saya pikir novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu yang akan menjadi novel terbaik.
But I was wrong. Tatkala mengikuti
satu demi satu cerita bersambung berjudul Bangsat-Bangsat
Berkelas di page sang penulis, saya tak sabar menunggu kelanjutannya (yang tentu saja suka-suka sang
penulis kapan ia mempublikasikannya) hingga tulisan tersebut berhenti di
tengah-tengah. Tere Liye agaknya lihai dalam membuat orang penasaran. Ia
menciptakan jeda berbulan-bulan sebelum merilis novel yang meraih penghargaan
Khatulistiwa Literary Award 2012 ini. Novel yang merupakan kumpulan catatan
tersebut berlanjut dengan judul ‘Negeri Para Bedebah’. Buku yang akan kita
kupas kali ini.
terkemuka. Usianya masih muda. Kariernya cemerlang, hingga tingkat
internasional. Namun jarang ada yang tahu bahwa masa sekolahnya ia habiskan di
sebuah panti asuhan dengan makanan yang dijatah. Yatim piatu. Ia menyimpan
dalam-dalam sejarah masa lalunya hingga seseorang dari masa lalunya datang dan
menariknya dalam sebuah pusaran. Om Liem, adik ayahnya sekaligus orang yang
paling dibencinya di dunia ini. Empat puluh delapan jam, tiba-tiba ia hanya
memiliki waktu sesingkat itu untuk menyelamatkan sebuah bank nasional dari
ambang kehancuran. Thomas tak kuasa menolak, apalagi penyelamatan Bank Semesta
akan melengkapi puzzle kehidupan masa
lalu yang selama ini menghantuinya. Atas
orang-orang yang bertanggung jawab akan kematian kedua orangtuanya.
meramu tulisan puitis mengharu biru dalam berbagai novel sebelumnya (ah ya
tentu tak lengkap tanpa menyebut Hafalan Sholat Delisa dan Bidadari-Bidadari
Surga), novel ini nyaris jauh dari kesan mengharu biru. Mengikuti petualangan
Thomas dari jam ke jam akan membuat pembaca menghela nafas, mulai dari taktik
Thomas meloloskan om Liem dari sergapan polisi, kepiawaiannya menciptakan
persepsi publik melalui media massa, strategi mempengaruhi opini sang pengambil
keputusan besar penyelamatan bank hingga langkah Thomas mengejar orang-orang di
masa lalu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sungguh seru sekali. Latar belakang keilmuan sang penulis sebagai alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menjadikan nilai tambah novel
yang kental dengan teori dan logika ekonomi ini. Beberapa kali saya terkagum-kagum dengan bahasa ekonomi yang
disajikan cerdas sekaligus indah khas Tere Liye *sedikit banyak seperti menikmati mata kuliah ekonomi.
yang disampaikan melalui percakapan Thomas dan sang opa. Misalnya saat Thomas
menonton acara televisi memilih hadiah yang ada di sebuah kotak dari tiga
kotak, satu kotak telah dibuka dan tersisa dua kotak.
“Penjelasannya amat sederhana. Ada tiga kotak,
itu berarti kemungkinan kalian memenangkan pertaruhan adalah 33,3% alias
sepertiga. Itu kemungkinan yang rendah, bahkan dibawah 505 permainan “ya” atau “tidak”.
Ketika aku memilih salah satu kotak, lantas professor di depanku membuka kotak
lain yang ternyata kosong, maka kemungkinanku sekarang adalh 50% bukan? Apakah
aku akan pindah? Ingat rumus ini : Jika kalian tetap di pilihan sebelumnya, variable
baru yang hadir dalam permainan tidak diperhitungkan. Jika kalian tetap di
pilihan pertama, dengan dua kotak tersisa, kesempatan kalian untuk menang
sesungguhnya bukan 50%, melainkan tetap 33,3% karena kalian tetap memilih kotak
yang sama dari tiga kotak sebelumnya.”
“Pindah”
Dan yang lebih mengesankan dari buku ini adalah sang penulis seperti menciptakan teori demi teori latar belakang bailout sebuah bank berskala nasional oleh pemerintah *ah tentu Anda tahu bank yang dimaksud bukan.
tepat untuk menggambarkan Thomas yang licin bagai belut menghadapi para
bedebah. Atau Thomas kah salah satu bedebah itu sendiri? Temukan jawabannya
dalam novel yang menurut saya layak
diberi 4,5 dari 5 ini. Mengecualikan ending
yang masih menyisakan sebuah pertanyaan. Mungkinkah ada kelanjutannya?
Semoga saja.
7 Comments. Leave new
bang tere emang akuntan yaa, jadi pasti bagus cara penyampaian ceritanyaa.
suka. jadi pengen beli deh mbaa..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
kalau saya lebih suka baca buku bergenre sastra jurnalis,jd kalau baca buku diluar genre tsb kadang suka bingung
Keren ya si Tere Liye ini, kelihatannya beliau produktif banget. hampir setiap tahun ada aja buku barunya. Sayangnya aku belom pernah baca satupun. Hihihi.
Yang ini pun menang KLA ya? Keren.
Untuk yang NPB ini saya belum membaca. Makasih banyak ya, Mbak, atas reviewnya, jadi penasaran ingin membacanya langsung…
bagus banget mas, apalagi klo ngikutin kasus Cent*ry hihi
Ooh ada sedikit ulasan2 ekonomi di dalamnya ya ….