Cerita kita mungkin akan segera terputus
Tatkala kau palingkan mukamu dan melangkah terus
Di dadaku ada bayang-bayang, serupa layang-layang
yang semakin tinggi terbang
Aku tak perlu membuang-buang tangis
Karena bagimu aku telah habis
Namun, semakin aku berkelit
Rindu ini semakin melilit
Lamat-lamat ingin kudekap erat
Aroma parfummu yang pernah menyengat
Namun betapa pekat, tak bisa kulihat
Apalagi kupeluk hangat
Nanti bila kau benar-benar pergi
Jangan pernah katakan rasamu telah mati
Cukup aku di sini berkawan dengan sepi
Karena kau adalah matahari yang tak pernah menemui pagi
Nanti, Tuan, akan ku peringati haul
Setiap tanggal dua puluh satu
Peringatan akan lepasnya kaul
Manis mulutmu pernah merayu
**
Ruang fiksi, 18 September 2021
1 Comment. Leave new
Waah, puisinya asyik Mbak. Ceritanya ditinggal kekasih ya mbak?