Aku tahu kau lelah dengan pertanyaan-pertanyaanku tapi
biarkanlah aku menanyaimu lagi dan lagi, kau tahu aku begitu peduli padamu
sehingga aku tak bisan bertanya… Sampai nanti kau menyergahku dan menyuruhku
diam saja bagai brankas besarmu yang kau kunci rapat-rapat dengan segala kode…
biarkanlah aku menanyaimu lagi dan lagi, kau tahu aku begitu peduli padamu
sehingga aku tak bisan bertanya… Sampai nanti kau menyergahku dan menyuruhku
diam saja bagai brankas besarmu yang kau kunci rapat-rapat dengan segala kode…
Aku tahu kau masih mau mendengarkanku karena setiap kali
diam-diam saldomu bertambah kau memperbanyak sedekahmu, pikirmu setidaknya ada
penawar dari harta tangan-tangan kecil tak berayah yang membuat rumahmu semakin
megah…
diam-diam saldomu bertambah kau memperbanyak sedekahmu, pikirmu setidaknya ada
penawar dari harta tangan-tangan kecil tak berayah yang membuat rumahmu semakin
megah…
Kemejamu berbekas gincu murahan perempuan yang bahkan tak
kau tahu siapa namanya tetapi tetap saja istrimu masih dengan setia mencuci
nodanya, tak pernah luput ia mendoakanmu dalam sujud panjang dan derai air
mata, berharap kau kembali menjadi laki-laki sama seperti yang dinikahinya lima
belas tahun yang lalu…
kau tahu siapa namanya tetapi tetap saja istrimu masih dengan setia mencuci
nodanya, tak pernah luput ia mendoakanmu dalam sujud panjang dan derai air
mata, berharap kau kembali menjadi laki-laki sama seperti yang dinikahinya lima
belas tahun yang lalu…
Laki-laki lugu dari desa yang tak kenal gemerlap ibukota,
laki-laki pekerja keras yang menyayangi keluarga, laki-laki yang lebih memilih
miskin daripada memakan harta yang tak kau tahu asalnya, laki-laki yang telah
menempelkan dahi pada dinginnya lantai jauh sebelum azan subuh bergema…
laki-laki pekerja keras yang menyayangi keluarga, laki-laki yang lebih memilih
miskin daripada memakan harta yang tak kau tahu asalnya, laki-laki yang telah
menempelkan dahi pada dinginnya lantai jauh sebelum azan subuh bergema…
Kemana laki-laki itu? tanyaku. Kau diam, kau tak ingin
menjawabnya bukan? Karena kau mulai muak denganku. Muak dengan semua
pertanyaanku. Gelarku haji, katamu. Aku tahu Tuhanku Maha Pengampun…
menjawabnya bukan? Karena kau mulai muak denganku. Muak dengan semua
pertanyaanku. Gelarku haji, katamu. Aku tahu Tuhanku Maha Pengampun…
Aih, kurang banyak apa lagi hartamu, kurang cantik dan
solehah apa lagi istrimu, anakmu tiga dan masih menganggapmu ayah paling bijak
sedunia, orang-orang menganggapmu sosok yang pantas untuk didengarkan tapi apakah
kau masih mau mendengarku? Sebelum Tuhan menyingkap sedikit saja aibmu, kataku.
Dengarkan aku, pintaku, masih mencari sisa-sisa jejakku di hatimu…
solehah apa lagi istrimu, anakmu tiga dan masih menganggapmu ayah paling bijak
sedunia, orang-orang menganggapmu sosok yang pantas untuk didengarkan tapi apakah
kau masih mau mendengarku? Sebelum Tuhan menyingkap sedikit saja aibmu, kataku.
Dengarkan aku, pintaku, masih mencari sisa-sisa jejakku di hatimu…
Gedung-gedung tinggi nan angkuh, mobil-mobil yang harganya
lebih mahal dari rumahmu, wanita-wanita aduhai ramai berlenggak-lenggok, itukah
yang kau cari? Ibukota telah menyilaukanmu sekaligus mengeraskan hatimu,
menyudutkanku ke sudut terpojok…
lebih mahal dari rumahmu, wanita-wanita aduhai ramai berlenggak-lenggok, itukah
yang kau cari? Ibukota telah menyilaukanmu sekaligus mengeraskan hatimu,
menyudutkanku ke sudut terpojok…
Sudah lima hari kau terkapar tak berdaya, ranjang paling
mewah di rumah sakit terbesar, istrimu masih setia mendampingimu, anak-anakmu
tak mau kalah tentu saja. Dokter mengatakan kau terkena penyakit komplikasi,
mulai dari stroke hingga penyakit gula, apa saja. Kau hanya bisa mengangguk,
berjanji setengah mati kalau kau bisa sedikit saja memiliki daya kau akan mengubah
dirimu…
mewah di rumah sakit terbesar, istrimu masih setia mendampingimu, anak-anakmu
tak mau kalah tentu saja. Dokter mengatakan kau terkena penyakit komplikasi,
mulai dari stroke hingga penyakit gula, apa saja. Kau hanya bisa mengangguk,
berjanji setengah mati kalau kau bisa sedikit saja memiliki daya kau akan mengubah
dirimu…
Kali ini bukan rumah berlantai tiga yang bagaikan istana,
bukan lagi hingar bingar Jakarta. Kau kembali, ke tempat darimana kau bermula.
Desa di kaki gunung . Menghabiskan hari tua. Mengajak istrimu ikut serta.
Katamu, kau mau menjadi seperti yang dulu, laki-laki yang lebih takut Tuhannya
dibanding apa saja, kau ingin mati di tempat ini bersimpuh menghamba..
bukan lagi hingar bingar Jakarta. Kau kembali, ke tempat darimana kau bermula.
Desa di kaki gunung . Menghabiskan hari tua. Mengajak istrimu ikut serta.
Katamu, kau mau menjadi seperti yang dulu, laki-laki yang lebih takut Tuhannya
dibanding apa saja, kau ingin mati di tempat ini bersimpuh menghamba..
Kau masih mau mendengarkanku rupanya…
—
ditulis di atas bus yang melaju menuju ibukota
tantangan seorang teman untuk menulis dengan tema Izinkan Aku Mati do Kaki Gunung dalam waktu 24 jam..
tantangan seorang teman untuk menulis dengan tema Izinkan Aku Mati do Kaki Gunung dalam waktu 24 jam..
1 Comment. Leave new
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.