Apakah kita harus bersyukur atas doa yang tidak terkabul? Atau apakah Tuhan menyayangi kita melalui pengabulan doa saja?
Pernahkah kamu berpikir bagaimana jika semua doa-doamu terkabul? Apakah hal tersebut menyenangkan atau mengerikan?
Let me tell you a story
Bagaimana perasaanmu kalau ada 75 kandidat, 68 di antaranya lolos mendapatkan beasiswa luar negeri dan hanya 7 orang yang gagal, kamu termasuk yang gagal?
Nyesek? Tentu saja.
Kamu sudah berusaha sekuat tenaga dan sudah berdoa dengan segenap daya. Kurang apa? Kenapa yang gagal harus kamu?
Alkisah, itulah kejadian yang saya alami di bulan Mei 2018. Tinggal satu langkah kecil lagi dan impian kuliah S2 di luar negeri tak lagi sekadar mimpi. Namun, apa daya, saya tak lolos di tahap terakhir setelah lolos di berbagai lapis tahapan sebelumnya yang jauh lebih susah.
Saya kecewa, impian saya kuliah di luar negeri kandas.
Namun, ada satu keyakinan yang saya gigit erat : pasti ada ada hikmah di balik setiap kejadian. Suatu hari nanti kamu akan bersyukur kamu tidak mendapatkan apa yang sangat kamu inginkan saat itu.
Fast forward. Bulan Oktober 2018, teman lama yang nggak pernah kontak tiba-tiba menawarkan untuk menjodohkan temannya.
Di saat saya begitu broken. Gagal beasiswa dan belum juga menikah di usia nyaris kepala tiga.
Allah kasih saya hadiah terindah. Mengirimkan laki-laki yang luar biasa baiknya, better than everyone I could ever ask for, dari jalan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sebulan setelah nikah saya langsung hamil. Sekarang, saya sedang menikmati kelucuan anak balita.
Kalau saya lolos beasiswa luar negeri, mungkin saya belum akan menikah di usia tiga puluh. Saya pasti akan lebih fokus mengejar studi dan karier. Saya belum akan bertemu suami, apalagi menimang momongan. Bisa jadi, tak ada yang tahu.
Apakah apple to apple? Tidak tahu, kita tidak bisa mengalami semua kejadian untuk tahu mana yang terbaik. Tapi, yang jelas itulah yang terbaik bagi saya, sesuatu yang Allah pilihkan. Saya pernah membaca suatu quote dengan redaksi kurang lebih begini (lupa redaksi persisnya), “Kalau doa saya terkabul, saya bahagia… tapi jika tidak terkabul, saya lebih bahagia karena Allah memilihkan yang lebih baik dari doa saya,”
Percaya? Harus!
Lagipula kita sebagai umat Islam dilarang untuk berandai-andai. Qadarullah wa ma sya’a fa’al. Ini adalah takdir Allah SWT dan apa yang Dia kehendaki, terjadi.
Hidup adalah tentang lari dari satu takdir menuju takdir berikutnya. Semoga takdir kita adalah segala yang bermula dari kebaikan, berproses dengan penuh kebaikan, dan berakhir dengan kebaikan.
Hiduplah dengan sebaik-baik keyakinan kepada Dia yang Maha Penyayang.
1 Comment. Leave new
terimakasih mbaa monika sudah diingatkan kembali untuk selalu berprasangka baik atas takdirNya, diri ini sering banget galau apalgi kalau sudah berhubungan dg hati huhu
barakallahu fiik mbaa monik