Mama selalu menyuruh menyimpan bukti pembayaran, meletakkan
peniti, bros, lem, gunting kuku, karet gelang dan benda-benda kecil lainnya di
wadah khusus yang kadang-kadang berbeda letaknya di lemari. Terkadang saya
masih asal saja menggeletakkan benda-benda itu di satu tempat. Praktis. Namun
agaknya ‘mencari benda kecil yang dibutuhkan dalam waktu singkat’ menunjukkan
bahwa hal sederhana yang selalu Mama contohkan adalah hal yang amat berguna
pada waktu yang tepat.
peniti, bros, lem, gunting kuku, karet gelang dan benda-benda kecil lainnya di
wadah khusus yang kadang-kadang berbeda letaknya di lemari. Terkadang saya
masih asal saja menggeletakkan benda-benda itu di satu tempat. Praktis. Namun
agaknya ‘mencari benda kecil yang dibutuhkan dalam waktu singkat’ menunjukkan
bahwa hal sederhana yang selalu Mama contohkan adalah hal yang amat berguna
pada waktu yang tepat.
Peniti, misalnya, benda kecil ini senantiasa ada di kantong
kecil dompet biru kesayangan. Terutama untuk para muslimah, benda ini bisa jadi
merupakan benda yang wajib selalu dibawa. Peniti yang lepas dari jilbab atau
kancing yang longgar bukan hal yang menyenangkan tapi tak menutup kemungkinan
hal tersebut terjadi bukan? Hehe..
kecil dompet biru kesayangan. Terutama untuk para muslimah, benda ini bisa jadi
merupakan benda yang wajib selalu dibawa. Peniti yang lepas dari jilbab atau
kancing yang longgar bukan hal yang menyenangkan tapi tak menutup kemungkinan
hal tersebut terjadi bukan? Hehe..
Ngomong-ngomong soal hal kecil, ingat dan hafal nama orang
itu merupakan hal yang kadang-kadang bermanfaat besar. Saat asyik-asyiknya
mengobrol dengan seseorang yang pernah kenalan sebelumnya, sedikit banyak akan
‘gondok’ juga kan kalau di tengah obrolan tiba-tiba ia berkata, “Eh kamu siapa
namanya ya?” Gubrak. Nama merupakan identitas dasar seseorang. Lupa nama orang
merupakan hal yang manusiawi bagi sebagian besar orang tapi tentu respek orang
akan berbeda apabila pertama bertemu dan kita berbincang sambil menyebut
namanya. Lebih respek lagi bila kita menyebut nama lengkapnya. Selain itu
memperhatikan ejaan nama seseorang merupakan hal yang berguna juga loh. Pernah
suatu ketika ada teman yang mau mengerjai saya melalui sms (menggunakan nomor
asing) dengan mengaku-ngaku sebagai salah seorang teman. Hampir saja ‘terperdaya’
dengan isi smsnya tapi langsung sadar dikerjain begitu ia menyebutkan nama sang
teman. Penulisan ejaan namanya keliru. Penulisan nama Rahmad, Rahmat, Rachmat,
Rachmad berbeda bukan meski lafalnya mungkin sama. Satu yang pasti : tak
mungkin orang salah mengeja namanya sendiri. Terhindar deh dari ‘dikerjain’
orang gara-gara hafal ejaan nama (btw facebook merupakan tempat yang amat bagus
buat hafal nama orang lantaran kerapnya kita melihat nama lengkap teman-teman).
itu merupakan hal yang kadang-kadang bermanfaat besar. Saat asyik-asyiknya
mengobrol dengan seseorang yang pernah kenalan sebelumnya, sedikit banyak akan
‘gondok’ juga kan kalau di tengah obrolan tiba-tiba ia berkata, “Eh kamu siapa
namanya ya?” Gubrak. Nama merupakan identitas dasar seseorang. Lupa nama orang
merupakan hal yang manusiawi bagi sebagian besar orang tapi tentu respek orang
akan berbeda apabila pertama bertemu dan kita berbincang sambil menyebut
namanya. Lebih respek lagi bila kita menyebut nama lengkapnya. Selain itu
memperhatikan ejaan nama seseorang merupakan hal yang berguna juga loh. Pernah
suatu ketika ada teman yang mau mengerjai saya melalui sms (menggunakan nomor
asing) dengan mengaku-ngaku sebagai salah seorang teman. Hampir saja ‘terperdaya’
dengan isi smsnya tapi langsung sadar dikerjain begitu ia menyebutkan nama sang
teman. Penulisan ejaan namanya keliru. Penulisan nama Rahmad, Rahmat, Rachmat,
Rachmad berbeda bukan meski lafalnya mungkin sama. Satu yang pasti : tak
mungkin orang salah mengeja namanya sendiri. Terhindar deh dari ‘dikerjain’
orang gara-gara hafal ejaan nama (btw facebook merupakan tempat yang amat bagus
buat hafal nama orang lantaran kerapnya kita melihat nama lengkap teman-teman).
Selain itu, hal-hal sederhana seperti memperhatikan detail
kecil yang diketahui tentang seseorang bisa membuat teman yang paling tak ada
suaranya di kelas bercerita panjang lebar tentang kehidupan pribadinya, menyunggingkan
senyum pada orang yang sering kita temui, mengucapkan selamat ulang tahun,
mengirimkan sms sekadar bertanya kabar untuk teman yang sudah lama tak jumpa membuat
orang merasa lebih dihargai, hafal nomor telpon instansi-instansi yang sering
dihubungi atau detail pekerjaan yang dilakukan membuat tak perlu bergantung
pada buku atau laptop, memperhatikan detail kecil bisa dengan mudah mendeteksi
jika ada yang berjalan tak semestinya. Hehe..
kecil yang diketahui tentang seseorang bisa membuat teman yang paling tak ada
suaranya di kelas bercerita panjang lebar tentang kehidupan pribadinya, menyunggingkan
senyum pada orang yang sering kita temui, mengucapkan selamat ulang tahun,
mengirimkan sms sekadar bertanya kabar untuk teman yang sudah lama tak jumpa membuat
orang merasa lebih dihargai, hafal nomor telpon instansi-instansi yang sering
dihubungi atau detail pekerjaan yang dilakukan membuat tak perlu bergantung
pada buku atau laptop, memperhatikan detail kecil bisa dengan mudah mendeteksi
jika ada yang berjalan tak semestinya. Hehe..
Mungkin ada yang sudah pernah membaca tentang kisah sebuah
jam. Alkisah, sang pembuat jam bertanya kepada jam yang dibuatnya, ““Wahai jam,
apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama
setahun?” Jam pun terperanjat, “Mana sanggup saya?” Sang pembuat jam pun terus
bertanya, “Bagaimana jika 86.400 kali dalam sehari?” Jam terus menolak tapi
sang pembuat jam tak henti mengejar, “Bagaimana jika 3.600 kali dalam sejam?”
Jam kembali menggeleng, “Mana mungkin saya sanggup,” hingga akhirnya sang
pembuat jam bertanya, “Bagaimana jika satu kali dalam satu detik?” dan dijawab
dengan penuh kemantapan oleh jam, ”Kalau begitu aku sanggup!”
jam. Alkisah, sang pembuat jam bertanya kepada jam yang dibuatnya, ““Wahai jam,
apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama
setahun?” Jam pun terperanjat, “Mana sanggup saya?” Sang pembuat jam pun terus
bertanya, “Bagaimana jika 86.400 kali dalam sehari?” Jam terus menolak tapi
sang pembuat jam tak henti mengejar, “Bagaimana jika 3.600 kali dalam sejam?”
Jam kembali menggeleng, “Mana mungkin saya sanggup,” hingga akhirnya sang
pembuat jam bertanya, “Bagaimana jika satu kali dalam satu detik?” dan dijawab
dengan penuh kemantapan oleh jam, ”Kalau begitu aku sanggup!”
Hal-hal kecil apabila dilakukan secara konsisten tentu akan
membuahkan hasil yang manis. Ustadz Yusuf Mansur dalam suatu seminar yang
pernah saya ikuti bercerita tentang Ponpes Darul Qur’an yang mewajibkan para
siswanya menghafal satu ayat dalam sehari. Satu ayat, dalam dua puluh empat
jam, hal yang tampak sederhana tapi tak akan bisa berjalan tanpa konsistensi.
Seorang teman telah mulai menerapkan hal yang sama dan subhanallah, hafalannya
meningkat perlahan tapi pasti, meninggalkan temannya yang sekali hafalan
beberapa ayat tapi kurang konsisten. Satu ayat yang dijaganya, sedikit demi
sedikit bertambah dan bertambah, dengan konsistensi tetap. Target perlu
terpancang, dengan mengukur ‘baju sendiri’ bukan?
membuahkan hasil yang manis. Ustadz Yusuf Mansur dalam suatu seminar yang
pernah saya ikuti bercerita tentang Ponpes Darul Qur’an yang mewajibkan para
siswanya menghafal satu ayat dalam sehari. Satu ayat, dalam dua puluh empat
jam, hal yang tampak sederhana tapi tak akan bisa berjalan tanpa konsistensi.
Seorang teman telah mulai menerapkan hal yang sama dan subhanallah, hafalannya
meningkat perlahan tapi pasti, meninggalkan temannya yang sekali hafalan
beberapa ayat tapi kurang konsisten. Satu ayat yang dijaganya, sedikit demi
sedikit bertambah dan bertambah, dengan konsistensi tetap. Target perlu
terpancang, dengan mengukur ‘baju sendiri’ bukan?
Dari hal-hal kecil, sedikit demi sedikit dan yang terpenting
adalah konsistensi. Konsistensi. Kata yang mudah diucapkan tapi kadang amat
sulit dipertahankan. Seperti kalimat yang pernah saya baca “Istiqomahlah,
walaupun istiqomah itu berat,”
adalah konsistensi. Konsistensi. Kata yang mudah diucapkan tapi kadang amat
sulit dipertahankan. Seperti kalimat yang pernah saya baca “Istiqomahlah,
walaupun istiqomah itu berat,”
*ditujukan khususnya untuk diri sendiri*
10 Comments. Leave new
di kantor banyak hal kecil terlewat…silakan ditinjau ulang.bisa jadi bumerang
wkkakakakakak
postingan yg ngena bgt 😀
Iya bener, setuju.
Udah ga bs comment hehe
memang hal kecil itu patut di perhitungkan
konsistensi emang sulit di terapkan,karena semakin banyak prestasi di sekolah atau dikantor maka akan semakin berat kita mempertahankan hal tsb secara berkesinambungan
Dah aku follow blog kamu,gantian follow back balik ya
makasih ya para blogger senior udah berkenan komen hehe 🙂
salam kenal 🙂
Judulnya cantik! tepat dengan isinya.. bener juga ya.. tiada hal besar yang tidak dimulai dari yang kecil..
bahkan kalo kita inget sama apa yang terjadi waktu kita kecil..semua berpengaruh besar di waktu kita besar sekarang ini ya?!
btw, saya sering juga suka lupa nama sama orang yang udah lama gak ketemu.. XD kalau itu cewek sih gampang, tinggal tunggu dia sebut namanya sambil ngomong.. kalo yang cowok itu yang agak susah.. jarang ada cowok nyebut namanya sebagai kata ganti saya, atau aku, atau gue.. XD
pelajaran berharga,hal kecil jangan disepelekan
bener banget aku setuju sama monika
Kamu Blogger…? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
pelajaran yang istimewa…subhanallah..gak nyesel yah kesini hehehe…
syukron ilmunya.. mdahan senantiasa membgai ilmu yg bermanfaat.
syukron yah kawan…