16 Desember 2011. Malam ini baru keluar kantor sekitar pukul delapan
malam. Hampir dua belas jam menatap monitor laptop, mengolah data. Kalau
saja si coklat ini teman cewek pasti udah saya peluk erat-erat sebagai
rasa terima kasih selalu setia menemani haha. Dan saat ini saya
lagi-lagi menatapnya, kali ini untuk mengolah kata menjadi postingan
malam ini sambil ditemani cornetto strawberry yang saya sempatkan beli
di minimarket dekat rumah kos.
malam. Hampir dua belas jam menatap monitor laptop, mengolah data. Kalau
saja si coklat ini teman cewek pasti udah saya peluk erat-erat sebagai
rasa terima kasih selalu setia menemani haha. Dan saat ini saya
lagi-lagi menatapnya, kali ini untuk mengolah kata menjadi postingan
malam ini sambil ditemani cornetto strawberry yang saya sempatkan beli
di minimarket dekat rumah kos.
Malam ini saya (lagi-lagi) melewatkan kelas Fiqih dan Bahasa Arab. Lepas jam kantor pukul lima sore hari ini saya tak buru-buru mencegat bajaj untuk mengantarkan ke tempat kuliah tapi berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang sudah memasuki deadline satu persatu. Mudah-mudahan pekerjaan kantor lebih prioritas daripada kuliah, tanpa mengesampingkan kewajiban menuntut ilmu tentu saja. Fiqih prioritas, kata seorang teman.
Saat magang kemarin (kebetulan masih sebulan resmi menjadi pelaksana) rasa-rasanya saya pernah mengeluhkan sedikitnya pekerjaan, sekarang rasa-rasanya saya ingin mengeluhkan banyaknya pekerjaan yang mulai menumpuk seiring dengan tanggung jawab yang kian bertambah. Manusia memang tak pernah puas bukan? Panas atau hujan sama-sama mengeluh.
Sebelum lintasan keluhan berlanjut, syukurlah, seperti ada yang mengingatkan saya untuk berhenti meneruskan keluhan. Mengingatkan betapa beruntungnya saya (kalau boleh saya menyebutnya beruntung) bisa melewati ‘jalan bebas hambatan’ menjadi seorang PNS di kementerian yang katanya paling prestisius. Lulus kuliah langsung kerja tanpa harus melamar pekerjaan di sana-sini lagi. Dan kalau ingat anak-anak jalanan yang saya temui hampir setiap hari di metromini, betapa seharusnya saya banyak-banyak bersyukur.
Dan kalau boleh menyebutnya kebetulan, sebelum saya mengeluhkan semakin terbatasnya waktu untuk diri sendiri, kemarin saya baru baca artikel mengenai seorang manajer suatu perusahaan telekomunikasi terkemuka yang bisa menghafalkan Al Qur’an tiga puluh juz hanya dalam waktu satu setengah tahun. Bayangkan betapa sibuknya beliau. Beliau berkata bahwa tak ada waktu yang bisa ia geser untuk khusus menghafalkan Al Qur’an kecuali waktu tidurnya dan itulah yang beliau geser. Pukul dua belas malam beliau bangun tidur dan hingga subuh digunakannya untuk menghafal ayat baru serta mengulang hafalan. Begitu setiap harinya. Sebulan pertama dirasakannya berat tapi lama-lama menjadi hal yang ringan dan biasa.
Manajemen waktu dan prioritas. Dua hal ini yang agaknya semakin harus digenggam erat seiring dengan bertambahnya tanggung jawab. Tak lagi menunda-nunda pekerjaan, mendahulukan mana yang penting dan mengesampingkan hal-hal yang kurang penting hingga bagaimana melakukan sesuatu secara efektif dan efisien. Nabi yang mulia hanya tidur empat jam sehari, masak umatnya kalah? *teriak kencang-kencang ke diri sendiri*
Teringat akan ucapan murobbi tercinta saat saya mengeluhkan waktu-untuk-diri-sendiri yang saya punya dan beliau berkata kira-kira seperti ini, “Semakin sedikit waktu yang kita punya, justru jangan dikurangi ibadahnya, dulu sehari bisa satu juz, jangan malah jadi setengah juz, harusnya malah tambah lagi. Semakin kita sibuk, ingatlah, semakin kita membutuhkan kekuatan dari Allah, semakin kita bergantung pada-Nya maka semakin mendekatlah pada-Nya,”
Dan lagi-lagi, sebelum lintasan keluhan berlanjut, saya diingatkan bahwa saya punya lebih banyak alasan dan cara untuk tidak mengeluh. ^^
Happy weekend ^^
6 Comments. Leave new
mari memanfaatkan wkt dngan bk.antara bersyukur dan mengeluh trkadang sling beriringan..ktka kita mengatakan tlah bersyukur disisi lain kt mengeluh..nice post.salam knal sist.
Thanks ya Mon, aku suka tulisanmu ini… Makasih udh ngeingetin… :')
Al waqtu huwa al hayah 😀
*waktu adalah kehidupan
bener mon, mengeluh tidak mengubah keadaan kok. tetep aja kerjaan banyak hehehe..
semangat ya…
iya mbak,jgn seperti atma…banyakan ngeluhnya,hehee
@mbak Meutia
benar2, kadang batas ngeluh n syukur itu tipis hehe.. salam kenal 🙂
@Tada
saling mengingatkan ya Tada ^^
@An
bener An, jika hilang waktumu hilang sebagian dirimu seperti kata Hasan Al Banna 🙂
@Chachu
Cha cha, KPPN pasti yg paling sibuk akhir tahun lah ya hehe.. Bener2, ngeluh malah bikin sesuatu tambah berat hihi
@atma
ehehe, tulisan ini khususnya ngingetin diri sendiri hehe..