diunduh dari google |
Sebagai CPNS, memang sudah menjadi suatu konsekuensi untuk ditempatkan dimana saja di seluruh wilayah Indonesia. Namun tetap saja, bagi saya, membayangkan penempatan seperti membentangkan peta Indonesia di depan mata mengingat instansi saya, Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) memiliki kantor vertikal yang tersebar dari Aceh hingga Jayapura. Menunggu penempatan itu ‘sesuatu banget’ dan sukses membuat galau.
Ngomong-ngomong soal galau penempatan, rasa-rasanya sudah melewati masa puncaknya. Gosip penempatan sudah santer terdengar semenjak bulan Juni dan tulisan ini dibuat belum terjadi. Apalagi DJKN adalah satu-satunya instansi di Kementerian Keuangan yang hingga sekarang belum penempatan, teman-teman yang ditempatkan di instansi lain sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, mulai dari kota-kota besar hingga kota-kota di daerah. Walau sudah melewati ‘puncak kegalauan’ (mungkin karena banyaknya gosip dan sudah terlalu lama galaunya :p) tetap saja rasa harap-harap cemas masih ada di dalam hati.
Salah satu bentuk nikmat Allah adalah mempertemukan kita dengan orang yang tepat, disaat yang tepat. Bulan puasa lalu tiba-tiba saja mendapatkan sms dari tante seorang sahabat saya yang tinggal di Semarang. Seseorang yang hanya sempat saya kenal sekilas saat duduk di bangku SMA. Omong punya omong, beliau sekarang sudah bersuami dan tinggal di Jakarta. Saya memanggilnya teteh. Usianya beberapa tahun di atas saya. Teteh mengajak silaturahmi ke kontrakannya yang ternyata cukup dekat dengan kos saya. Ia dan suaminya memutuskan meninggalkan pekerjaan mereka sebagai karyawan swasta dan bersama-sama merintis usaha mereka dari nol, berjualan bakso. Ya, mereka mengelola sebuah kedai bakso di daerah Kramat. Pekan lalu saya berkesempatan bertemu dengan mereka, di kedai bakso tersebut. Wajah cerah teteh kembali saya temui setelah bertahun-tahun.
Mengalirlah cerita teteh sore itu. Tentang awal mula ia memutuskan berhenti bekerja dan memutuskan berdomisili di kota Jakarta. Awal mula ia membuka usaha kedai bakso mereka. Menyewa sebuah kios kecil yang tak laku dilirik pedagang sebagai tempat berjualan lantaran lahan tersebut kotor dan berada di samping bengkel. Teteh dan suami bersama-sama membersihkan tempat dan mengecat sendiri kios kecil itu. Membuatnya menjadi bersih dan enak dipandang. Tujuh bulan berjualan, kedai bakso tersebut semakin laris dan teteh pun menyewa kios di sebelahnya, seluas dua kios itulah kedai bakso mereka. Beberapa waktu lalu, teteh bermaksud menambah satu kios tetapi sang pemilik lahan tak memperbolehkan. “Bagi-bagi rezeki sama yang lain,”katanya.
Teteh pun bertanya tentang pekerjaan saya. Saya ceritakan semuanya, termasuk kegalauan saya lantaran penempatan yang belum jelas. Teteh hanya tersenyum dan ia berkata “Dek Monika, semuanya sudah ada yang ngatur, serahkan saja semua pada Allah, semuanya milik Allah. Seperti usaha bakso ini bukan milik teteh, kedai ini punya Allah. Teteh hanya menjalankan. Jangan khawatir tentang penempatan,” DEG. Saya hanya terdiam. Hampir tiga jam disana dan saya melihat pengunjung yang datang silih berganti, teteh dan suaminya yang yang sibuk melayani pembeli (mereka berdua tidak punya karyawan, “Susah nyari orang yang bener-bener bisa dipercaya dek di Jakarta,” jawab teteh saat saya bertanya), wajah mereka yang lelah tetapi selalu terlihar ramah dan enerjik dan semangat mereka. Satu hal yang tergambar pada wajah dan tersirat dengan jelas dari setiap kata yang terucap dari teteh dam om : ‘semeleh’. Menyerahkan dan mempercayakan semua urusan pada Allah SWT, sang Sutradara Terbaik.
Lepas dari pertemuan tersebut, dua hari yang lalu berkesempatan mengikuti pertemuan yang membahas mengenai aqidah. Sang ustadz bertanya “Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata aqidah?”. Beragam jawaban muncul hingga seorang ikhwan bertanya, “Bagaimana ustadz menanggapi seorang teman yang sama sekali tidak mau menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang yang dianggapnya belum memiliki aqidah yang kuat?”
“Hikmah itu tercecer dimana-mana1,” kata Ustadz mengawali jawabannya. Ustadz pun bercerita tentang betapa banyaknya Al Quran mengambil perumpamaan menggunakan hewan seperti nyamuk, lalat, burung, dsb hingga terdapat nama surat seperti Al Baqarah (sapi betina), An-Naml (semut), An-Nahl (lebah), Al-Ankabut (laba-laba) dan Al Fiil (gajah). “Misalnya semut. Semut itu nggak ada yang bengong, nggak pernah kita menemukan semut yang diam karena dengan gerakan itu datang berkah”
Beliau juga menyebutkan sebuah hadits2 yang menyuruh manusia bertawakal seperti tawakalnya burung, pagi-pagi pergi mencari makan dan pulang sore dengan perut kenyang. Tak pernah khawatir tak kebagian makan. Begitu pula dengan cicak “Coba bayangkan cicak itu tak bisa terbang sementara makanannya (nyamuk, laron, dan sebangsanya) bisa terbang tapi nggak ada cerita tuh ada cicak yang stres, coba kalau beras kita terbang-terbang,” Ge-er, satu ruangan tertawa.
Tak usah khawatir (berlebihan) dengan apa yang terjadi di masa depan. Serahkan semuanya pada Allah. Ketidakpastian akan masa depan adalah suatu keniscayaan dan memikirkannya secara berlebihan hanyalah akan meninggalkan kelelahan. Lelah hati. Lelah yang lebih lelah daripada sekadar lelah fisik. (Ini pengalaman pribadi saat puncak galau melanda :p). Seperti hewan yang menjalani apa-apa yang ditetapkan Allah padanya dengan penuh ketundukan.
Semeleh. Semeleh lah (ngomong ini kenceng-kenceng pada diri sendiri). Serahkan dan percayakan semuanya pada Allah.
“Dan berdo’alah : Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati dan Engkau adalah sebaik-baik Yang Memberi Tempat,” (Q.S. Al-Mukminun:29)”
Mohon doanya teman-teman semua agar mendapatkan penempatan yang terbaik.
1 Hikmah adalah harta orang mukmin yang tercecer, maka di mana saja ia temukan, dia adalah orang yang paling berhak terhadapnya.” (HR. Tirmidzi)
2 “Andaikan kalian tawakal kepada Alloh dengan sebenarnya niscaya Alloh akan memberi rizki kepada kalian seperti memberi rizki kepada urung. Mereka pergi pagi dengan perut kosong dan pulang sore dengan perut kenyang.” (Shahih,HR. Tirmidzi: 2344, dan berkata hadits hasan shahih, Ibnu Majah: 4164, Ahmad, dishahihkan al-Albani)
11 Comments. Leave new
aamiin….semoga mendapatkan penempatan yang terbaik, yaa, sista… ^^
an semakin suka dengan tulisan mon, nih…
Aamiin ya Rabb.. pengen bgt penempatan di salah satu kota An untuk alasan2 tertentu… Mohon doanya ya Ania sayang 🙂
galau ga.lau
[a] ber.ga.lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran)
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/galau#ixzz1YljAQx6s
siip…
🙂
kabar-kabar kalo udah ada kabar
hmm…numpang komen ah
aku dulu galau gak eaaa??
dimanapun kita ditempatkan….
indonesia masih wilayah tugas kita…
berharap selalu yg terbaik…
🙂
salam kebal monika…
ijin follow ya…
🙂
saya tunggu follow baliknya….
makasih komen2nya ya teman-teman.. mohon doanya 🙂
Salam alaikum, salam kenal balik, Dik Monika.. 🙂
wowoowowowow!! ada orang keuangan nih.. asik.. kapan2 bisa traktir dong.. heheheh
btw, selamat ya atas kelulusannya jadi PNS.. apalagi di kementerian yang "Wah" gitu.. moga2 bisa selalu jaga idealismemu, ya Dik.. jujur, jadi PNS idealis itu termasuk berat lo.. saya tau karena saya juga PNS yang selalu berusaha istiqamah.. 🙂
Galaw soal penempatan ya.. heheh.. kalu saya dulu terbalik.. emang awalnya sempat ngeri juga dapet penempatan ke luar (Bandung)..malah dulu pernah daftar ke kejaksaan, mundur teratur gara2 pasti ditempatkan di luar jawa.
Ehh..taunya.. daftar di Pusat Bahasa juga gitu.. anehnya..giliran yang ini.. malah seneng waktu dapet surat penempatan ke luar jawa.. kalimantan bo! 😀 😀 😀 Sungguh, Allahlah yang membolak-balikkan hati manusia 🙂
Betul apa yang dibilang ama Teteh di atas..(kok teteh ama om, bukan teteh ama akang ya?? 😀 ) semua sudah diatur oleh Allah..kalimat Teteh di atas sesuai dengan yang tertulis di Kitab Al-Hikam-nya Syaikh Ibnu At-Thailaha as-Sakandary <– ulama klasik nih.. "Istirahatkanlah dirimu dari memusingkan dan mengurusi hal-hal yang sudah Allah tetapkan pengurusannya." 🙂
Yakinlah, Neng Monika.. apa-apa yang dipilihkan Allah itu yang terbaik buat kita. Jujur aja, buah karunia Allah "ngirim" saya ke Kalbar.. adalah.. di kota inilah saya benar2 kenal Allah dan benar2 kenal Islam yang sesungguhnya, insyaAllah.. 🙂 ini bisa jadi pengabulan doa lama saya waktu masih ababil dulu:
"Ya Allah, jerumuskanlah aku dalam kebaikan."
So, sambutlah berita penempatan dengan senyum ya:)
btw, penempatannya udah ato belom nih?? jangan2 udah basi deh komen saya ini,,ehehhehe
Astaghrirullah… perasaan saya udah bales komen ini ternyata belum masuk, maaf ya kak…
Alhamdulillah, makasih untuk komennya, semakin menguatkan hehe…
Insya Allah pengumumuman penempatan besok selasa, mohon doanya 🙂
jadi…sekarang ditempatkan di mana?? 😀
tetap semangat untuk indonesia…..