Sebelum memiliki pengalaman operasi caesar, saya pernah membaca tulisan orang yang menyebutkan kalau operasi caesar itu nggak menyakitkan tapi pemulihannya yang konon sakit banget. Sebelum menjalani operasi, saya sempat merasa deg-degan dan takut. Namun, mau bagaimana lagi? Melahirkan normal sepertinya tak bisa dilakukan pada saat itu sementara janin harus segera dikeluarkan.
Pengalaman Induksi 52 Jam
Jum’at malam, saya dan suami bermaksud periksa kandungan di usia kehamilan saya yang sudah memasuki 40 minggu. Namun setelah dokter melakukan pemeriksaan dalam, beliau menyuruh kami langsung rawat inap karena ketuban sudah rembes. Ada indikasi pecah ketuban dini.
Kala itu dokter menawarkan apakah mau diinduksi atau langsung ambil tindakan operasi. Kami memutuskan untuk memilih induksi. Sekadar informasi, induksi merupakan tindakan untuk merangsang kontraksi otot-otot rahim agar ibu bisa melahirkan normal. Induksi dilakukan melalui obat yang dimasukkan bersamaan dengan infus.
Seketika saya ingat perkataan seorang teman baik ketika menceritakan pengalamannya melahirkan, “Mon, nanti kalau misal harus induksi langsung minta operasi aja. Sakitnya dobel,”
Jadi, daripada sakit diinduksi dan kemudian nanti tetap tidak bisa melahirkan normal lalu sakit lagi dioperasi, teman saya memilih langsung mengambil tindakan operasi. Biar sakitnya sekali saja, katanya.
Namun, ketika momen melahirkan tempo lalu saya membatin, “Ya Allah, hamba mau diinduksi agar nanti di akhirat nanti jika ditanya, hamba sudah melakukan semaksimal mungkin upaya untuk melahirkan normal jadi operasi bukan merupakan kemauan hamba,”
Jadi, saya mengambil keputusan induksi karena berpikir bahwa itu adalah ikhtiar paling mentok untuk melahirkan normal.
Saya sudah mengikuti kelas gentle birth, yoga, konsultasi dengan dokter spesialis mata lantaran berminus tinggi, dan upaya-upaya melahirkan normal lainnya. Namun, jika segala upaya tersebut tak berujung ke muara melahirkan normal, maka operasi caesar terpaksa ditempuh.
Bagi saya, operasi caesar tak dilakukan untuk bermudah-mudah. Operasi besar, guys. Dari awal kehamilan saya memiliki mindset untuk melahirkan normal tetapi jika memang tidak memungkinkan, operasi caesar juga tidak mengapa.
Induksi dilakukan dari Jum’at malam hingga Minggu malam. Jika dihitung-hitung sekitar 52 jam. Rasanya, jangan ditanya. Sakit di atas sakit. Masya Allah.
Saya yang biasanya bisa tidur dalam kondisi apapun, saat itu terbangun setiap satu jam sekali. Suami sigap memeluk dan mengelus-elus saya. Mama juga menemani saya melahirkan.
Minggu sekitar jam 10 malam, dokter menyampaikan sudah tidak bisa menunggu lagi lantaran pembukaan baru dua selama dua hari, apalagi dengan posisi ketuban saya sudah rembes. Akhirnya, saya pun menjalani operasi caesar pada hari Senin pukul 5 pagi.
Pecah tangis Rafandra membelah keheningan pagi.
Operasi Caesar yang Tanpa Rasa Sakit
Berbeda dengan induksi yang sakitnya luar biasa, operasi caesar bisa dibilang nggak ada rasa sakit. Pertama-tama, saya disuntik epidural di bagian tulang belakang. Rasanya seperti ditimbun semen berkilo-kilo, bagian perut ke bawah mati rasa. Lalu, dokter mulai membedah bawah perut, bunyinya kencang seperti ada tekanan yang meledak.
Beberapa saat kemudian saya tertidur di tengah operasi. Mohon maklum karena sudah lebih dari dua hari merasakan kontraksi dan jam tidur amat minim. Lalu, saya dibangunkan untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 15 menit.
Selama empat hari kemudian saya menjalani rawat inap sebelum pulang ke rumah. Operasi caesar sama sekali nggak terasa sakit.
Mungkin berikut alasan-alasan operasi caesar tanpa rasa sakit.
Pertama, ini merupakan operasi caesar anak pertama. Ada yang bilang kalau operasi caesar kedua sakit karena dokter akan menyayat di bekas operasi yang pertama.
Kedua, saya menggunakan semacam koyo yang ditempel di dada. Teman saya menyarankan menggunakan itu, katanya itu koyo yang berisi morfin untuk menghilangkan rasa sakit. Silakan ditanyakan ke dokter masing-masing, ya untuk lebih jelasnya.
Teman saya satunya bercerita kalau pas operasi caesar pertama ia merasakan sakit luar biasa pasca operasi hingga tak bisa tidur semalaman. Saat operasi caesar kedua ia menggunakan koyo yang sama dengan yang saya gunakan ketika operasi, ia tak merasakan sakit pasca operasi. Ngomong-ngomong, kami berdua melahirkan di RSIA yang sama.
Ketiga, psikologis yang telah dikondisikan. Dari awal saya memang berusaha banget untuk melahirkan normal, tapi saya berusaha legawa jika memang takdirnya harus operasi caesar. Apapun asal ibu dan bayi sehat selamat.
Saya juga memilih melahirkan di RSIA yang terkenal amat bagus pelayanannya dan melahirkan dengan operasi caesar tanpa menggunakan BPJS. Waktu itu saya berpikir agar leluasa dalam memilih. Misalnya, sebelum operasi saya meminta agar dokter dan tim medis yang menangani semua perempuan. “All female team,” karena saya tidak nyaman jika aurat besar saya dilihat laki-laki.
Saya amat paham jika dalam kondisi darurat seperti medis diperbolehkan. Namun, lagi-lagi, saya hanya berupaya sebisa mungkin berikhtiar untuk menjaga syariat. Tentu waktu itu saya meminta agar ditangani oleh seluruh tim medis perempuan dengan mengatakan “kalau bisa” dan alhamdulillah bisa. Hal itu bikin saya lebih nyaman menjalani operasi.
Pemulihan Pasca Operasi Caesar yang Minim Rasa Sakit
Alhamdulillah, pemulihan pasca operasi caesar berjalan amat mulus dan amat minim rasa sakit. Sehari pasca operasi saya hanya berbaring saja karena katanya belum boleh jalan. Sesudah itu saya berjalan tertatih. Rasanya biasa saja, nyeri sedikit sekali.
Pasca operasi saya rajin mengkonsumsi telur, sehari minimal dua butir telur agar bekas jahitan cepat kering. Lantaran berada di rumah orang tua, ada Mama dan adik perempuan yang membantu saya. Masa nifas sekitar tiga minggu pasca operasi. Hampir-hampir tak ada rasa sakit di bekas jahitan, bisa dibilang minim sekali.
Bisa dibilang pengalaman operasi caesar yang minim rasa sakit berkat dukungan suami dan keluarga. Suami siap siaga selama persalinan. Ketika tiba di rumah pun, suami menggendong anak hingga tertidur ketika anak terbangun di malam hari. Tugas saya hanya menyusui, saya nggak boleh kurang tidur. Padahal ‘kan yang lama itu menimang anak hingga ia tidur.
Alhasil saya memiliki waktu istirahat yang cukup, sesuatu yang saya yakini mempercepat pemulihan pasca operasi.
Operasi caesar tidak menakutkan. Namun, tentu saja, jika bisa melahirkan normal, sebisa mungkin upayakan melahirkan normal karena tetap saja, operasi besar sebaiknya hanya dilakukan jika memang benar-benar dibutuhkan secara medis. Beberapa kali saya merasa ngilu di tulang belakang, saya tidak tahu apakah ini efek operasi atau bukan.
Semoga pengalaman operasi caesar ini membantu memberikan gambaran bagi teman-teman yang membutuhkannya. Apakah kamu memiliki pengalaman operasi caesar? Bagaimana pengalamanmu?