Mushola/masjid sebagai tempat ibadah utama umat
Muslim, seharusnya, tempat dimana orang-orang menjaga ketenangannya, pun ketika
telah selesai menjalankan ibadah. Tetap saja ketenangan tempat ibadah harus
dijaga, setidak-tidaknya untuk menghargai orang yang sedang melaksanakan ibadah
bukan. Namun, agaknya tak semua orang berpendapat demikian. Pernah suatu ketika
di salah satu mushola bandara, seorang ibu menerima telpon dengan kencangnya
tatkala orang-orang sedang melaksanakan sholat ketika itu, ia tidak mengecilkan
volume suaranya dan tidak juga cepat-cepat menyudahi pembicaraanya hingga lebih
dari setengah durasi waktu sholat waktu itu terdominasi oleh percakapannya.
Selepas sholat, sontak seorang bapak menegur dengan keras sang ibu yang belum
selesai juga berbicara *sigh*.
Muslim, seharusnya, tempat dimana orang-orang menjaga ketenangannya, pun ketika
telah selesai menjalankan ibadah. Tetap saja ketenangan tempat ibadah harus
dijaga, setidak-tidaknya untuk menghargai orang yang sedang melaksanakan ibadah
bukan. Namun, agaknya tak semua orang berpendapat demikian. Pernah suatu ketika
di salah satu mushola bandara, seorang ibu menerima telpon dengan kencangnya
tatkala orang-orang sedang melaksanakan sholat ketika itu, ia tidak mengecilkan
volume suaranya dan tidak juga cepat-cepat menyudahi pembicaraanya hingga lebih
dari setengah durasi waktu sholat waktu itu terdominasi oleh percakapannya.
Selepas sholat, sontak seorang bapak menegur dengan keras sang ibu yang belum
selesai juga berbicara *sigh*.
Di sebuah Mushola ketika hendak menjalankan
sholat, orang-orang yang sedang mengobrol tak juga menghentikan obrolannya dan
tak pula merendahkan suaranya (berbincang-bincang dan sesekali diselingi
candaan dan tawa) ketika ada orang yang datang hendak sholat, tak juga ketika
orang sedang sholat. Biasa saja. Cuek saja.
sholat, orang-orang yang sedang mengobrol tak juga menghentikan obrolannya dan
tak pula merendahkan suaranya (berbincang-bincang dan sesekali diselingi
candaan dan tawa) ketika ada orang yang datang hendak sholat, tak juga ketika
orang sedang sholat. Biasa saja. Cuek saja.
Secara pribadi, terus terang saja saya merasa
sangat terganggu tapi saya sungkan untuk menegur sehingga saya pun memilih
sholat di tempat lain atau menunggu hingga yang sedang ngobrol-ngobrol bubar.
Buat saya, untuk khusyuk di tempat sepi saja saya masih harus belajar dan
belajar apalagi di tempat yang riuh dan ramai. Saya pun menceritakan
kegelisahan saya pada seorang ikhwah, mulai dari saya yang sungkan menegur
hingga sikap saya seharusnya *sepertinya pergi dan sholat di tempat lain atau
memundurkan waktu sholat menunggu sepi juga bukan sikap yang tepat. Ia pun
menjawab,
sangat terganggu tapi saya sungkan untuk menegur sehingga saya pun memilih
sholat di tempat lain atau menunggu hingga yang sedang ngobrol-ngobrol bubar.
Buat saya, untuk khusyuk di tempat sepi saja saya masih harus belajar dan
belajar apalagi di tempat yang riuh dan ramai. Saya pun menceritakan
kegelisahan saya pada seorang ikhwah, mulai dari saya yang sungkan menegur
hingga sikap saya seharusnya *sepertinya pergi dan sholat di tempat lain atau
memundurkan waktu sholat menunggu sepi juga bukan sikap yang tepat. Ia pun
menjawab,
“Mon, kamu tahu kisah Ali yang meminta dicabut
pedang dari punggungnya tatkala sedang sholat kan agar ia tak merasakan
sakitnya. Nah Mon, kamu tahu jawabannya kan,”
Jleb. Bagaikan pedang menusuk dada saya *lebay*
ketika mendengar jawabannya. Tertohok. Bukan, bukannya dengan menuntut
lingkungan seharusnya bersikap bagaimana tetapi lebih-lebih paling penting
adalah bagaimana dengan diri kita sendiri, dengan sholat kita. Sudah benarkah
niatnya? Sudah sempurnakah wudhunya? Sudah sesuaikah dengan tuntunan nabi? Sudah tahukah kita makna apa-apa yang kita baca? Sehingga
ketika apapun kondisi kita tatkala menjalankan ibadah yang akan dihisab pertama
kalinya itu, khusyuk lah yang akan selalu ada, Seperti Ali yang tak merasakan sakit cabutan pedang di punggungnya
tatkala sholat.
ketika mendengar jawabannya. Tertohok. Bukan, bukannya dengan menuntut
lingkungan seharusnya bersikap bagaimana tetapi lebih-lebih paling penting
adalah bagaimana dengan diri kita sendiri, dengan sholat kita. Sudah benarkah
niatnya? Sudah sempurnakah wudhunya? Sudah sesuaikah dengan tuntunan nabi? Sudah tahukah kita makna apa-apa yang kita baca? Sehingga
ketika apapun kondisi kita tatkala menjalankan ibadah yang akan dihisab pertama
kalinya itu, khusyuk lah yang akan selalu ada, Seperti Ali yang tak merasakan sakit cabutan pedang di punggungnya
tatkala sholat.
gambar dari sini |
Well, tentu saja lingkungan yang kondusif
tatkala sholat tak kalah pentingnya tapi jauh ada yang lebih penting… Diri kita…
tatkala sholat tak kalah pentingnya tapi jauh ada yang lebih penting… Diri kita…
Wallahu a’lam
NB : Catatan ini sungguh pengingat diri yang
masih dan masih harus senantiasa belajar dan belajar, berusaha dan berusaha
untuk mampu sholat dengan khusyuk, atau setidaknya seperti kata ustadz selalu
berjuang untuk ke arah itu, mudah-mudahan…
masih dan masih harus senantiasa belajar dan belajar, berusaha dan berusaha
untuk mampu sholat dengan khusyuk, atau setidaknya seperti kata ustadz selalu
berjuang untuk ke arah itu, mudah-mudahan…
19 Comments. Leave new
"kisah Ali yang meminta dicabut pedang dari punggungnya tatkala sedang sholat kan agar ia tak merasakan sakitnya.." wow banget perbandingane :'( kapan ya bisa sholat sekhusyuk sholatnya beliau..
*btw, lama g berkunjung, akhire bs jg km mon ganti header 😀 Keren! (y)
aku juga hiks…
ahaha, akhirnya nemu tutorial yg gampang vit, selama ini nemu susah2 mulu n gagal pula hehe
kaka, apa kabar??
selama shalat smapi sekarang merasakan khusuk baru 2 kali kak, itu [un ntah iya namanya khusuk ato ngga, soalnya ketika shalat sensasinya bener2 beda yang dirasakan.,
setiap gerakan nikmat banget, pikiran pun ngga cabang kemana2 cuma ke Allah… tapi sekarang ngga pernah lgi, dan sedang berusaha
alhamdulillah baek dek, skrg kegiatannya apa nih abis lulus?
iya kakak juga, ini catatan buat diri sendiri khususnya 🙁
SEMOGA AAMIIN.
saya juga tertohok. Jleb Satu hehe…
iya juga yah. Hemm,,,,,, tpi lebih baik juga di tegur sih klo udah kelewat batas. Menegur yang baik juga.
gimana cara negur tanpa tersinggung ya Nuur? soalnya orang2 yg ngobrol2 itu mungkin nganggepnya biasa aja kyk gt… takut dikira sok atau gimana 🙁
oOH, ya kayak nasehatin anak kecil dirmah dunk 😛
mbak bu, maaf kalau ada orang sholat kecilin bisa, maaf dngn sangat. Saya juga kalo dirumah, pilih matikan TV atau kecilkan ancam saya sama adik.
Tokh setiap sholat tarwih ada aja anak kecil ribut. Mkannya saya milih sholat dirumah gak jamaah untng saya perempuan. krana jujur saya kalau bisa konsentrasi tenang sudah enak, tapi anak kecilnya ribut dan akhirnya imam gak kedengaran kan. Resikonya mau dengerin surat yang dibaca eh malah hehe,,,
setiap orang beda-beda sih yah. Kalo tersinggung lebih baik mba, daripada nggak nyadar. Tapi kita punya batasan cara menegur yang baik jangan menegur berlebihan kayak orang emosi hehee.
eh kok mba, MOn. 😀
Iya, Neng.. intinya latihan "diam" alias menyatukan pikiran dan perasaan.. biar "gak ribut" di dalem dan biar gak kepengaruh ama "ribut di luar".
Jangan takut teknik "diam" ini gak ada dalilnya atau takut teknik ini bukan dari Islam. Rasulullah SAW Bersabda:
الصلاة عماد الدين والصمت أفضل والصدقة تطفئ غضب الرّبّ والصمت أفضل والصوم جُنة من النار والصمت أفضل والجهاد سنام الدين والصمت أفضل.
“Salat adalah tiang agama, tetapi diam itu lebih utama, sedekah dapat memadamkan murka Allah, tetapi diam itu lebih utama, puasa adalah periasai dari siksa neraka, tetapi diam itu lebih utama, jihad puncaknya agama, tetapi diam itu lebih utama.”
Di Hadis lain juga Nabi SAW bersabda:
الصمت أرفع العبادات
“Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR. Ad-dailami dari Abu Hurairah)
Adapun Hadist-Hadist Rasulullah SAW yang menerangkan keutamaan Diam:
الصمت زين للعالم وستر للجاهل
“Diam itu adalah perhiasan bagi orang ‘alim (pandai) dan selimut bagi orang jahil (bodoh).”
الصمت سيد الأخلاق
“Diam adalah akhlak yang paling utama.”
الصمت حكمٌ وقليلٌ فاعله
“Diam itu mengandung hikmah yang banyak, tetapi sedikit orang yang melakukannya.”
original: Islam Kaffah: Salat Khusyuknya Pakai Udel | Muxlimo's Lair http://muxlimo.blogspot.com/2012/06/islam-kaffah-salat-khusyuknya-pakai.html#ixzz2FMZZNyre
Ini teknik salat khusyuk para arif billah lo. Bahkan ini bisa dilakukan kapan pun di mana pun.
Ingat dalil ini.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Al-Imran: 190-191)
original: FAQ 2 | Muxlimo's Lair http://muxlimo.blogspot.com/p/salam-alaikum-wa-rahmatullahi-wa_17.html#ixzz2FMYZuKNr
diam ibadah yang paling tinggi? maksudnya gmn kang? itu riwayat haditsnya dlm hal apa? *maap belum ngerti
klo dlm kondisiku, kira2 perlu negur org2 yg ngobrol2 ga?
Dalam beribadah dimanapun bisa saja,baik di tempat rame maupun tempat yang sepi..
Asalkan kita kusyu dalam shalat..
Pernah sholat di sebuah kampus besar di Depok *eh
MasyaAllah ributnya,
Apa kebiasaan di kampusku yang beda, apa emang habit anak-anak di sana yang aneh.
Akhirnya saya tegur dengan pelan "ssshh..kenceng banget ngomongnya."
Eh dianya malah bialng ke temennya "emang aku ngomongnya kenceng banget ya..?"
tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Fiuhh..
Sedih juga si pas kejadian itu, berarti mereka agak kurang menghargai kekhususan mushola atau masjid, yang seharusnya menjaga ketenangan malah masih hahahihi bercanda.
Tapi yah, betul juga siy, kekhusukan sholat didominasi oleh diri kita, bukan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Walaupun lingkungan tidak bisa diabaikan. Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengunci pintu rumah dan mematikan api ketika akan sholat,itu agar supaya kita lebih khusyuk.
So, i think ga ada salahnya memilih tempat atau mengkondisikan tempat sholat, selama kita bisa melakukannya 🙂
iya mbak, kadang2 nggak nyadar kenceng gitu, apalagi perempuan klo lg asik ngobrol *sy juga kadang2 hehe…
gimana ya caranya klo di lingkungan skitar kita gt mb? sungkan klo mw negur
Budaya menegur kayaknya belum memasyarakat, masih ada sungkan dan ragu tiap kali mau melakukannya.
Salah satu sebabnya adalah, orang yang menegurpun kadang tak senang jika dapat teguran…
cute muhasabah mon *thumbs up
“Mon, kamu tahu kisah Ali yang meminta dicabut pedang dari punggungnya tatkala sedang sholat kan agar ia tak merasakan sakitnya. Nah Mon, kamu tahu jawabannya kan,”
hah? Kapan ini kejadiannya? Beneran tuh? Ali radhiyallahu 'anhu pernah ditusuk pedang saat shalat lalu masih hidup untuk meminta mencabutkannya?
syukron deady komentarnya, dulu seingatku pedang tapi ternyata dr hasil googling aq nemunya anak panah…
-astaghfirullah-
yep, mau dikomenin untuk meluruskan, yang bener panah, bukan pedang.
nice post mon, sangat bermanfaat.
Jelb… Thx mon… Headernya bagus.. Unik..
emang ada ada aja keseruan emak emak 🙂