Kata orang, anak harus dididik disiplin sejak dini agar terbiasa. Namun, apakah disiplin berarti keras? Bagaimana cara mendisiplinkan anak secara positif?
Beruntungnya, Jane Nelsen telah menulis buku yang berjudul “Positive Discipline”. Nah, memang apa sih yang dimaksud dengan disiplin positif?
Disiplin Positif (Positive Discipline) adalah sebuah teknik mendidik yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan tanggung jawab individu, serta membantu individu tersebut belajar cara mengatasi masalah secara efektif. Teknik ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengasuhan yang bertanggung jawab dan memperlakukan anak-anak dengan penuh penghargaan (respect).
Salah satu pendekatan utama dari “Positive Discipline” adalah memberikan pujian dan menghargai keberhasilan anak-anak, serta mengajarkan kepada anak-anak bagaimana mengatasi masalah secara efektif melalui komunikasi yang efektif dan menyelesaikan masalah secara adil. Teknik ini juga menekankan pentingnya membuat batasan yang jelas dan mengajarkan kepada anak-anak cara memahami dan menghargai batasan-batasan tersebut.
Secara keseluruhan, Positive Discipline adalah sebuah pendekatan mendidik yang bertujuan untuk membantu anak-anak mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab yang diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Di sisi lain, Positive Discipline adalah sebuah pendekatan untuk mengelola dan mengajar anak-anak yang menekankan pada pengembangan kemampuan sosial dan emosional mereka. Teknik ini berfokus pada memberikan anak-anak pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola emosi mereka sendiri, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang bijaksana.
Pendekatan ini juga menekankan pada pembentukan hubungan yang positif dan menghargai antara orangtua dan anak-anak. Positive Discipline tidak menyetujui pendekatan yang menggunakan hukuman fisik atau emosional yang tidak menyenangkan dan lebih menekankan pada mengembangkan solusi masalah yang sesuai dengan usia anak-anak. Dengan menggunakan pendekatan ini, orangtua dapat membantu anak-anak membangun kepercayaan diri, tanggung jawab, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana.
Kayaknya, teknik ini sudah coba saya terapkan dalam mendidik anak. Di usia 2,5 tahun, Rafandra sudah paham tentang aturan. Buktinya, ketika saya menerangkan suatu hal dan konsekuensinya, ia akan mengulanginya. Sesederhana ketika ia berkata, “Kalau nggak minum, haus,”
Jadi, jangan asal melarang anak tetapi beri mereka pemahaman dengan bahasa yang dapat mereka pahami. Insya Allah mereka paham meski pada praktiknya tetap saja seringkali dilanggar. Namun, kita orang dewasa saja kadang melanggar aturan, apalagi anak-anak yang baru belajar tentang kehidupan. Setidaknya, anak sudah dikenalkan tentang kedisiplinan semenjak usia dini.
Alhamdulillah, sedikit demi sedikit hasilnya sudah nampak. Misalnya, meski pada awalnya dipaksa sikat gigi, akhirnya malah Rafandra yang menanyakan kalau mau tidur dan belum sikat gigi. “Kita sikat gigi dulu yuk, Ma,”
Bismillah, semoga Allah SWT memudahkan kita untuk mendidik anak secara disiplin positif.