![]() |
my little bro, Hilmy, ketika kecil |
Anak-anak. Ah, siapa yang tak suka
dengan anak-anak? Anak-anak yang lucu dan menggemaskan tatkala kecil, tumbuh
menjadi anak yang dapat dibanggakan orang tua dan berguna bagi banyak orang.
Generasi terbaik adalah generasi pertama, kemudian selanjutnya dan selanjutnya 1.
Generasi saat ini menghadapi tantangan zaman yang lebih berat daripada generasi
sebelumnya, tentu saja.
dengan anak-anak? Anak-anak yang lucu dan menggemaskan tatkala kecil, tumbuh
menjadi anak yang dapat dibanggakan orang tua dan berguna bagi banyak orang.
Generasi terbaik adalah generasi pertama, kemudian selanjutnya dan selanjutnya 1.
Generasi saat ini menghadapi tantangan zaman yang lebih berat daripada generasi
sebelumnya, tentu saja.
Lalu mau dibawa kemana anak kita?
Ibu sebagai madrasah pertama sang
anak memiliki perkembangan penting dalam kehidupan sang anak tetapi tentu saja
peran sang ayah tak kalah pentingnya. Ibaratnya, ayah adalah sang kepala
sekolah, ia tak selalu ‘nampak’ dalam keseharian sang anak, bisa jadi lantaran
kewajiban sang ayah mencari nafkah menyita sebagian besar porsi waktunya (misal
berangkat pagi pulang malam) tetapi kehadirannya yang tak terlalu sering
memberikan kesan yang membekas di hati.
anak memiliki perkembangan penting dalam kehidupan sang anak tetapi tentu saja
peran sang ayah tak kalah pentingnya. Ibaratnya, ayah adalah sang kepala
sekolah, ia tak selalu ‘nampak’ dalam keseharian sang anak, bisa jadi lantaran
kewajiban sang ayah mencari nafkah menyita sebagian besar porsi waktunya (misal
berangkat pagi pulang malam) tetapi kehadirannya yang tak terlalu sering
memberikan kesan yang membekas di hati.
Nah, tentu saja membentuk generasi
tangguh nan berkarakter pada zaman sekarang tak bisa dibilang mudah, generasi
yang tak hanya cerdas secara akademis tetapi tentunya juga memiliki akhlak
islami. Ustadz Bendri Jaisyurrahman memberikan pemaparan-pemaparan beliau dalam
salah satu sesi parenting beberapa
waktu yang lalu :
tangguh nan berkarakter pada zaman sekarang tak bisa dibilang mudah, generasi
yang tak hanya cerdas secara akademis tetapi tentunya juga memiliki akhlak
islami. Ustadz Bendri Jaisyurrahman memberikan pemaparan-pemaparan beliau dalam
salah satu sesi parenting beberapa
waktu yang lalu :
1.
Ada apa dengan anak kita?
Ada apa dengan anak kita?
Generasi
saat ini menghadapi tantangan berupa BLAST
yakni Bored, Lonely, Angry, Stressful, Tired. Penyebabnya bisa bermacam-macam.
Misalnya pelajaran anak SD zaman sekarang dengan materi pelajaran padat, tas
berisi buku-buku nan tebal (jadi ingat si bungsu Hilmy tasnya beratnya na’udzubilah),
pulang sekolah masih mengikuti les ini itu, pulang ke rumah masih harus
mengerjakan PR seabrek, ia tak punya cukup waktu untuk bermain. Apalagi jika
orangtua jarang berinteraksi dengannya, sang anak jarang ditanya tentang
bagaimana harinya, jarang didengarkan ceritanya. Diceritakan bahwa beberapa
santri di pondok pesantren penghafal Al Qur’an ketika malam tiba melompati
pagar pesantrennya, menuju warnet dan menghabiskan berjam-jam untuk membuka
game online dan situs porno. Bisa jadi penyebabnya adalah kebosanan yang luar
biasa atas rutinitas keseharian yang monoton dan itu-itu saja.
saat ini menghadapi tantangan berupa BLAST
yakni Bored, Lonely, Angry, Stressful, Tired. Penyebabnya bisa bermacam-macam.
Misalnya pelajaran anak SD zaman sekarang dengan materi pelajaran padat, tas
berisi buku-buku nan tebal (jadi ingat si bungsu Hilmy tasnya beratnya na’udzubilah),
pulang sekolah masih mengikuti les ini itu, pulang ke rumah masih harus
mengerjakan PR seabrek, ia tak punya cukup waktu untuk bermain. Apalagi jika
orangtua jarang berinteraksi dengannya, sang anak jarang ditanya tentang
bagaimana harinya, jarang didengarkan ceritanya. Diceritakan bahwa beberapa
santri di pondok pesantren penghafal Al Qur’an ketika malam tiba melompati
pagar pesantrennya, menuju warnet dan menghabiskan berjam-jam untuk membuka
game online dan situs porno. Bisa jadi penyebabnya adalah kebosanan yang luar
biasa atas rutinitas keseharian yang monoton dan itu-itu saja.
2.
Apa yang menyebabkan anak memiliki
karakter yang lemah?
Apa yang menyebabkan anak memiliki
karakter yang lemah?
Bermula
dari ketiadaan ayah. Ayah tak hadir secara psikologis. Ia hanya ada untuk
memberi nafkah dan memberi izin untuk menikah. Anak yang tak memiliki sosok ayah
(secara psikologis) dalam hidupnya akan mengalami apa yang disebut dengan Father Hunger yakni suatu kerusakan
psikologis yang diderita anak yang tidak mengenal ayahnya.
dari ketiadaan ayah. Ayah tak hadir secara psikologis. Ia hanya ada untuk
memberi nafkah dan memberi izin untuk menikah. Anak yang tak memiliki sosok ayah
(secara psikologis) dalam hidupnya akan mengalami apa yang disebut dengan Father Hunger yakni suatu kerusakan
psikologis yang diderita anak yang tidak mengenal ayahnya.
Ciri-ciri ‘Father Hunger’ antara lain
sebagai berikut :
a. Rendahnya
harga diri
harga diri
b. Bertingkah
kekanak-kanakan
kekanak-kanakan
c. Terlalu
bergantung pada orang lain
bergantung pada orang lain
d. Kesulitan
menetapkan identitas sosial
menetapkan identitas sosial
e. Kesulitas
dalam belajar
dalam belajar
f. Kurang
bisa mengambil keputusan
bisa mengambil keputusan
g. Sulit
menentukan pasangan yang tepat untuknya, bagi perempuan bisa-bisa ia salah
memilih pria yang layak sebagai pasangannya karena ia tak menemukan sosok itu
pada ayahnya.
menentukan pasangan yang tepat untuknya, bagi perempuan bisa-bisa ia salah
memilih pria yang layak sebagai pasangannya karena ia tak menemukan sosok itu
pada ayahnya.
3.
Apa saja peran ayah dalam pendidikan
sang anak?
Apa saja peran ayah dalam pendidikan
sang anak?
Tanggung jawab pengasuhan di pundak
ayah. Bahkan Al Qur’an banyak memuat kisah pengasuhan dari sudut pandang
seorang ayah. Dari tujuh belas dialog pengasuhan dalam Al Qur’an, empat belas
di antaranya adalah dialog antara ayah dengan anaknya, sebut saja dialog
Ibrahim-Ismail, Yaqub dan Yusuf. Ustadz mengatakan bahwa nabi Yusuf as bisa
terlepas dari godaan Zulaikha salah satunya lantaran ia ingat pesan sang ayah
untuk tidak mempermalukan nasabnya yang berasal dari nabi Ibrahim as (kata ‘burhan’
seperti pada QS Yusuf:24), ayahnya ‘hadir’ dan melalui pengajarannya, ia
menolong anaknya di saat kritis kehdiupannya. Rasulullah SAW pun tumbuh dalam
asuhan paman dan kakeknya yang berperan sebagai pengganti ayahnya.
ayah. Bahkan Al Qur’an banyak memuat kisah pengasuhan dari sudut pandang
seorang ayah. Dari tujuh belas dialog pengasuhan dalam Al Qur’an, empat belas
di antaranya adalah dialog antara ayah dengan anaknya, sebut saja dialog
Ibrahim-Ismail, Yaqub dan Yusuf. Ustadz mengatakan bahwa nabi Yusuf as bisa
terlepas dari godaan Zulaikha salah satunya lantaran ia ingat pesan sang ayah
untuk tidak mempermalukan nasabnya yang berasal dari nabi Ibrahim as (kata ‘burhan’
seperti pada QS Yusuf:24), ayahnya ‘hadir’ dan melalui pengajarannya, ia
menolong anaknya di saat kritis kehdiupannya. Rasulullah SAW pun tumbuh dalam
asuhan paman dan kakeknya yang berperan sebagai pengganti ayahnya.
Ibnul Qoyyim dalam Tuhfatul Maudud
1/242 menyebutkan bahwa “Jika Anda amati
kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah,”
1/242 menyebutkan bahwa “Jika Anda amati
kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah,”
Anak
memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh sang ayah yakni ayahnya memilihkan ibu yang baik untuknya, ayahnya
memberikan nama yang baik untuknya
dan ayahnya memberikan/menunjukkan pengajaran/akhlak
yang baik.
memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh sang ayah yakni ayahnya memilihkan ibu yang baik untuknya, ayahnya
memberikan nama yang baik untuknya
dan ayahnya memberikan/menunjukkan pengajaran/akhlak
yang baik.
Jika sang
ayah tak memenuhi kewajiban-kewajiban di atas, mengutip perkataan khalifah Umar
bin Khattab saat menyelesaikan aduan seorang ayah yang merasa anaknya
mendurhakainya : “ Sesungguhnya Engkau
mendurhakai anakmu sebelum anakmu mendurhakaimu,” (ayah tersebut tidak
memilihkan ibu yang baik untuk anaknya, tidak memberikan nama yang baik untuk
anaknya juga tidak menunjukkan akhlak yang baik kepada anaknya)
ayah tak memenuhi kewajiban-kewajiban di atas, mengutip perkataan khalifah Umar
bin Khattab saat menyelesaikan aduan seorang ayah yang merasa anaknya
mendurhakainya : “ Sesungguhnya Engkau
mendurhakai anakmu sebelum anakmu mendurhakaimu,” (ayah tersebut tidak
memilihkan ibu yang baik untuk anaknya, tidak memberikan nama yang baik untuk
anaknya juga tidak menunjukkan akhlak yang baik kepada anaknya)
4. Bagaimana sih cara menaklukkan hati sang anak dan membentuk anak yang
memiliki karakter tangguh?
memiliki karakter tangguh?
a. Alkisah,
Abu Aswath Ad Dhuali menaklukkan hati anaknya dengan menceritakan sejarah masa lalu. Ia memberikan hak anak bahkan sebelum
anaknya lahir. Ia menceritakan kepada sang anak bahwa ia terlambat menikah karena ia sibuk mencari ibu yang pantas
untuknya.
Abu Aswath Ad Dhuali menaklukkan hati anaknya dengan menceritakan sejarah masa lalu. Ia memberikan hak anak bahkan sebelum
anaknya lahir. Ia menceritakan kepada sang anak bahwa ia terlambat menikah karena ia sibuk mencari ibu yang pantas
untuknya.
b. Tak
kalah penting adalah mendokumentasikan setiap pertumbuhan sang
anak (tentu mudah di zaman canggih seperti sekarang bukan)
kalah penting adalah mendokumentasikan setiap pertumbuhan sang
anak (tentu mudah di zaman canggih seperti sekarang bukan)
c. Kebiasaan
para ulama dalam menyambut sang anak adalah membuat surat menyambut sang anak
sebelum ia dilahirkan ke dunia ini. Kelak ketika sang anak cukup dewasa dan
membaca surat tersebut ia akan merasakan emotional
bounding yang erat antara ia dan sang ayah.
para ulama dalam menyambut sang anak adalah membuat surat menyambut sang anak
sebelum ia dilahirkan ke dunia ini. Kelak ketika sang anak cukup dewasa dan
membaca surat tersebut ia akan merasakan emotional
bounding yang erat antara ia dan sang ayah.
d.
Pengasuhan yang lengkap yakni kehadiran ayah dan ibu
Pengasuhan yang lengkap yakni kehadiran ayah dan ibu
e.
Keterlibatan lingkungan terdekat
Keterlibatan lingkungan terdekat
f.
Pengajaran iman sebelum Al Qur’an
Pengajaran iman sebelum Al Qur’an
g. Habis-habisan
di usia dini yakni menciptakan emotional/father
bounding di usia-usia awal sang anak. Malik Badri mengatakan bahwa terdapat
lima usia kritis anak yakni : usia
prasekolah, usia prapuber, usia remaja, usia pranikah dan usia setelah sepuluh
tahun pernikahan sang anak.
di usia dini yakni menciptakan emotional/father
bounding di usia-usia awal sang anak. Malik Badri mengatakan bahwa terdapat
lima usia kritis anak yakni : usia
prasekolah, usia prapuber, usia remaja, usia pranikah dan usia setelah sepuluh
tahun pernikahan sang anak.
h.
Menciptakan
pengajaran
berbasis hands on minds on yakni pegajaran yang sesuai antara di
sekolah dan di dunia nyata. Ciptakan pengalaman untuk sang anak, misalnya
tatkala idul adha ajak anak untuk melihat proses penyembelihan hewan kurban
untuk mengajarkannya mengenai agama tak hanya secara teori.
Menciptakan
pengajaran
berbasis hands on minds on yakni pegajaran yang sesuai antara di
sekolah dan di dunia nyata. Ciptakan pengalaman untuk sang anak, misalnya
tatkala idul adha ajak anak untuk melihat proses penyembelihan hewan kurban
untuk mengajarkannya mengenai agama tak hanya secara teori.
i. Ciptakan
komunikasi
yang patut dengan sang anak, misalnya dengan menanyakan penyebab anak
melakukan sesuatu hal yang katakanlah kurang baik, mendengarkannya dan mberikan
solusinya bukan hanya menyalahkan sang anak.
komunikasi
yang patut dengan sang anak, misalnya dengan menanyakan penyebab anak
melakukan sesuatu hal yang katakanlah kurang baik, mendengarkannya dan mberikan
solusinya bukan hanya menyalahkan sang anak.
Demikian ‘oleh-oleh’ kali ini.
Sedikit banyak semoga bermanfaat 🙂
Sedikit banyak semoga bermanfaat 🙂
NB : Ohiya barangkali ada yang mau berkenalan dengan sang ustadz yang memberikan materi ini atau bertanya-tanya bisa melalui akun twitternya @ajobendri
Catatan kaki
1“Sebaik-baik manusia adalah
generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian
generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari &
Muslim)
generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian
generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari &
Muslim)
12 Comments. Leave new
Meski 2 anak saya sudah dewasa, tapi saya perlu mencatat tulisan ini siapa tau kelak berguna untuk anak cucu…
aamiin.. makasih ya pak kunjungannya 🙂
Pentingnya peran ayah dalam perkembangan kehidupan seorang anak. Kadang hal ini diabaikan dan menganggap bahwa peran mengasuh dan mendidik anak adalah pada ibu.
Tulisan yang bagus sekali. Mengingatkan pada keseimbangan peran ayah dan ibu bagi kehidupan anak-anak.
iya bun, doain bisa nemu calon ayah yg baik yah buat anak2 *eh
tulisan yang sangat bermakna mbak
saya juga maerasa bahwa kehjadiran sosok ayah adalah suatu keuntungan apabila seorang anak berada di rumah, dengan adanya aya seorang anak akan membuat sosok untuk dirinya dan akan membuat ayahnya jadi panutan
yup bener, ceramah ustadz membuka mata bgt 🙂
wow baru ya mon tmpletnya :O unguuu
hihi.. iya suka ungu <3
ayah emang berpen penting juga lho.
saya suka ah tulisnnya.
ijin copas ah, buat dibaca alias diprint ehhe, kadang sukanya ku print mon.
yups, makasi Nur, semoga bermanfaat… semoga nemu calon ayah yg baik buat anak2 juga yah *eh hihi
Subhanallah, ilmu yang bermanfaat, saya pernah dengar ceramah seorang ustadz hal yang pertama kali itanamkan kepada anak adalah tentang keimanan kepada Allah, rasa cinta pada Allah, takut akan azab Allah, Allah Maha Mengawasi, jadi anak akan tetap mengingat Allah dan tidak akan pernah merasa sendiri 🙂
Diceritakan bahwa beberapa santri di pondok pesantren penghafal Al Qur’an ketika malam tiba melompati pagar pesantrennya, menuju warnet dan menghabiskan berjam-jam untuk membuka game online dan situs porno.
parahhhhhhh
karena ia sibuk mencari ibu yang pantas untuknya
yeah. And I am too
mendokumentasikan setiap pertumbuhan sang anak
maksude? Difoto gitu?