Sambil menangis berteriak-teriak, Rafandra merebahkan badannya di lantai mal. Dibujuk rayu segala rupa ia tak mau, diangkat badannya ia memberontak.
Untung masker menutupi wajah saya, kalau tidak orang-orang pasti akan melihat merah padam muka.
Dulu, saya stres sekali jika anak sedang tantrum (emosi meledak), apalagi jika kami sedang berada di tempat umum. Sangat tak enak rasanya jika mengganggu kenyamanan orang lain.
Memang, menjadi orang tua artinya belajar seumur hidup. Lambat laun kami mulai bisa mengatasi anak yang sedang tantrum.
Berikut beberapa tips mengatasi anak tantrum yang coba kami terapkan :
Atasi emosi orang tua
Ketika anak tantrum, orang tua jangan sampai ikut-ikutan tantrum. Mengapa? Karena ketika kita menaikkan nada suara, sinyal emosi anak akan menangkapnya sebagai sebuah ancaman. Akibatnya, ia akan semakin memberontak.
Saya bilang ke suami, “Kalau aku lagi emosi ke anak, jangan ikut emosi juga ya, kita saling mendinginkan,”
Dengan kepala dingin, orang tua akan bisa bersikap tenang ketika anak tantrum.
Biarkan anak meluapkan emosinya tetapi tetap awasi
Dulu sebelum tahu ilmunya, saya berulangkali membujuk Rafandra dengan berbagai iming-iming ketika ia tantrum. Kemudian seorang teman menasihati agar mengabaikan anak ketika ia sedang tantrum.
Mengapa? Karena ketika orang tua merespon anak ketika tantrum, apalagi dengan mengiming-imingi sesuatu, anak akan menjadikan tantrum sebagai senjatanya.
Oleh karena itu, abaikan anak ketika tantrum. Namun, pastikan anak dalam posisi aman, misal tidak menyakiti badannya. Orang tua tetap bersikap tenang dan mengawasi, biarkan anak meluapkan emosi tanpa menjanjikannya apa-apa.
Sentuh anak dengan penuh kasih sayang
Ketika Rafandra tantrum, saya membiarkannya meluapkan emosi. Lalu sesudah itu, saya mencoba memeluk atau mengelus-elus kepalanya. Terkadang ketika anak tantrum, ia tidak mau dipegang. Namun tunjukkan kasih sayang dengan bahasa tubuh.
Alihkan perhatian anak
Ketika anak tantrum, cobalah alihkan perhatian anak. Misalnya, ketika di mal anak menangis guling-guling lantaran disudahi permainannya, tunjukkan hal lain yang kira-kira menarik perhatiannya.
Ajak anak menarik nafas
Ketika anak meledak-ledak emosinya, nafasnya akan terburu-buru. Untuk menenangkannya, saya mengajak anak menarik nafas.
“Ayo, satu dua tiga.. Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan. Ulangi,”
Biasanya anak mau menurut untuk menarik nafas. Setelah menarik nafas, biasanya ia tenang dan mau mendengarkan.
Beri anak pemahaman ketika ia sudah tenang
Tantrum seringkali terjadi lantaran anak tidak memperoleh apa yang diinginkannya. Ketika anak sudah mulai tenang, saya memberi anak pemahaman mengapa permintaannya tidak dituruti. Beri anak penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami, logis, dan jangan berbohong kepada anak. Di usia 2 tahun, anak sudah bisa mencerna penjelasan orang tuanya.
Tanyakan kemauan anak
Setelah anak tenang, biasanya ia sudah mau digendong. Gendong anak dan ajaklah melakukan aktivitas lain. Tanyakanlah apakah ia lapar, mengantuk, atau ingin melakukan sesuatu. Namun, tentu saja tidak semua keinginan anak harus dituruti. Misal apabila oa menangis karena ingin mainan, beri pemahaman anak bahwa untuk saat itu tidak membeli mainan terlebih dahulu.
Tantrum terjadi karena macam-macam sebab, bisa jadi anak mengantuk atau lapar. Oleh karena itu sebisa mungkin sebagai orang tua mencegah anak tantrum. Tentu, lebih baik mencegah daripada mengatasi anak tantrum yang kadang-kadang menguras emosi orang tua.
Bagaimana denganmu? Apa cara ampuh mengatasi tantrum yang sudah kamu terapkan?