Sebelum menikah, pertanyaan tentang izin bekerja adalah hal krusial yang saya tanyakan ketika ta’aruf. Jika saya bertemu lelaki yang tidak memberikan ruang untuk berkembang, lebih baik saya mundur perlahan.
Alasan istri bekerja macam-macam dan bisa jadi personal antara satu perempuan dengan perempuan lainnya.
Saya bekerja terutama karena keluarga masih membutuhkan bantuan finansial. Orang tua sudah tidak bekerja, adik saya dua. Saya dan suami juga memiliki cita-cita membeli rumah secara tunai di Jakarta. Selain itu, saya juga membutuhkan ruang untuk berkembang dan ingin memberikan kontribusi kepada negara melalui pekerjaan yang saya lakukan.
Bekerja tak semata tentang materi. Layaknya lelaki, perempuan membutuhkan aktualisasi diri. Mengembangkan potensi yang dimiliki.
Perempuan tidak harus bekerja karena mencari nafkah merupakan kewajiban suami. Namun, saya meyakini bahwa perempuan harus tahu cara mencari uang, sebuah pelajaran dasar tentang kehidupan.
Namun, untuk bekerja, seorang perempuan yang berstatus istri dan ibu membutuhkan dukungan penuh dari keluarganya. Ia membutuhkan restu suami agar tak gamang melangkahkan kaki. Ia membutuhkan orang yang akan menjaga anak-anaknya ketika ia tak ada di rumah, misal dititipkan ke keluarga, tempat penitipan anak, atau pengasuh. .
Ia butuh diberikan kepercayaan dan kesempatan. Agar segala peran dan tanggung jawab yang diembannya bisa berjalan seiring.
Saya berterima kasih kepada para lelaki yang mengizinkan istrinya untuk bekerja. Ketika saya melahirkan, saya memilih rumah sakit yang seluruh dokter kandungannya adalah perempuan. Tak terbayangkan apabila tak ada dokter kandungan perempuan dan saya tak memiliki pilihan. Jika saya membutuhkan sebuah jasa, penyedia jasa perempuan adalah pilihan utama. Kecuali, jika memang benar-benar urgent.
Saya percaya, sebagian perempuan tidak diberikan pilihan dan kesempatan lantaran tidak memiliki support system yang mendukungnya bekerja. Baik untuk memperoleh tambahan penghasilan maupun untuk berkarya menekuni apa yang disukainya.
Oleh karena itu, saya merasa amat beruntung memperoleh dukungan suami.
Sebuah kepercayaan yang tak boleh saya sia-siakan.
Sebuah kesempatan yang harus secara optimal dimanfaatkan.
Bagaikan burung, suami mengizinkan saya mengepakkan sayap tinggi-tinggi. Tak takut saya akan terbang lebih tinggi dibandingkan dia, tak takut tersaingi. Tak takut saya menjadi tak menghargai.
Karena selamanya, laki-laki adalah pemimpin keluarga. Apabila istri bekerja bukan berarti ada dua matahari dalam satu rumah tangga.