Ketika saya kecil, saya tidak berpikir bahwa orang tua melakukan kesalahan parenting. Saya berpikir bahwa mereka adalah manusia yang bisa melakukan apa saja. Namun, setelah saya menjadi orang tua, saya baru menyadari bahwa tak ada orang tua yang sempurna, yang ada hanyalah manusia biasa yang berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Tiga tahun anak saya terlahir ke dunia, tiga tahun saya belajar menjadi seorang ibu. Selama itulah beberapa kesalahan parenting saya lakukan, hal-hal yang tak ingin saya lakukan lagi.
Kesalahan Parenting yang Tak Ingin Saya Lakukan Lagi
Sebelum menikah, saya mengikuti kelas pra nikah dan membaca beberapa buku parenting. Namun, ternyata itu nggak cukup. Menjadi orang tua itu adalah sebuah proses pembelajaran seumur hidup.
Berikut refleksi kesalahan parenting yang pernah saya lakukan dan semoga nggak terulang lagi :
Tidak konsisten
Setelah membaca banyak buku parenting, saya memperoleh ilmu bahwa pengasuhan adalah tentang konsistensi. Seorang anak adalah sosok yang baru hadir ke dunia, dia belajar dengan pola-pola yang diterapkan oleh orang tuanya misal pola makan atau pola tidur.
Konsistensi bagaikan aturan tak tertulis yang dapat membuat seorang anak nyaman karena adanya kepastian. Jika konsistensi tersebut dilanggar maka anak akan merasa kebingungan.
Namun, untuk menjadi orang tua yang konsisten memang menantang.
Misalnya, saya sudah membuat aturan agar anak menonton Youtube hanya di rumah dengan menggunakan tablet. Namun, anak rewel sehingga mulai mengganggu orang lain. Alhasil, saya memberikan anak tablet di mobil agar anak segera diam.
Ketika satu ketidakkonsistenan dijalankan, itu akan cenderung terulang lagi. Kemarin bisa? Kenapa sekarang nggak bisa?
Bertengkar dengan pasangan di depan anak
Well, namanya berumah tangga ada aja selisih paham. Meski anak mungkin nggak paham tentang apa yang dipertengkarkan orang tuanya, ia bisa merasakan suasana tegang. Efeknya, anak menjadi ketakutan atau rewel.
Bermain HP terlalu banyak
Nggak dipungkiri kalau membuka handphone terkadang diperlukan. Namun, kadang saya mengabaikan ajakan anak untuk bermain, hiks. Maksud saya, anak biar bermain sehingga saya bisa melakukan hal lain. Namun, ternyata anak butuh bermain bersama orang tuanya. Bukan sekadar bermain dengan mainan yang dibelikan oleh orang tuanya.
Pelan-pelan, saya mencoba mengurangi kebiasaan bermain HP di depan anak karena memang ketika saya membuka HP, anak akan merasa terabaikan.
Terlalu banyak memberikan anak tontonan Youtube
Di usia kurang lebih dua tahun, Rafandra mulai menonton Youtube selama sekitar satu jam setiap harinya. Namun, ketika saya sedang WFH sehingga Rafandra tidak masuk ke daycare, saya memberikan tontonan Youtube lebih dari satu jam sehari karena mengejar target pekerjaan.
Kesalahan ini coba saya perbaiki yakni dengan memindahkan Rafandra ke kelompok bermain dan memasukkannya setiap hari untuk belajar meski saya sedang WFH.
Takut dengan eksplorasi anak
Sebagai seorang ibu, saya mudah sekali khawatir. Khawatir anak jatuh, khawatir anak sakit. Kekhawatiran itu menyebabkan saya terkadang membatasi ruang gerak anak. Nggak boleh begini dan begitu atau terlalu memeganginya.
Namun, setelah saya membaca buku The Danish Way of Parenting, saya menemukan salah satu saran untuk membiarkan anak bermain bebas tanpa campur tangan orang tua.
Memarahi anak
Tak dipungkiri, beberapa kali saya lepas kontrol dan memarahi anak. Misalnya ketika kondisi lelah seharian bekerja lalu anak rewel. Semakin saya belajar parenting saya menyadari bahwa seorang anak membutuhkan sosok orang tua yang tenang dan mampu melakukan kontrol emosi.
Kurang belajar parenting
Masa terbaik belajar parenting adalah sebelum menikah karena sesungguhnya banyak sekali hal yang harus dipelajari oleh orang tua misalnya bagaimana membuat menu masakan anak yang sehat, mencegah anak stunting, mendidik anak agar menjadi disiplin tetapi tetap bahagia, dan sebagainya.
Buku-buku parenting yang saya sebelum menikah ternyata masih sangat sedikit karena memang menjadi orang tua itu sebuah tugas mulia yang membutuhkan kita untuk mengerahkan seluruh sumber daya terbaik yang kita miliki: pikiran, energi, waktu, dan finansial.
Maka, di tahun 2023 ini salah satu resolusi saya terkait parenting adalah tidak mengulangi lagi kesalahan parenting yang saya lakukan atau setidaknya meminimalkannya sebisa mungkin.
Paket Internet Cepat untuk Memperbaiki Kesalahan Parenting
Sebagai orang tua milenial yang menjalankan peran di tengah perkembangan internet yang begitu pesat saja, saya masih sering melakukan kesalahan. Bagaimana dengan orang tua saya dengan kehidupan mereka tanpa internet? Bagaimana mereka belajar parenting? Yang paling masuk akal adalah mereka akan mengulangi pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua mereka karena pola itu yang mereka ketahui.
Nah, tentu, tak semua pola parenting tersebut benar. Apalagi ilmu pengetahuan semakin berkembang. Misalnya, dulu ketika anak mulai MPASI saya membaca buku bahwa anak hanya makan buah saja terlebih dahulu. Namun, ternyata di buku MPASI terbaru disebutkan bahwa bukan hanya buah saja yang diberikan kepada anak, melainkan menu makanan yang juga mengandung karbohidrat dan protein.
Internet membuat saya bersyukur. Saya tak harus susah payah datang ke perpustakaan lalu mencari buku parenting (yang mungkin juga jarang ada ketika zaman dulu) dan membacanya satu persatu. Saya cukup membuka gawai dan mengetikkan kata kunci yang ingin saya cari di mesin pencari lalu membaca artikel yang relevan dan dapat dipercaya.
Dengan internet, saya juga tahu buku-buku parenting apa yang direkomendasikan dengan membaca ulasan para orang tua. Saya juga beberapa kali mengikuti seminar virtual atau sharing melalui grup Whatsapp tentang parenting. Sebuah kemewahan yang tidak dimiliki oleh orang tua saya.
Maka, paket internet cepat adalah sebuah kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi. Selama menggunakan IndiHome, paket internet cepat dari IndiHome bisa diandalkan karena stabil, cepat, dan amat jarang mengalami gangguan. Yang saya sukai juga biaya paket internet cepat IndiHome juga relatif terjangkau sehingga nggak memberatkan.
Jadi, kebutuhan saya untuk belajar parenting melalui berbagai media dapat terpenuhi dengan dukungan IndiHome. Yes, internet cepat butuh banget dong ya, misalnya untuk mengikuti Zoom.
Bagi kamu yang sedang mencari rekomendasi provider internet rumah, IndiHome bisa menjadi pilihanmu. Pertama, IndiHome dimiliki oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan perusahaan telekomunikasi nomor satu di Indonesia jadi reputasinya pasti sudah nggak diragukan lagi. Kedua, IndiHome menyediakan berbagai paket internet cepat yang bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, paket 2P Internet+Phone atau paket 3P Internet+Phone+TV.
Kesalahan Parenting Adalah Sebuah Pembelajaran
People make mistakes, that is what makes us human. Namun, karena kita manusia, kita memiliki akal dan pikiran untuk belajar dari kesalahan parenting agar tak terulang lagi.
Jadi, jangan lupa terus untuk upgrade ilmu karena ilmu adalah kekuatan. Ilmu membuat kita tahu mana yang salah dan benar sehingga jangan sampai mengulangi kesalahan parenting yang pernah dilakukan.
1 Comment. Leave new
Belajar dari kesalahan adalah sebuah proses untuk memperbaiki diri dan Alhamdulillah internet saat ini bisa menjadi media untuk terus belajar, termasuk dalam hal parenting