Alkisah, pada suatu waktu saya memesan kacamata ke beliau. Setahun berlalu, saya ingin mengganti kacamata dengan model yang lebih kekinian.
“Pak, saya mau pesen kacamata dong Pak, Bapak datang ya ke kantor,”
Tapi, apa kata beliau?
“Aduh Bu, saya kira kacamatanya rusak. Ini kenapa mau diganti?”
“Ya nggak papa Pak, pengen ganti aja, udah setahun,”
“Kalau enggak rusak, jangan diganti bu. Sayang. Kacamata mah bisa sampai tiga tahun lebih,”
Gagal. Saya nggak jadi ganti kacamata pada waktu itu. Beberapa bulan kemudian, saya ingin memiliki kacamata cadangan, baru lah si bapak mau menjual barang dagangannya ke saya.
Lalu, frame kacamata baru itu patah. “Pak, saya beli kacamata baru ya Pak,
“Nggak usah bu. Saya ganti frame-nya aja,”
Beberapa hari kemudian beliau membawa frame kacamata baru dengan lensa kacamata lama.
Biayanya? Seperlima kacamata baru saja.
Beberapa waktu kemudian, lensa saya tergores, lapisan kacamatanya rusak (tandanya adalah pudarnya semacam warna pelangi pada lensa). Saya pun ingin mengganti baru, “Pak, saya ganti kacamata ya Pak. Lensanya tergores nih,”
Apa kata beliau?
![]() |
Pak Ahmad Arya |
“Nggak usah bu, lensanya saya ganti dengan lapisan baru saja,”
Voila, dua hari kemudian beliau datang membawa lensa lama rasa baru. Biayanya? Dua puluh lima ribu saja.
Sekali Pak Ahmad Arya datang ke kantor, kami bisa bercakap-cakap minimal sekitar setengah jam. Si bapak memberikan tips merawat kacamata secara baik dan benar, “Cara membersihkan lensa yang benar begini lho, Bu,” sambil memeragakan gerakan searah. “Membersihkan kacamata pakai air saja tidak apa-apa Bu, kalau bisa jangan pakai tisu ya, bisa menggores lapisan,” dan sebagainya.
Ya, beliau royal membagikan pengetahuan yang ia miliki dan juga royal memberikan bonus seperti lap kacamata tambahan atau obeng kacamata. Tak heran ia menjadi favorit para pegawai berkacamata. Terlebih, harga sepasang kacamata yang dibanderolnya hanya 150 ribu saja untuk lensa standar dan ia membawa banyak model frame terkini. Nggak ada model yang dicari? Tenang, tinggal kirim merk, jenis dan foto frame (dari Google) yang diinginkan melalui pesan Whatsapp. Harganya jauh lebih miring dibandingkan harga yang dipatok oleh optik ternama di mal.
Entah sudah berapa rupiah yang saya hemat lantaran bertemu si bapak. Ya, gimana nggak hemat kan ya, wong mau beli kacamata aja penjualnya sering berkata, “Nggak usah beli baru bu… Ini bisa diganti frame-nya, ini bisa diganti lapisannya.. dan sebagainya… ”
Sampai-sampai seorang rekan kantor berkata, “Heran deh gue, susah bener ini penjual mau dibeli dagangannya. Padahal gue pengen ganti baru loh,”
Begitulah, di saat banyak penjual berlomba-lomba meningkatkan jumlah penjualan dengan berbagai cara, si bapak ini penjual yang menjadi anomali. Selow saja.
Namun, sepertinya orang tulus membantu tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Allah. Rezeki si bapak nampaknya mengalir deras. Beliau sangat sibuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain, dalam dan luar kota. Untuk mendatangkan beliau, saya harus berpesan jauh-jauh hari. Jika tidak beliau akan berkata,”Maaf bu hari ini saya di kantor X, besok di kantor Y, lusa di luar kota dua minggu…. “
“Keluar kota ngapain pak?” “Ini penyuluhan kesehatan mata,”
Semoga senantiasa diberkahi Allah ya Pak!
**
Dituliskan di postingan Facebook bulan Oktober 2018
1 Comment. Leave new
Masyaallah. Ada penjual yang seperti itu ya. Inspiring bagi saya. Bisa diteladani. Saya kira ini judul novel mba monika. Pembuatan judulnya juga bagus banget. Penjual yang tidak mau dibeli dagangannya.