Bisakah menjadi orang tua yang tegas tanpa keras? Dapatkah orang tua menjalin komunikasi dengan anak tanpa adanya komunikasi negatif?
Komunikasi negatif yang diperoleh anak memiliki berbagai macam dampak. Mulai dari kepercayaan diri anak hingga potensi anak yang tidak berkembang secara optimal lantaran ‘sibuk’ bertahan. Bagaimana pola komunikasi anak di masa kecil akan berpengaruh terhadap masa depan, mulai cara berbicara hingga cara berpikir.
Maka, sangat penting bagi orang tua untuk dapat menjaga sikap di depan anak karena sikap akan berimbas ke kepribadian anak. Kepribadian akan membentuk cerita masa depan.
Namun, mendidik anak harus didasarkan pada cara Rasulullah SAW mendidik anak.
Pertama, ajarkan
Ajarkan anak berperilaku sebelum menuntut anak melakukan sesuatu. Misal, ketika anak belum pernah diajarkan adab bertamu maka jangan marahi anak apabila belum bisa bersikap dengan baik ketika bertamu.
Kedua, permudahlah dan jangan mempersulit
Kalau ada hal yang tak sesuai keinginan orang tua, cobalah untuk membereskannya tanpa mengomel. Misal, membereskan handuk yang berantakan. Jangan terlalu perfeksionis yang malah bisa merusak hubungan dengan anak.
Pemahaman anak kondisi anak dan tahapan usia anak juga berpengaruh kepada sikap kita untuk mempermudah anak. Terutama untuk anak hingga ia berusia tujuh tahun.
Ketiga, memberi suri tauladan
Anak adalah peniru ulung. Respon kita terhadap sesuatu akan menjadi sebuah contoh bagi anak.
Keempat, tenang dan tidak terburu-buru
Kendalikan emosi dan bersikaplah dengan tenang. Tanyakan baik-baik kepada anak atas motifnya melakukan sesuatu.
Kelima, lembut dan tidak kasar
Pesan yang sama dapat ditangkap secara berbeda apabila disampaikan dengan cara yang berbeda. Ingatlah, Allah SWT Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Jangan lupa minta kelembutan kepada Allah SWT.
Tegas bukan berarti menghilangkan kelemahlembutan. Jika Allah SWT mengkehendanki kebaikan kepada suatu keluarga, maka diilhamkanlah kelembutan.
Keenam, tahan amarah
Menjadi seorang Muslim bukan berarti tak boleh marah, marah merupakan salah satu emosi yang diakui dalam Islam. Marah itu kadang-kadang perlu apalagi ketika ada syariat yang dilanggar.
Fokus pada sikap yang dituju, bukan pada orangnya. Jangan sampai membuat anak merasa tidak dicintai.
Ketujuh, memaafkan dan tidak memarahi
Memaafkan dan tidak memarahi merupakan sikap yang lebih baik dibandingkan dengan meluapkan amarah. Memaafkan bukan berarti membenarkan sikap anak.