Semua orang tua pasti ingin memiliki anak yang saleh. Namun, anak saleh tidak terbentuk dengan sendirinya. Diperlukan orang tua yang mampu mendidik anak agar mampu menunaikan tugasnya di muka bumi ini untuk beribadah kepada Allah SWT sang penciptanya. Sebuah tugas mulia nan berat.
Bagi seorang perempuan, tugas menjadi seorang ibu mungkin akan dimulai dengan pertanyaan : apakah aku harus di rumah atau tetap bisa bekerja dari luar rumah?
Febrianti Almeera, seorang professional trainer, membuka buku berjudul “Saatnya Ibu Menjadi Ibu” dengan mengajak para perempuan pembacanya melakukan refleksi diri sebelum membahas ibu rumah tangga versus ibu bekerja. Apakah tugas utama mendidik anak dapat diwujudkan?
Jadi, tidak mengapa menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja asalkan tugas utama ibu mendidik anak telah tertunaikan. Apa saja indikator anak telah terdidik dengan baik?
- Anak tumbuh menjadi manusia yang Allah kehendaki
- Anak mengenal visi sejati hidup
- Anak menemukan misi spesifik dirinya
- Anak mengambil peran di masyarakat
- Anak berkontribusi membangun peradaban
Berat sekali ya nampaknya? Tentu, indikator-indikator di atas membutuhkan waktu tempuh jangka panjang. Ibu juga membutuhkan ayah untuk bersama-sama mendidik anak.
Jika diibaratkan, ayah adalah kepala sekolah, ibu adalah sistem sekolah (pendidik), dan anak adalah siswanya.
Pembahasan berat buku ini disampaikan dengan bahasa ringan yang mudah dipahami, ilustrasi yang menarik, dan juga halaman warna warni yang memikat. Buku setebal 199 halaman ini dibagi menjadi lima bab : Strong from Home, Fitrah Ibu, Home Based Education, Fitrah Based Education, dan Indikator Sukses Home Education Berbasis Fitrah.
Anak Hebat Berasal dari Orang Tua Hebat
Imam Syafi’i menjadi mufti (orang yang mengeluarkan fatwa) ketika ia berusia 14 tahun. Al Khawarizmi dalam usianya yang ke-10 telah menjadi penemu teori-teori matematika dan menjadi guru besar di usia 16 tahun. Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun. Islam pernah mengalami masa keemasan yang diisi dengan para generasi muda gemilang.
Kualitas gemilang yang dihasilkan dengan melakukan duplikasi atas keteladanan Rasulullah SAW.
Dalam mendidik dan mengasuh anak, mulailah dari garis akhir. Apa tujuan besar dari mendidik dan mengasuh anak?
Tentukan tujuan dulu, baru kendaraan. Jangan sampai bersemangat menentukan metode pengasuhan anak tapi abai terhadap tujuan besar mendidik anak.
Ada subbab menarik dari buku ini yakni tentang peran ayah atau ibu pengganti. Ada kalanya, anak tidak memiliki orang tua yang utuh. Bagaimana cara agar anak tersebut tetap memiliki kualitas yang gemilang?
Caranya adalah dengan menghadirkan peran ayah melalui orang lain yang kira-kira bisa, seperti kakek atau paman.
Cara Menjadi Ibu Penuh Cinta
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Nikahilah wanita yang al wadud dan al walud karena sesungguhnya aku berbangga di hadapan para nabi dengan jumlah umatku yang banyak pada hari kiamat,“- HR. Ahmad
Dari hadits tersebut ada dua sifat perempuan yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dinikahi yakni perempuan yang memiliki sifat al wadud (penuh cinta) dan al walud (merujuk pada kesuburan yakni mudah hamil dan punya anak.
Febrianti Almeera menyebutkan ciri ibu yang memiliki sifat penuh cinta yakni lisannya terjaga, nada suaranya hangat dan ceria, sikapnya yang lembut, tatapannya yang teduh, serta kebiasaannya yang suka memeluk dan mengecup.
Sifat penyayang merupakan fitrah seorang perempuan. Namun, terkadang fitrah itu bisa tergerus, penyebabnya beragam : luka pengasuhan masa lalu, peran ganda menjadi ibu dan ayah, hingga ketidakmampuan ibu mengelola emosi.
Maka, bagaimana agar bisa menjadi ibu penuh cinta?
“Ikatlah hati anak sebelum kau tundukkan akalnya,”
Ibu harus mampu membangun kelekatan sebelum melakukan bonding. Fase kelekatan dimulai dari usia 0-2 tahun ketika seorang anak menyusu langsung kepada ibunya. Memang sebuah momen yang luar biasa ketika anak menyusu dan mata saling bertatap.
Lalu, ikatlah hati anak melalui pendengaran, penglihatan, dan hatinya yakni melalui ucapan yang meneduhkan, tatapan penuh kasih sayang, dan bantu anak mengelola emosinya.
Pendidikan Berbasis Rumah
Pendidikan bisa jadi berbeda dengan pengajaran yang biasa dilakukan di sekolah. Tugas orang tua mendidik anak tidak tergantikan oleh peran guru.
Sembilan hal yang semestinya orang tua lakukan meliputi :
- Mendidik
- Mendengarkan
- Menyayangi
- Melayani (0-6 tahun)
- Memberi rasa aman dan nyaman
- Menjaga dari hal-hal yang merusak jiwa dan fisiknya
- Memberi contoh dan keteladanan
- Bermain
- Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak
Home Based Education (HBE) dimulai dari proses memilih pasangan karena akan menjadi mitra dalam menjalankan peran orang tua. Adalah hak anak untuk memperoleh ayah atau ibu yang baik baginya.
Pendidikan Berbasis Fitrah
Seorang anak yang lahir ke dunia memiliki empat potensi fitrah sejak dilahirkan, meliputi :
- Potensi fitrah keimanan
- Potensi fitrah belajar
- Potensi fitrah bakat
- Potensi fitrah perkembangan
Keempat potensi fitrah tersebut sebaiknya seimbang. Tugas orang tua adalah mengoptimalkan fitrah yang ada pada diri anak. Caranya dijabarkan secara cukup detail pada buku yang dicetak pertama kali pada Desember 2018.
Menjadi orang tua adalah amanat maha berat. Namun, perkataan Ustadz Adriano Rusfi yang dikutip dalam buku ini cukup menenangkan, “Tetap optimis karena Allah telah meng-install parenting pada tiap fitrah ayah bunda,”
Kekurangan Buku Saatnya Ibu Menjadi Ibu
Saya tidak tahu apakah buku ini memiliki editor atau tidak karena tidak ada informasi tentang editor. Namun, terdapat beberapa hal yang cukup mengganggu seperti penggunaan tata bahasa Inggris/grammar yang tidak tepat seperti penulisan “Life is choice, but consequences is not,” dan penggunaan tanda koma tidak tepat seperti tanda koma sebelum penggunaan kata ‘karena’ atau ‘sehingga’. Selain itu, penggunaan cukup banyak kalimat yang menurut saya kurang efektif.
Meskipun demikian, secara umum, buku “Saatnya Ibu Menjadi Ibu” sangat layak dibaca sebagai salah satu tambahan bekal orang tua dalam mendidik anak. Ohya, sebagai pelengkap, ada buku berjudul “Saatnya Ayah Mengasuh” yang ditulis oleh Ulum A. Saif, suami Febrianti Almeera.
Apakah kamu sudah membacanya? Bagaimana menurutmu?