penghasilan jutaan, tetapi juga memberikan berbagai kesempatan yang memperkaya pengalaman. Contohnya, dari blog saya bisa memperluas jejaring pertemanan, mengikuti berbagai seminar, hingga traveling gratis dan menginap di hotel bintang lima lantaran memenangkan lomba blog.
Self Branding melalui Media Sosial
Meski tak secara langsung menambah penghasilan, apa yang kita posting di media sosial membentuk image kita di mata orang lain. Misalnya, karena sering posting tentang tulisan, beberapa kali saya diminta menjadi juri lomba menulis hingga responden tesis.
Investasi dari Ponsel
Kata Morgan Housel di buku fenomenalnya, The Psychology of Money, Warren Buffet menjadi investor sukses bukan karena kepandaiannya, melainkan karena ia telah menjadi investor dari usia muda dan dilakukannya secara konsisten. Meski saya baru melek investasi beberapa tahun belakangan, tak mengapa.
Investasi kini begitu mudah. Dulu, membuka rekening saham harus bersurat ke perusahaan sekuritas. Kini, semua bisa dilakukan dari ponsel, internet memudahkan segalanya.
Mulai dari investasi reksa dana, logam mulia, hingga saham, sedikit demi sedikit tabungan saya investasikan. Lumayan, minimal setiap tahunnya saya bisa memperoleh dividen.
Dulu, Internet Mahal dan Tak Terjangkau Semua Kalangan
Dulu, internet mahal dan tak terjangkau semua kalangan.
Di tahun 2007, belum ada Android dan IOS. Satu-satunya akses internet bagi saya, murid SMA dengan uang saku pas-pasan di tahun 2007, adalah melalui warung internet (warnet) yang mengenakan tarif per jam. Saat itu, saya mulai mengenal Friendster sebagai sarana berjejaring sosial.
Beranjak kuliah, internet belum bisa disebut murah. Whatsapp belum ada, jejaring informasi saat kuliah melalui SMS. Menjelang lulus kuliah di tahun 2010, saya mengenal modem. Modem pertama saya beli bekas teman satu kampus, bentuknya persegi dengan antena, warnanya hitam. Akses internet masih sebatas Google dan membuka Friendster atau Facebook.
Pada tahun 2011, biaya internet di Indonesia pernah mencapai Rp350 per Mb. Sepuluh tahun kemudian, biaya internet di Indonesia mencapai Rp6.000 per 1 Gb alias Rp6 per Mb. Bahkan, Cable menempatkan Indonesia pada peringkat ke-12 negara dengan biaya internet paling murah.
Begini IndiHome Menemani Kami Berjuang
Dulu, mana berani saya bermimpi memasang WiFi di rumah. Pasti mahal, pikir saya kala itu. Sebagai lulusan akuntansi, hitung-hitungan teliti sebelum membeli itu sudah pasti. Pemasangan IndiHome di rumah orang tua dilakukan tepat di awal pandemi, Maret 2020.
Dengan lima orang penghuni rumah menggunakan internet, pengeluaran internet sepuasnya sebesar kurang dari tiga ratus ribu sebulan bisa dibilang murah. Dari rumah saja, kami sekeluarga bisa berjuang bersama. Dengan jalan yang berbeda-beda.
Ibu yang Belajar Agama dengan Semangat Menggebu
Lepas pensiun di tahun 2017, ibu semakin gencar belajar ilmu agama. Mulai dari memperbaiki bacaan Al Qur’an hingga belajar syariah secara keseluruhan. Dari satu pengajian ke pengajian lainnya. Semangatnya tak padam meski pandemi menghantam.
Tentu saja medianya berbeda. Youtube dan Zoom menjadi teman yang setia tatkala ada imbauan di rumah saja. Meski pandemi telah mereda, kebiasaan itu masih terjaga. Setiap hari ada saja kajian yang didengar ibu di sela-sela aktivitas rumah tangga.
Adik Perempuan yang Berjuang Jadi Business Woman
Jika saja ada orang yang punya ‘golden hand’, saya percaya Muthia adalah salah satunya. Ia pernah memenangkan lomba membuat kerajinan tangan, pandai memasak dan juga mengolah aneka bahan pangan. Tak heran jika kemudian ia meneruskan passion menjadi sebuah mata pencaharian.
Ya, ia menerima pesanan aneka kue dan juga menjual kue buatannya secara online. Selain itu, ia juga pandai berdagang. Kata orang, palugada. Apa lu mau, gua ada. Ia berjualan makanan, masker, hingga daster.
Mimpinya, suatu hari nanti ia bisa membuka toko kue sendiri. Toko kue bernuansa shabby chic seperti seleranya selama ini.
Adik Laki-Laki yang Ingin Mandiri
Sebagai anak bungsu, Hilmy sedikit lebih manja dibanding kakak-kakaknya. Generasinya disebut angkatan Corona lantaran mereka lulus SMA di tahun ketika Corona mulai melanda. Setelah sempat mengalami gap year selama setahun, ia melanjutkan pendidikan di jurusan Teknik Komputer. Kuliahnya masih daring sehingga internet yang cepat adalah kebutuhan baginya.
Selama masa jeda satu tahun itu, ia mengikuti kegiatan apa saja untuk meningkatkan keahlian sekaligus mencari tambahan penghasilan. Misalnya, ia belajar berjualan online dari kelas seorang pesohor dan juga menjaga stand sebuah merek minuman.
Ia bermimpi bisa mandiri.
Pegawai Biasa yang Ingin Membahagiakan Keluarganya
Sebagai generasi sandwich, saya ingin membahagiakan semuanya. Saya ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak dan juga memberikan fasilitas terbaik untuk orang tua. Oleh karena itu, saya ingin memperbanyak kran-kran penghasilan agar deretan keinginan bisa diwujudkan.
Uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya membutuhkan uang tentunya.
Saya ingin membelikan mobil buat keluarga agar tak perlu kepanasan atau kehujanan. Saya ingin memberi bantuan modal untuk adik mengembangkan usahanya.
Mimpi kami berempat bisa jadi berbeda. Namun, internet memungkinkan kami memiliki sekoci menuju mimpi-mimpi yang dulunya seakan tak tergapai.
Ibu bisa belajar agama tanpa mengeluarkan banyak biaya. Dari mana saja, kapan saja.
Muthia bisa berjualan tanpa takut kehujanan atau kepanasan. Internet membuat produknya dibeli orang-orang dari seluruh penjuru negeri.
Hilmy bisa melanjutkan studi di tengah pandemi sekaligus belajar mandiri.
Dan saya, internet membuat mimpi-mimpi saya melambung tinggi. Sebagai pegawai yang menggunakan office automation setiap hari kerja, jaringan internet yang stabil dan cepat mutlak dibutuhkan. Begitu pula sebagai bloger yang mengandalkan internet untuk memperoleh informasi dan mendulang pendapatan.
Manfaat internet adalah katalis terwujudnya mimpi-mimpi kami. Orang-orang biasa yang tak ingin memadamkan mimpi.
IndiHome, Internetnya Indonesia
Eleanor Roosevelt, mantan ibu negara Amerika Serikat, pernah berkata, “The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.”
Orang-orang biasa seperti kami, punya mimpi-mimpi memiliki masa depan yang lebih baik lagi. Di dunia pasca internet, semua mungkin terjadi.
Konten seorang bocah bernama Diwan makan bakso di Youtube mendulang tayangan hingga 126 juta kali. Natasha Surya, seorang content creator di Tiktok, mampu meraih omset 1,1 miliar hanya dari live selama dua jam di Tiktok. Dengan pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa pada awal tahun 20222, peluang berjualan terbuka amat lebar.
Namun, tentunya internet yang dapat diandalkan adalah katalis dari mimpi-mimpi masa depan.
Bagaimana bisa bermimpi setinggi langit jika harga internet melejit? Bagaimana angan bisa melesat jika tak didukung internet yang cepat?
Beruntungnya, IndiHome telah hadir di Indonesia sejak tahun 2015. Hanya dalam waktu tujuh tahun sejak kehadirannya, IndiHome telah menjangkau sekitar 8,8 juta pengguna dari Sabang hingga Merauke. Layanan IndiHome telah hadir di 496 kabupaten/kota dari 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Artinya, IndiHome sudah ada hampir di seluruh penjuru negeri. Luasnya jangkauan dan banyaknya jumlah pelanggan di Indonesia menunjukkan IndiHome mampu meraih kepercayaan masyarakat.
Ya, IndiHome kokoh berdiri sebagai penguasa pasar fixed broadband di Indonesia dengan penguasaan pasar sebesar 80 persen.
Berikut keunggulan-keunggulan IndiHome yang akan membantu orang-orang biasa mewujudkan mimpi :
Koneksi stabil dan cepat
Kebayang nggak sih kalau lagi dikejar deadline tetapi internet lemot atau sinyalnya timbul tenggelam? Bayangkan kalau lagi live jualan di Tiktok lalu sinyal nggak mendukung, gimana rasanya?
Bisa-bisa peluang cuan hilang melayang.
Oleh karena itu, internet stabil dan cepat adalah syarat utama sebuah internet bisa diandalkan.
Nah, layanan fixed broadband dengan jaringan optik fiber memiliki keunggulan dibandingkan dengan mobile broadband yakni koneksinya cepat dan stabil.
Unlimited
Hanya dengan sekitar 310 ribu rupiah sebulan, empat orang dalam keluarga kami bisa menggunakan internet sepuasnya tanpa adanya batasan paket data. Sangat hemat mengingat kebutuhan internet kami yang besar, misalnya saya saja bisa 2-3 kali rapat via Zoom dalam sehari. Tentu akan lebih mahal jika menggunakan paket data.
Jadi, koneksi nyambung terus tanpa takut uang tergerus!
Pilihan Layanan Lengkap 2P dan 3P
IndiHome memiliki tiga layanan utama yakni internet, telepon rumah, dan tv interaktif yang sering disebut sebagai triple play. Jadi, pengguna IndiHome bisa memilih sesuai kebutuhan. Kebetulan, kami memilih paket 2P (internet dan TV interaktif) karena sudah ada telepon rumah. Nggak tanggung-tanggung, ada ratusan channel yang siap memanjakan pelanggan.
IndiHome merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang telekomunikasi dengan kinerja amat baik. Laba bersih PT Telkom di tahun 2021 mencapai 24,8 triliun dengan pendapatan sebesar Rp143,2 triliun. Artinya, IndiHome memiliki sokongan penuh dari Telkom sebagai BUMN Telekomunikasi yang memiliki infrastruktur telekomunikasi terbaik di seluruh penjuru negeri.
IndiHome terus berinovasi agar makin baik melayani
Menjadi penguasa pasar tak terus membuat IndiHome enggan berinovasi di berbagai sisi. Dari sisi koneksi, IndiHome terus melakukan perbaikan rasio upload dan download agar koneksi makin lancar jaya. IndiHome juga melakukan penurunan latency atau waktu yang dibutuhkan suatu data agar sampai tujuan sehingga pengguna bisa menikmati layanan internet yang lebih cepat dan stabil.
Yang nggak kalah penting, IndiHome menghadirkan Higher Speed Same Price (HSSP) agar internet lebih cepat tanpa perlu biaya tambahan.
Inovasi-inovasi yang dilakukan IndiHome selalu bergerak agar tingkat kepuasan pelanggan menanjak. Tentu, selalu ada ruang untuk perbaikan bukan?
Kumpulan orang-orang biasa seperti keluarga kami bagaikan miniatur orang-orang biasa di seluruh Indonesia yang berani bermimpi berkat dukungan IndiHome selaku layanan internet rumah yang terjangkau dan dapat diandalkan.
Tangan kami terbatas tapi mimpi kami membumbung ke atas.
Aktivitas kami tak terbatas karena IndiHome Internetnya Indonesia mendukung kami melangkah bebas.
***
Artikel ini diikutsertakan dalam IndiHome Blog Competition 2022
***
Referensi :
- https://www.gramedia.com/best-seller/sandwich-generation/
- https://tekno.kompas.com/read/2022/06/10/19350007/pengguna-internet-di-indonesia-tembus-210-juta-pada-2022
- https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170508121236-213-213117/tarif-data-di-indonesia-murah-atau-mahal
- https://tekno.kompas.com/read/2021/09/02/18020067/daftar-harga-paket-internet-di-seluruh-dunia-indonesia-murah-atau-mahal-?page=all
- https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/624433a5a0ab6/tarif-internet-indonesia-termurah-ke-12-di-dunia
- https://www.marketeers.com/rangkaian-strategi-indihome-bangun-kepuasan-pelanggan
- https://investor.id/it-and-telecommunication/291245/indihome-kuasai-80-pangsa-pasarnbspfixed-broadband-di-indonesia
- https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220420142028-37-333214/cek-deh-ini-sederet-inovasi-indihome-demi-internet-ngebut
- https://kumparan.com/kumparantech/perjalanan-7-tahun-indihome-layani-8-8-juta-pelanggan-dari-sabang-merauke-1ySIYw5VdAr/full
- https://investasi.kontan.co.id/news/ini-jadwal-pembagian-dividen-telkom-tlkm-yang-setara-60-laba
- https://katadata.co.id/syahrizalsidik/finansial/625e6f10b1a15/bisnis-data-dan-indihome-topang-laba-telkom-naik-19-jadi-rp24-76-t