![]() |
Gambar yang bikin manggut-manggut |
Suatu
siang. Workshop tentang analisis perusahaan, analisis industri dan analisis
ekonomi dengan seorang pembicara yang merupakan pengamat ekonomi, mantan bankir,
pemilik beberapa usaha, pemain saham, penulis buku dan analis perusahaan. Materi
disampaikannya dengan amat menarik, lalu pada hari terakhir beliau bertanya kepada
para peserta :
siang. Workshop tentang analisis perusahaan, analisis industri dan analisis
ekonomi dengan seorang pembicara yang merupakan pengamat ekonomi, mantan bankir,
pemilik beberapa usaha, pemain saham, penulis buku dan analis perusahaan. Materi
disampaikannya dengan amat menarik, lalu pada hari terakhir beliau bertanya kepada
para peserta :
“Di
ruangan ini ada yang berasal dari jurusan Akuntansi?”
ruangan ini ada yang berasal dari jurusan Akuntansi?”
Seisi
ruangan saling memandang dan tersenyum. Pertanyaan yang amat menohok mengingat
dari sekitar tiga puluh peserta hanya dua orang yang bukan dari jurusan Akuntansi.
Sang pembicara lulusan Teknik Elektro, ditunjang dengan pengalamannya sekian
lama, hafalannya yang kuat tentang tanggal peristiwa-peristiwa penting, analisisnya
yang tajam tentang penyebab dan akibat suatu peristiwa, kepekaannya terhadap
data serta kemampuannya mengkaitkan, ia memiliki kemampuan menganalisis
melebihi para peserta dengan latar belakang Akuntansi.
ruangan saling memandang dan tersenyum. Pertanyaan yang amat menohok mengingat
dari sekitar tiga puluh peserta hanya dua orang yang bukan dari jurusan Akuntansi.
Sang pembicara lulusan Teknik Elektro, ditunjang dengan pengalamannya sekian
lama, hafalannya yang kuat tentang tanggal peristiwa-peristiwa penting, analisisnya
yang tajam tentang penyebab dan akibat suatu peristiwa, kepekaannya terhadap
data serta kemampuannya mengkaitkan, ia memiliki kemampuan menganalisis
melebihi para peserta dengan latar belakang Akuntansi.
Mungkin tak ada yang baru dalam presentasinya. Tentu tak ada
lulusan Akuntansi yang tak mengenal istilah CAPEX, ROE, ROI beserta
teman-temannya. Namun, kemampuan analisis sang pembicara lah yang membuatnya istimewa. Misalnya saat ia memaparkan tentang hubungan
antara usia dan produk yang laris di suatu negara. Negara Amerika Serikat,
dengan usia penduduk rata-rata 44 tahun membutuhkan lebih banyak produk di
bidang medical care, furnishing, second home dan penduduk Jepang dengan
usia rata-rata 48 tahun membutuhkan lebih banyak produk di bidang insurance,
private banking, travel, dan medical care. Sementara penduduk Afrika dengan
usia penduduk rata-rata 18 tahun membutuhkan lebih banyak produk di bidang education
dan hospital. Indonesia dengan usia penduduk rata-rata 27 tahun tentu
memerlukan produk yang berbeda pula.
lulusan Akuntansi yang tak mengenal istilah CAPEX, ROE, ROI beserta
teman-temannya. Namun, kemampuan analisis sang pembicara lah yang membuatnya istimewa. Misalnya saat ia memaparkan tentang hubungan
antara usia dan produk yang laris di suatu negara. Negara Amerika Serikat,
dengan usia penduduk rata-rata 44 tahun membutuhkan lebih banyak produk di
bidang medical care, furnishing, second home dan penduduk Jepang dengan
usia rata-rata 48 tahun membutuhkan lebih banyak produk di bidang insurance,
private banking, travel, dan medical care. Sementara penduduk Afrika dengan
usia penduduk rata-rata 18 tahun membutuhkan lebih banyak produk di bidang education
dan hospital. Indonesia dengan usia penduduk rata-rata 27 tahun tentu
memerlukan produk yang berbeda pula.
Sang
pembicara juga memaparkan mengenai konsumsi jagung yang terus naik. “Apakah
semakin kaya penduduk semakin banyak jagung
yang dikonsumsinya? lalu mengapa konsumsi jagung meningkat?” Beliau kemudian
melanjutkan, “Semakin kaya seseorang, besar kemungkinan konsumsinya akan daging
meningkat, nah karena jagung merupakan alternatif pangan ternak yang relatif murah,
semakin meningkat lah konsumsi jagung seiring peningkatan konsumsi daging,” Ah,
siapa yang berpikir ke arah sana, kata seorang peserta workshop sehabis acara.
pembicara juga memaparkan mengenai konsumsi jagung yang terus naik. “Apakah
semakin kaya penduduk semakin banyak jagung
yang dikonsumsinya? lalu mengapa konsumsi jagung meningkat?” Beliau kemudian
melanjutkan, “Semakin kaya seseorang, besar kemungkinan konsumsinya akan daging
meningkat, nah karena jagung merupakan alternatif pangan ternak yang relatif murah,
semakin meningkat lah konsumsi jagung seiring peningkatan konsumsi daging,” Ah,
siapa yang berpikir ke arah sana, kata seorang peserta workshop sehabis acara.
Belajar,
tak cukup hanya dari bangku sekolah, mengamati peristiwa yang terjadi, update
terhadap perkembangan dunia luar, mengenal banyak orang, mengalami banyak
hal serta membuka pikiran (open-minded) adalah pembelajaran yang tanpa
batas. Belajar dimana saja, kapan saja dan dari mana saja. Semoga. ^^
tak cukup hanya dari bangku sekolah, mengamati peristiwa yang terjadi, update
terhadap perkembangan dunia luar, mengenal banyak orang, mengalami banyak
hal serta membuka pikiran (open-minded) adalah pembelajaran yang tanpa
batas. Belajar dimana saja, kapan saja dan dari mana saja. Semoga. ^^
7 Comments. Leave new
Ajarin Nay ya mba… 😀 biar ilmunya makin nambah.. uhuiii
ahaha.. ada tuh slide bapaknya hihi.. klo ane sih masih belajar mpok 😀
Belajar di mana saja dan kapan saja. Pelajaran hidup dan keseharian memang lebih menambah pengalaman daripada lembaga pendidikan resmi (yang kadang hanya memaksa otak anak menjadi seperti robot). 😀 #ngoceh
bener mbak Ayu.. sepakat 😀
jarang ikut seminar wirausaha atau menonton acara wiraswasta atau membaca mengenai kewiraswastaan beserta tokoh-tokohnya ya??
kalau sering,kayaknya tulisan ini bakal ditulis berulang-ulang deh
🙂
*penasaran ama komen atas ane*
komennya nyepam doang, makanya ane hapus 😀