“Kamu lama nggak nikah-nikah kok kayaknya happy-happy aja?”
Jleb. Nggak ada angin nggak ada hujan, kemarin seorang rekan
kantor tiba-tiba menanyakan hal itu ke saya yang secara nggak sengaja lewat di
depannya.
kantor tiba-tiba menanyakan hal itu ke saya yang secara nggak sengaja lewat di
depannya.
“Hah, terus aku harus gimana?”
“Ya, keliatan merana gitu kek, nangis sebulan, kamu kayaknya
enjoy aja,”
enjoy aja,”
Duh Gusti, paringono sabar (dalam hati), “Ya, terus aku
harus nunggu menikah dulu buat bahagia? Aku bahagia dengan apa yang ada sekarang
dan menikah adalah alat untuk melipatgandakan kebahagiaanku. Bukan menikah
untuk bahagia, tetapi menikah untuk (lebih) bahagia,”
harus nunggu menikah dulu buat bahagia? Aku bahagia dengan apa yang ada sekarang
dan menikah adalah alat untuk melipatgandakan kebahagiaanku. Bukan menikah
untuk bahagia, tetapi menikah untuk (lebih) bahagia,”
“Oh gitu ya. Berarti nggak nikah nggak papa juga, kan udah
bahagia?”
bahagia?”
Saya ngeloyor.
**
“Please deh, kamu harus berubah,”
Saya menatap tajam seorang teman perempuan. Ada saja kelakuan messy nya yang mengacaukan suasana.
Ketika itu, sebilah pisau baru saja terjatuh di kepala saya, untung cuma gagang
kayunya. Posisi saya waktu itu bersandar di ranjangnya, rupanya ia secara
serampangan meletakkan pisau di ranjangnya.
Saya menatap tajam seorang teman perempuan. Ada saja kelakuan messy nya yang mengacaukan suasana.
Ketika itu, sebilah pisau baru saja terjatuh di kepala saya, untung cuma gagang
kayunya. Posisi saya waktu itu bersandar di ranjangnya, rupanya ia secara
serampangan meletakkan pisau di ranjangnya.
“I need somebody to save me,” suaranya lirih, “Aku bisa berubah kok
kalau ada yang memintaku berubah,”
kalau ada yang memintaku berubah,”
Saya geleng-geleng. “You should save yourself first,”
***
Usia saya dua puluh tujuh tahun lewat dua bulan, di usia
sekarang ini ada beberapa teman seangkatan yang sudah menggendong anak
ketiganya. And, i am still single. Namun,
haruskah saya menunggu menikah dulu untuk bahagia? Haruskah saya jadi seorang
gadis menye-menye, galau, tak berkeinginan melakukan apa-apa lantaran
merisaukan jodohnya? Atau menjadi gadis yang merutuki nasibnya, menangis dan
merasa rendah diri lantaran belum menikah?
sekarang ini ada beberapa teman seangkatan yang sudah menggendong anak
ketiganya. And, i am still single. Namun,
haruskah saya menunggu menikah dulu untuk bahagia? Haruskah saya jadi seorang
gadis menye-menye, galau, tak berkeinginan melakukan apa-apa lantaran
merisaukan jodohnya? Atau menjadi gadis yang merutuki nasibnya, menangis dan
merasa rendah diri lantaran belum menikah?
Jodohmu sudah
ditetapkan, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi…
ditetapkan, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi…
Yang pertama saya sadari, umur kedewasaan seseorang
berbeda-beda. Mungkin ada yang berumur dua puluh satu tahun sudah dewasa lalu
segera menikah. Kalau saya pribadi, sejujurnya, saya baru sepenuhnya menyadari
bahwa siap menikah di usia dua puluh enam lewat sekian bulan. Sebelumnya mungkin
masih ‘ingin’ saja, melihat kanan dan kiri sudah menikah, enak berduaan
ke mana-mana. Siap adalah ketika saya paham betul apa konsekuensi dari sebuah
pernikahan dan bersedia menanggung semua konsekuensi yang ditimbulkan. Saya
siap menjadi istri dengan segala konsekuensinya, siap menjadi seorang ibu
dengan segala konsekuensinya, siap menjadi seorang menantu dengan segala
konsekuensinya, dan sebagainya.
berbeda-beda. Mungkin ada yang berumur dua puluh satu tahun sudah dewasa lalu
segera menikah. Kalau saya pribadi, sejujurnya, saya baru sepenuhnya menyadari
bahwa siap menikah di usia dua puluh enam lewat sekian bulan. Sebelumnya mungkin
masih ‘ingin’ saja, melihat kanan dan kiri sudah menikah, enak berduaan
ke mana-mana. Siap adalah ketika saya paham betul apa konsekuensi dari sebuah
pernikahan dan bersedia menanggung semua konsekuensi yang ditimbulkan. Saya
siap menjadi istri dengan segala konsekuensinya, siap menjadi seorang ibu
dengan segala konsekuensinya, siap menjadi seorang menantu dengan segala
konsekuensinya, dan sebagainya.
Saya ingat betul perkataan tante ketika saya ‘galau-belum-menikah’
di usia ke-24 kala itu, “Udah tenang aja Monik, nanti ada masanya kamu ingin
settle down, udah nikmati saja dulu apa yang ada. Tante dulu nikah di umur 27
ketika tante sudah puas ke sana ke mari dan kemudian tante pengen menikah,”
di usia ke-24 kala itu, “Udah tenang aja Monik, nanti ada masanya kamu ingin
settle down, udah nikmati saja dulu apa yang ada. Tante dulu nikah di umur 27
ketika tante sudah puas ke sana ke mari dan kemudian tante pengen menikah,”
Waktu itu saya belum paham.
Tetapi seiring waktu, perkataan tante terbukti benar. Misalnya,
saya yang dulunya sibuk berburu tiket promo sudah tak terlalu antusias, sudah
cukup puas bertualang ke beberapa daerah di Indonesia, sudah puas ikut beraneka
kursus mulai dari kursus pranikah hingga bahasa Mandarin, mengambil kesempatan
belajar agama selama dua tahun di sebuah sekolah tinggi Islam tiga kali dalam
sepekan. Secara emosional, dulu saya yang sempat merasa terganggu dengan
tangisan dan rengekan anak kecil (kemudian istighfar) kini memandang anak kecil
dengan sudut pandang berbeda. Tangisan mereka terdengar merdu, saya merasa
sabar dan bisa mengatasi mereka, bahkan tiap melihat anak kecil saya sholawatin. Emosi terjaga stabil. Then, i talk to myself, “I am ready to settle down. I wanna settle
down and make family,”
saya yang dulunya sibuk berburu tiket promo sudah tak terlalu antusias, sudah
cukup puas bertualang ke beberapa daerah di Indonesia, sudah puas ikut beraneka
kursus mulai dari kursus pranikah hingga bahasa Mandarin, mengambil kesempatan
belajar agama selama dua tahun di sebuah sekolah tinggi Islam tiga kali dalam
sepekan. Secara emosional, dulu saya yang sempat merasa terganggu dengan
tangisan dan rengekan anak kecil (kemudian istighfar) kini memandang anak kecil
dengan sudut pandang berbeda. Tangisan mereka terdengar merdu, saya merasa
sabar dan bisa mengatasi mereka, bahkan tiap melihat anak kecil saya sholawatin. Emosi terjaga stabil. Then, i talk to myself, “I am ready to settle down. I wanna settle
down and make family,”
Ya, saya sempat merasa galau dengan kesendirian. Lebih-lebih
melihat kebahagiaan yang dipamerkan oleh teman-teman di media sosial, kemesraan
mereka dengan pasangan, kebahagiaan mereka dengan sang buah hati. Their lives seem perfect.
melihat kebahagiaan yang dipamerkan oleh teman-teman di media sosial, kemesraan
mereka dengan pasangan, kebahagiaan mereka dengan sang buah hati. Their lives seem perfect.
Hingga kemudian saya bertanya kepada diri, “Apa iya saya
menunggu menikah dulu baru berbahagia?”
menunggu menikah dulu baru berbahagia?”
Dengan menikah bukan berarti masalah akan selesai, malah
akan menimbulkan masalah baru. Kehidupan bukanlah dongeng Disney yang berakhir
dengan kalimat “and they live happily
ever after,” Ya, setiap fase kehidupan pasti ada tantangan masing-masing.
Ketika SD ada ujiannya, ketika SMP ada ujiannya, bentuk ujiannya berbeda. Ketika
masih single ada ujiannya, ketika sudah menikah pasti beda lagi bentuk
ujiannya.
akan menimbulkan masalah baru. Kehidupan bukanlah dongeng Disney yang berakhir
dengan kalimat “and they live happily
ever after,” Ya, setiap fase kehidupan pasti ada tantangan masing-masing.
Ketika SD ada ujiannya, ketika SMP ada ujiannya, bentuk ujiannya berbeda. Ketika
masih single ada ujiannya, ketika sudah menikah pasti beda lagi bentuk
ujiannya.
Then, i choose to be
happy and thankful for what I have now...
happy and thankful for what I have now...
Saya punya keluarga yang amat menyayangi dan mendukung,
punya teman-teman dekat luar biasa baiknya yang rasanya sudah kayak keluarga, punya pekerjaan
tetap yang cukup untuk menghidupi dan bertahan di ibukota, dan masih banyak lagi
hal yang harus saya syukuri. Jejaring koneksi yang cukup luas, teman komunitas
ini dan itu, serta ada saja kegiatan ini dan itu. Mumpung masih single, pergiat cari
ilmu ini itu, bergaul seluas-luasnya, ikut kegiatan ini itu, baca buku
sebanyak-banyaknya. For now, i enjoy my
life to the fullest and i feel good about myself.
punya teman-teman dekat luar biasa baiknya yang rasanya sudah kayak keluarga, punya pekerjaan
tetap yang cukup untuk menghidupi dan bertahan di ibukota, dan masih banyak lagi
hal yang harus saya syukuri. Jejaring koneksi yang cukup luas, teman komunitas
ini dan itu, serta ada saja kegiatan ini dan itu. Mumpung masih single, pergiat cari
ilmu ini itu, bergaul seluas-luasnya, ikut kegiatan ini itu, baca buku
sebanyak-banyaknya. For now, i enjoy my
life to the fullest and i feel good about myself.
Bukan berarti nggak pengen segera menikah ya. Hanya mencoba
mensyukuri dan menjadikan yang terbaik dari apa yang ada untuk saat ini.
mensyukuri dan menjadikan yang terbaik dari apa yang ada untuk saat ini.
Saya yakin semua hal ada hikmahnya. Begitu juga mengapa
Allah belum mempersatukan saya dengan mas jodoh. Mungkin Allah pengen saya
memperbaiki diri dulu, menyelesaikan urusan yang belum selesai, begitu juga
dengan si mas jodoh. Mana tahu dia di sana harus ABC dulu, menunggu urusan XYZ selesai
dulu.
Allah belum mempersatukan saya dengan mas jodoh. Mungkin Allah pengen saya
memperbaiki diri dulu, menyelesaikan urusan yang belum selesai, begitu juga
dengan si mas jodoh. Mana tahu dia di sana harus ABC dulu, menunggu urusan XYZ selesai
dulu.
Yang saya yakini, saya dan dia akan dipertemukan dalam
sebaik-baik keadaan. Dan saya yakin ketika pada akhirnya kami dipersatukan,
akan terjawab semua tanya mengapa. Allah selalu punya rencana terbaik, bukan?
sebaik-baik keadaan. Dan saya yakin ketika pada akhirnya kami dipersatukan,
akan terjawab semua tanya mengapa. Allah selalu punya rencana terbaik, bukan?
Ya, saya bahagia dan menikah adalah alat untuk melipatgandakan
kebahagiaan saya nantinya. Menikah bukan untuk bahagia, melainkan menikah adalah
untuk lebih bahagia.
kebahagiaan saya nantinya. Menikah bukan untuk bahagia, melainkan menikah adalah
untuk lebih bahagia.
Ngomong-ngomong, mohon doanya ya supaya segera dipersatukan
dengan lelaki terbaik. Mana tahu doa kamu yang sedang membaca tulisan ini
adalah doa yang mustajab, bukan?
dengan lelaki terbaik. Mana tahu doa kamu yang sedang membaca tulisan ini
adalah doa yang mustajab, bukan?
27 Comments. Leave new
Mbak Monik… i know what you feel mbk. *Peluk
Semoga mbak monik dpat jodoh di waktu yg tepat. Insya Allah. Barakallah ya mbak. Allah selalu bersamamu 😉
Aamiin… Makasih Arinta *pelukjauh.. Doa kebaikan yang sama untukmu :*
Kok jadi pengen getok temenmu yg nanya kenapa hepi2 aja blm nikah
Ya harus hepi lah… Life is all about happiness goals not body goals or relationship goals. Harus bahagia dulu, sebelum bikin orang lain bahagia gitu kann
Ahihi.. bener banget cyin… Gmn bisa ngebahagiain orang lain, klo dia belum bahagia dengan dirinya sendiri *eh
Semangat monik…..semua sudah diatur sama yang diatas…
Yaps.. Semangat juga mas Bram 😀
lho, siapa tahu juga salah satu orang yang sedang membaca ini adalah jodohmu, mon
ehehe~
Diaminin ga ya ahahaha
Can not agree more, mon….
Lagipula cm orang yg sudah bahagia yg bisa menjalin hubungan keluarga yg sehat 🙂
Smg segera dipersatukan dg pria yg terbaik utk monik (masih boleh panggil momon ga? Heheh) yaaaa….
Ahihi, aamiin… Makasi ya la :*
Boleh banget dong 😀
membayangkanmu berceramah langsung di depan kami, sahabat2mu tentang arti kebahagiaan sesungguhnya. Semoga segera dipertemukan dalam tempat, waktu, orang yang terbaik ya mon. #Lagilagihanyabisaberdoa
Aih Man, masak kau cuma mendoakan aja? *ngambek
Aamiinnn
Aamiin.. Semoga disegerakan ya Mon..
Aamiin.. Makasi Ninda 🙂
Aamiin.. Semoga disegerakan ya Mon..
wkwkwkwk. menikah kok tujuannya bahagia
well, postingan ini dari satu perspektif sih dead, dengan latar belakang omongan orang tadi…
klo dijabarin semua tujuan menikah sih panjang :p
Semangat Mbak. Mengutip kata seseorang. Marriage its not #LifeGoals.
Semoga segera Allah pertemukan dengan jodohnya ya Mbak 🙂
Aamiin.. Makasih ya Dek.. semoga makin samawa yah pernikahannya 🙂
mbak kece…. semoga segera terkabul ketemu mas jodohnya. bener banget allah lebih tau apa2 yg nggak kita tau… bismillahi tawakalna…. ��
aamiin, doa yg sama buat mba kika :*
Kak….Monik, aku juga pernah ditanya begitu…"kok kak Azmi selalu keliatan ceria, nggak pernah keliatan kalau karena belom nikah..bla bla bla"
pengen ketawa aja aku jadinya…hihi
Peluk kak Monik 🙂
Hihi, masak iya kudu kehilangan keceriaan 😉
*pelukbalik
Allah akan kirimkan segala sesuatu setepatnya waktu, bukan secepatnya waktu. Nikmatin mbak, dan terus berprasangka baik sama Allah. 🙂
Salam,
Syanu.
Ini memang menjadi masalah perempuan yang udah memasuki usia 25an keatas, semua pada ribut tanya "kapan nikah?" dan seolah-oleh kita yang masih single di usia segini ini kayak dibilang ini itulah aneh-aneh gak jelas. Saya setuju dengan mbak, bahwa jodoh sudah ada yang ngatur. kita tinggal berprasangka baik ke Allah sambil terus berusaha, jika tiba waktunya nanti pasti datang. terima kasih mbak tulisannya indah 😀
Setuju banget nih, defisi menikahnyamoga.
Moga urusan ABC to XYZ keduanya nya segera biar segera bertemu juga dalam satu jalinan pernikahan, Aamiin.
Anyway, udah calon kan? #eeh
Moga disegerakan, Aamiin.;)
Bahagia banget kalau udah nikah terus di karuniai baby yang imut menggemaskan hehehe