dari sekolahmadani.com |
Akhir-akhir ini sering sholat sendirian. Di kos yang sekarang nampaknya budaya sholat berjama’ah kurang. Tentu akan terasa perbedaan antara kos mahasiswa dengan kos pegawai. Kos mahasiswa ramai, dengan budaya ‘ngumpul-ngumpul’ yang kental. Sedangkan pada kos pegawai, bisa jadi satu kos tetapi tidak saling mengenal. Berangkat atau pulang kerja sering kali tidak bertemu karena jam atau lokasi kerja yang berbeda. Hampir di setiap kamar terdapat televisi pribadi, berbeda dengan kos mahasiswa yang umumnya satu televisi untuk satu kos sehingga sering berkumpul di depan televisi. Pintu kamar kos pegawai rasa-rasanya juga selalu tertutup, jarang sekali ada yang membuka pintunya. Dulu waktu kuliah, semua pintu teman satu kos diketok semua, hingga semua bangun, lalu sholat berjama’ah. Sholat berjama’ah menunggu semua personel lengkap.
Biasanya saya sholat berjama’ah dengan dua orang teman kos yang sebelumnya sudah saya kenal saat kuliah. Bukan apa-apa, hanya saja sebagai penghuni baru di kos ini, saya merasa sungkan mengajak penghuni lama yang baru saya kenal untuk sholat berjama’ah sementara di kos ini tak ada budaya sholat berjama’ah.
Selain itu, menurut saya, tak semua orang mau diajak sholat berjama’ah. Pernah saya mengajak seorang teman (perempuan) yang saya kenal di suatu mushola sebuah kantor dan ia menjawab “Sendiri-sendiri saja ya,”. Dan cukup sering jawaban itu saya peroleh.
Suatu ketika saya melihat ketika sedang dilaksanakan sholat berjama’ah di suatu tempat, seorang ibu datang. Saya pikir beliau akan menjadi makmum masbuk dari jamaah tersebut tapi ia malah mendirikan sholat sendiri (kebetulan saya masbuk dan di belakang ibu tersebut sehingga sempat melihatnya). Hal yang cukup sering saya lihat.
Pernah juga saya membaca tweet yang dibagikan oleh seseorang di twitter yang kira-kira begini bunyinya : “Gue orangnya mandiri, sholat pun gue mandiri, sendiri”.
Entah mengapa sebagian orang lebih suka sholat sendirian, beberapa ‘analisis’ saya buat :
- Mungkin takut dijadikan imam sehingga menjawab “Sendiri-sendiri saja ya mbak” atau sering beberapa orang yang saya ajak sholat berjama’ah menjawab “Tapi mbaknya yang jadi imam ya,”
- Mungkin sedang terburu-buru sehingga memilih sholat sendirian yang ‘durasinya’ bisa diatur sendiri
- Mungkin tak ingin menunggu lama, untuk sholat berjama’ah tentunya dibutuhkan waktu beberapa lama untuk mengumpulkan jama’ah.
Salah seorang teman pernah menceritakan triknya supaya bisa berjama’ah tanpa menjadi imam. Trik yang katanya selalu berhasil. Kalau dia sudah mengajak seseorang untuk sholat berjama’ah tapi tidak tercapai kesepakatan siapa yang menjadi imam (temen saya tersebut kebetulan tidak pernah mau menjadi imam), tunggulah orang tersebut sholat. Nah setelah ia sholat, langsung tepuklah pundaknya, otomatis mau tak mau orang tersebut menjadi imam. Hehe. Namun kadang-kadang saya berpikir, takutnya orang tersebut tidak ‘ridha’ ditepuk ‘paksa’.
Atau mungkin ada yang punya tips lain? 🙂
Catatan : label klik untuk postingan-postingan ringan
5 Comments. Leave new
mon, pernah ngajak ibu2 sholat dan di jawab sendiri2 aja,.
-____-",
g mungkin kan kalo dia dijadikan imam, 🙂
tapi ide "menepuk paksa pundak" biar jd imam boleh juga dicoba mon, wkwkwk
kalo trik tepuk menepuk itu buat cewe ya..
kalo buat cowo sbnrnya mudah aja, kalo dia mau iqomat otomatis ga jadi imam kan hehe
apapun triknya berarti udah jamaah kan ya.
lebih enak sholat jama'ah…^^
Hehe.. sebenarnya tulisan ini brangkat pada keprihatinan banyak orang sholat di mushola secara bersama2 tp nggak berjama'ah (sendiri2).. miris aja rasanya 🙁