sumber : Goodreads |
Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata ‘khilafah’?
Suatu pemerintahan Islam yang menjalankan syariat Islam, menaungi negara-negara
yang tunduk padanya? Atau apakah Anda membayangkan bahwa khilafah Islam
merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ‘menakutkan’? Jiwa dibalas dengan
jiwa, mata dibalas dengan mata, hukuman potongan tangan untuk pencuri, para
pezina yang telah menikah dirajam hingga mati? Benarkah demikian? Felix Siauw,
seorang ustadz muda populer, menghadirkan buku berjudul ‘Khilafah Remake’ untuk
memberikan pemahaman mengenai khilafah secara ‘berbeda’. Mari kita kupas ‘Khilafah
Remake’.
Suatu pemerintahan Islam yang menjalankan syariat Islam, menaungi negara-negara
yang tunduk padanya? Atau apakah Anda membayangkan bahwa khilafah Islam
merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ‘menakutkan’? Jiwa dibalas dengan
jiwa, mata dibalas dengan mata, hukuman potongan tangan untuk pencuri, para
pezina yang telah menikah dirajam hingga mati? Benarkah demikian? Felix Siauw,
seorang ustadz muda populer, menghadirkan buku berjudul ‘Khilafah Remake’ untuk
memberikan pemahaman mengenai khilafah secara ‘berbeda’. Mari kita kupas ‘Khilafah
Remake’.
Apa yang Membuat
Seorang Agnostik Memeluk Islam?
Seorang Agnostik Memeluk Islam?
Sekitar dua belas tahun yang lalu, pasca pengeboman World
Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, telunjuk dunia menuding Islam
sebagai agama teroris yang penuh kebencian dan menebar permusuhan. Islam
dinilai dari perilaku kaum Muslimnya, begitu pikir Felix kala itu, sebelum ia
berdiskusi dengan rekan kuliahnya Samsul hingga mempertemukannya dengan seorang
ustadz bernama Fatih Karim. Sang ustadz memuaskan ‘dahaga keimanan’ dengan tak
hanya mengedepankan dalil semata, tetapi juga memuaskan akal. Salah satunya adalah
dengan menjelaskan konsep kepemimpinan dalam Islam, Khilafah Islamiyah, yang
tak hanya memberi konsep kehidupan tetapi juga menuntun prosesi detail implementasinya
melalui sistem tersebut. Felix Siauw, dalam acara rilis buku ‘Khilafah Remake’
di masjid Baitul Ihsan kompleks Bank Indonesia pada 7 Desember 2014 lalu, menuturkan
bahwa ia dibuat terkesima oleh betapa sempurnanya Islam mengatur kehidupan,
contohnya dalam Islam diatur mengenai ‘azl
(senggama terputus). Sempurnanya
Islam mengatur kehidupan tentunya tak akan lepas dari Khilafah Islamiyah. Islam
bukanlah sekadar agama ritual.
Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, telunjuk dunia menuding Islam
sebagai agama teroris yang penuh kebencian dan menebar permusuhan. Islam
dinilai dari perilaku kaum Muslimnya, begitu pikir Felix kala itu, sebelum ia
berdiskusi dengan rekan kuliahnya Samsul hingga mempertemukannya dengan seorang
ustadz bernama Fatih Karim. Sang ustadz memuaskan ‘dahaga keimanan’ dengan tak
hanya mengedepankan dalil semata, tetapi juga memuaskan akal. Salah satunya adalah
dengan menjelaskan konsep kepemimpinan dalam Islam, Khilafah Islamiyah, yang
tak hanya memberi konsep kehidupan tetapi juga menuntun prosesi detail implementasinya
melalui sistem tersebut. Felix Siauw, dalam acara rilis buku ‘Khilafah Remake’
di masjid Baitul Ihsan kompleks Bank Indonesia pada 7 Desember 2014 lalu, menuturkan
bahwa ia dibuat terkesima oleh betapa sempurnanya Islam mengatur kehidupan,
contohnya dalam Islam diatur mengenai ‘azl
(senggama terputus). Sempurnanya
Islam mengatur kehidupan tentunya tak akan lepas dari Khilafah Islamiyah. Islam
bukanlah sekadar agama ritual.
Penuturan Sejarah
yang Tak Membosankan
yang Tak Membosankan
Bila lazimnya buku yang mengisahkan sejarah dituturkan
dengan paragraf demi paragraf panjang dengan spasi rapat, bersiaplah menemukan
hal yang berbeda pada buku setebal 296 halaman ini. Seluruh halaman dicetak full colour dengan desain grafis yang
memanjakan mata di setiap halamannya. Buku bersampul dominan hitam ini diawali
dengan penjelasan mengenai sejarah peradaban dunia yang meliputi kegemilangan tiga
peradaban besar di zamannya : peradaban Mesopotamia (Persia), Romawi hingga
peradaban Islam. Tak perlu mengerutkan kening membaca sejarah, bukan?
dengan paragraf demi paragraf panjang dengan spasi rapat, bersiaplah menemukan
hal yang berbeda pada buku setebal 296 halaman ini. Seluruh halaman dicetak full colour dengan desain grafis yang
memanjakan mata di setiap halamannya. Buku bersampul dominan hitam ini diawali
dengan penjelasan mengenai sejarah peradaban dunia yang meliputi kegemilangan tiga
peradaban besar di zamannya : peradaban Mesopotamia (Persia), Romawi hingga
peradaban Islam. Tak perlu mengerutkan kening membaca sejarah, bukan?
Runtut dan Sistematis
Setiap buku tentunya diciptakan dengan tujuan, buku ini
bertujuan untuk memudahkan pemahaman umat Islam mengenai khilafah. Sistematikanya
runut dengan kalimat-kalimat tak terlalu panjang (jarang ditemui paragraf
panjang) yakni dimulai dari sejarah peradaban Islam, kondisi umat Islam
sekarang hingga kondisi umat Islam yang ideal seperti apa. Tak lupa juga dijelaskan mengenai apa itu
khilafah dimulai dari arti kata secara harfiah dan istilah, syarat khilafah
hingga sejarah khilafah dari awal hingga kehancurannya. Beberapa potongan
pemahaman tentang konsep khilafah yang saya dapatkan dari berbagai buku seperti
dirangkum secara utuh dalam buku ini.
bertujuan untuk memudahkan pemahaman umat Islam mengenai khilafah. Sistematikanya
runut dengan kalimat-kalimat tak terlalu panjang (jarang ditemui paragraf
panjang) yakni dimulai dari sejarah peradaban Islam, kondisi umat Islam
sekarang hingga kondisi umat Islam yang ideal seperti apa. Tak lupa juga dijelaskan mengenai apa itu
khilafah dimulai dari arti kata secara harfiah dan istilah, syarat khilafah
hingga sejarah khilafah dari awal hingga kehancurannya. Beberapa potongan
pemahaman tentang konsep khilafah yang saya dapatkan dari berbagai buku seperti
dirangkum secara utuh dalam buku ini.
Konsep Khilafah
Dimudahkan untuk Dipahami
Dimudahkan untuk Dipahami
Perpaduan kata dan infografis secara ciamik membantu visualisasi pembaca tentang konsep
(yang menurut saya) berat yang diembannya : khilafah. Mengapa berat? karena
(lagi-lagi menurut saya) belum banyak umat Islam yang mengetahui secara
mendalam mengenai konsep ini, bahkan mungkin hanya tahu khilafah dari kulit
luarnya saja (termasuk saya). Bahasanya sederhana dan tepat sasaran, boleh dibilang,
tak semembuai Muhammad Al-Fatih 1453, karya fenomenal pertama laki-laki yang
telah dikaruniai empat buah hati ini. Bisa jadi karena dukungan visual yang
luar biasa telah sedemikian memperkuat kata demi kata yang dituliskan (Felix Siauw
menyebutnya sebagai magnum opus –sebuah karya besar- Al Fatih Studios yang merupakan hasil
keroyokan 1 penulis, 1 scriptwriter, 1 ilustrator dan 3 visualis) atau memang
lantaran ingin memberikan pemahaman secara mudah bagi pembaca lintas usia
maupun pemahaman. Tak lupa, berbagai dalil baik ayat Al Qur’an dan hadits serta
dukungan fakta sejarah dari berbagai sumber melengkapi buku ini.
(yang menurut saya) berat yang diembannya : khilafah. Mengapa berat? karena
(lagi-lagi menurut saya) belum banyak umat Islam yang mengetahui secara
mendalam mengenai konsep ini, bahkan mungkin hanya tahu khilafah dari kulit
luarnya saja (termasuk saya). Bahasanya sederhana dan tepat sasaran, boleh dibilang,
tak semembuai Muhammad Al-Fatih 1453, karya fenomenal pertama laki-laki yang
telah dikaruniai empat buah hati ini. Bisa jadi karena dukungan visual yang
luar biasa telah sedemikian memperkuat kata demi kata yang dituliskan (Felix Siauw
menyebutnya sebagai magnum opus –sebuah karya besar- Al Fatih Studios yang merupakan hasil
keroyokan 1 penulis, 1 scriptwriter, 1 ilustrator dan 3 visualis) atau memang
lantaran ingin memberikan pemahaman secara mudah bagi pembaca lintas usia
maupun pemahaman. Tak lupa, berbagai dalil baik ayat Al Qur’an dan hadits serta
dukungan fakta sejarah dari berbagai sumber melengkapi buku ini.
Feel the Spirit!
Buku ini menyedot perhatian saya pada halaman pertama, lagi
dan lagi. Hanya dalam tiga jam saya mampu menyelesaikannya. Saya seperti
merasakan energi yang dibagikan oleh sang penulis, sosok yang telah saya temui
empat kali dan terasa sekali semangat keislamannya dari nada bicara dan pilihan
kata yang digunakan. Ia berkali-kali menekankan urgensi khilafah dalam potongan
demi potongan buku ini, mulai dari wajibnya berjamaah, kritikan mengenai sekularisme
hingga tiga pilar yang menyokong kejayaan Islam : pilar individu yang bertakwa,
masyarakat yang berdakwah dan negara yang menerapkan syariah.
dan lagi. Hanya dalam tiga jam saya mampu menyelesaikannya. Saya seperti
merasakan energi yang dibagikan oleh sang penulis, sosok yang telah saya temui
empat kali dan terasa sekali semangat keislamannya dari nada bicara dan pilihan
kata yang digunakan. Ia berkali-kali menekankan urgensi khilafah dalam potongan
demi potongan buku ini, mulai dari wajibnya berjamaah, kritikan mengenai sekularisme
hingga tiga pilar yang menyokong kejayaan Islam : pilar individu yang bertakwa,
masyarakat yang berdakwah dan negara yang menerapkan syariah.
“Masalah terbesar
yang ada di tengah umat Islam adalah syirik modern bernama sistem SEKULARISME!
Paham ini menganggap bahwa Allah hanya melihat kita pada saat-saat tertentu saja.Sistem sekularisme
ini perumpamaannya seperti perempuan yang
biasa memperlihatkan auratnya dengan tank-top dan hot-pants pasti tidak akan
berani memakai pakaian minim itu ketika sedang sholat. Karena dia merasa
bahwa ketika sedang shalat Allah sedang menyaksikannya. Tetapi ketika solatnya
selesai, dia memperlihatkan auratnya lagi,” (halaman 142)
Bukan Sekadar Romantisme
Sejarah
Sejarah
Hadis Imam
Ahmad juga diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu’man Bin Basyir;
Ahmad juga diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu’man Bin Basyir;
Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:Masa kenabian
itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah
mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.Selanjutnya
adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj
an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila
Dia menghendaki untuk mengangkatnya.Selanjutnya
masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah,
kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.Setelah itu,
masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah,
kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.Selanjutnya
adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj
an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.”[HR Ahmad dan
Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari Hudzaifah]
– dikutip dari Wikipedia
Merujuk pada
hadits di atas, Felix Siauw menyatakan keyakinannya akan bangkitnya khilafah
Islamiyah. Kehancuran suatu peradaban memiliki pola dan kehidupan yang
berkiblat pada barat akan runtuh dan digantikan oleh sistem Islam. Buku ini tidak
dibuat untuk sekadar mengenang ‘romantisme sejarah’ bahwa Islam pernah berjaya
tetapi juga untuk mempersiapkan umat untuk menghadapi masa yang akan datang, menjadi bagian dari tegaknya khilafah
Islamiyah.
hadits di atas, Felix Siauw menyatakan keyakinannya akan bangkitnya khilafah
Islamiyah. Kehancuran suatu peradaban memiliki pola dan kehidupan yang
berkiblat pada barat akan runtuh dan digantikan oleh sistem Islam. Buku ini tidak
dibuat untuk sekadar mengenang ‘romantisme sejarah’ bahwa Islam pernah berjaya
tetapi juga untuk mempersiapkan umat untuk menghadapi masa yang akan datang, menjadi bagian dari tegaknya khilafah
Islamiyah.
Bagian epilog
menjelaskan mengenai pertanyaan mendasar yang mungkin dirasakan pembaca : lalu
apa yang harus kita lakukan sekarang? Tentu tak seru jika saya membocorkannya
di sini.
menjelaskan mengenai pertanyaan mendasar yang mungkin dirasakan pembaca : lalu
apa yang harus kita lakukan sekarang? Tentu tak seru jika saya membocorkannya
di sini.
Syariat Islam : Menyeramkan?
Yang saya
pahami Allah tentu tak akan menurunkan suatu syariat jika hal tersebut tidak
membawa manfaat atau tak sanggup dipikul manusia. Syariat yang mengatur
mengenai hukum qishash misalnya, diiringi dengan diperbolehkannya ‘pemaafan
dari pihak keluarga’ dan bahwa memaafkan lebih baik. Hukuman potong tangan juga mengatur mengenai berapa jumlah minimal uang yang dicuri hingga dilaksanakan hukuman tersebut dan ada tahap-tahapnya (koreksi saya jika salah). Semakin
umat Islam mengkaji syariat Islam, akan menemukan bahwa syariat tak lain
diberikan Allah untuk memuliakan manusia. Yang perlu kita lakukan adalah mengkajinya lagi dan lagi.
pahami Allah tentu tak akan menurunkan suatu syariat jika hal tersebut tidak
membawa manfaat atau tak sanggup dipikul manusia. Syariat yang mengatur
mengenai hukum qishash misalnya, diiringi dengan diperbolehkannya ‘pemaafan
dari pihak keluarga’ dan bahwa memaafkan lebih baik. Hukuman potong tangan juga mengatur mengenai berapa jumlah minimal uang yang dicuri hingga dilaksanakan hukuman tersebut dan ada tahap-tahapnya (koreksi saya jika salah). Semakin
umat Islam mengkaji syariat Islam, akan menemukan bahwa syariat tak lain
diberikan Allah untuk memuliakan manusia. Yang perlu kita lakukan adalah mengkajinya lagi dan lagi.
Bukan Milik Harakah Tertentu
Meski referensi buku ini sebagian besar merujuk pada sebuah harokah tertentu, tidak ada provokasi atau ajakan untuk mengikuti golongan tersebut. Pada halaman 278, penulis menegaskan bahwa untuk mengkaji bisa dengan kelompok yang mana saja asal sesuai dengan QS Ali Imran 104 dan asal berjuang untuk Islam.
Buku ini bisa
jadi menjadi pintu gerbang pemahaman umat mengenai khilafah Islamiyah yang
sayang untuk dilewatkan!
jadi menjadi pintu gerbang pemahaman umat mengenai khilafah Islamiyah yang
sayang untuk dilewatkan!
—
Judul : Khilafah Remake
Penulis : Felix Y. Siauw
Visual : Al FatihStudios
Penerbit : Al Fatih Press
Cetakan pertama : September 2014
***
Resensi buku menarik lain karya Ustadz Felix Siauw dapat dibaca di resensi buku How to Master Your Habits
8 Comments. Leave new
duh Felix…
gak bener dia
hizbi tulen
Memang kenapa? di bukunya disebutin kok silahkan memilih harokah manapun asal sesuai Al Qur'an dan hadits
Hm… pengen deh beli bukunya, suka banget koleksi karya-karya Ust. Felix 😀
Udah tau gagal masih mau dibangun lagi dengan cara yang sama ? Gak belajar dari pengalaman atau bodoh, slam ?
nim yg bodoh itu sampean 🙂 ga tau sejarah bisanya njilatin pantat penjajah … ketika majikan kalian masih bodo kumel dekil, mandi aja jarang akibat pengaruh kebodohan dan kebohongan gereja, umat islam dgn khilafah dan syari'ah nya menguasai dunia selama 13 abad. umat islam memelopori peradaban modern. Jika anda berkacamata karena tidak bisa melihat, orang islam lah yg pertama kali membantu anda melihat lebih jelas. ketika para majikan anda sakit dan menuduh wanita sebagai tukang sihir kemudian membakarnya, umat islam lah yg pertama kali membuat rumah sakit dan alat² dasar kedokteran. ketika majikan anda bodoh dan menggantung orang yg berkata bahwa matahari sbg pusat tatasurya, umat islam lah yg menyadarkan kebodohan dan kebohongan gereja … dsb. Umat islam menjadi seperti sekarang ini karena orang² penjilat penjajah seperti anda lah sebabnya 🙂
@anomi.baca aja bukunya mas bro..
Insya Allah uda ad jwb d dlmnya…
Sedap-sedap ngeri baca yang komen. 🙂 Sepertinya era digital bikin kita harus siap untuk berbeda pendapat ya,mbak. Pemilu 2014 ini paling anget dan keterusan sampai sekarang. Beda sama pemilu 2009,akun FB masih dikit yang pake. Ah abaikan saja komen sebelumnya. Meski dalam beberapa hal saya berbeda pendapat dengan Hizbut Tahrir, saya tetep respek sama Felix Siaw, dan kalauliat di acara tv jauh dari kesan gahar dan keras. Jadi pengen baca bukunya, secara saya tertarik sama sejarah. Duh harus beresin dulu tunggakan buku yg belum tamat nih. 🙂
Iya benar mba. Berbeda pendapat sah2 saja asal disampaikan dg santun 🙂
Semangat mba.. sy juga banyak utangnya hihi