Pelajaran Hidup – Sehari sebelum berusia tiga puluh tiga tahun, saya kolaps. Ulu hati terasa amat sakit bagaikan ditonjok orang sekampung. Setengah hari saya mencoba menahan rasa sakitnya karena ada rapat penting di kantor dan saya menjadi penanggungjawabnya. Lepas dhuhur, rasa sakit itu tak tertahankan lagi, saya mengajak suami ke balai kesehatan di kantor.
Obat yang dikonsumsi tak memberikan dampak berarti. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya saya pun disuntik. Lagi-lagi tak ada reaksi. Bahkan untuk bergerak sedikit terasa amat sakit. Saya terpaksa sholat sembari duduk karena tak sanggup rukuk.
Saya ingat betul rasa sakit ini. Dua puluh tahun sebelumnya saya pernah merasakan penderitaan yang sama. Sekitar jam 12 malam, tubuh saya gulungkoming di rumah Eyang. Mama yang kala itu masih hamil tujuh bulan datang seorang diri mengendarai motor jam satu pagi lantaran Papa harus menjaga adik di rumah. Saya dibawa ke IGD dan berakhir dengan rawat inap selama empat hari.
Ya, asam lambung. Hanya beberapa kali dalam dua puluh tahun terakhir saya merasakan gangguan pencernaan. Itu pun biasanya segera hilang lepas mengkonsumsi obat maag yang beredar bebas di pasaran.
Rasa sakit itu bertahan hingga malam. Malam sebelum ulang tahun saya yang ke-33. Sampai-sampai saya berpikir, “Ini aku nggak mati sehari sebelum ulang tahun, kan?”
Syukurnya tidak, saya masih bisa mempublikasikan tulisan ini.
Bagi saya, umur tiga-tiga adalah angka yang istimewa. Tentu bukan lantaran angkanya kembar cantik tetapi karena ada hadits yang menyebutkan penghuni surga berusia tiga puluh atau tiga puluh tiga1.
Sebuah bilangan usia yang cukup matang untuk disebut muda, tetapi juga cukup belia untuk disebut tua.
Jika ada yang ingin saya katakan untuk diri saya yang lebih muda, saya ingin mengatakan tiga belas pelajaran hidup berikut ini :
Pelajaran Hidup Berharga di Usia 30-an
Cherish every moment, seize the day. Fokuslah pada hari ini
Saya boleh berangan-angan ingin melakukan ini dan itu, ingin memiliki ini dan itu. Namun, kalau saya mati hari ini, selesai sudah semua keinginan. Ya, kematian menjadi sebuah pemutus kenikmatan duniawi.
Setiap pagi, saya bersyukur masih memiliki satu hari lagi. Kata Hasan Al Bashri, manusia adalah kumpulan hari. Jika satu hari hilang, hilang pula sebagian diri.
So, enjoy the day and do what can be done, today. Nikmati anugerah kehidupan, hari ini.
Be more grateful. You are blessed more than can be counted
Beberapa minggu lalu saya jatuh terjengkang, luka memar di tangan baru benar-benar hilang setelah tiga pekan. Saya hanya mengalami luka ringan, hal yang harus saya syukuri.
Setiap malam, saya mencoba menuliskan jurnal syukur untuk hal sekecil apapun yang terjadi di hari itu. Hati terasa hangat menyadari Allah SWT begitu menyayangi hamba-Nya yang penuh dosa ini.
Sayangilah dirimu. Nobody else will love you more than you do
Dulu saya berpikir bahwa menikah akan membuat saya lebih bahagia dibanding ketika saya sendiri. Yang nggak saya sadari, pernikahan itu menimbulkan beragam konsekuensi dan tentu saja permasalahan.
Am I happy with my marriage? Alhamdulillah, I am.
Namun, saya menyadari bahwa saya harus bisa menyayangi diri dahulu sebelum bisa menyayangi orang lain. To love myself first. I can’t give what I don’t have.
Pegang erat prinsipmu. Hal-hal itu yang akan menjagamu
Dunia orang dewasa itu liar dan kejam. Akan ada hal-hal yang membuatmu terombang-ambing. Tapi, percayalah, memegang prinsip akan menjagamu dari kehancuran.
Misalnya, lebih dari sepuluh tahun tinggal di Jakarta alhamdulillah saya nggak pernah menyentuh minuman keras, dunia malam, atau pergaulan bebas. Biarlah kalau ada yang menganggap cupu ataupun nggak gaul.
Never compare your life with others, just be the best version of you
Akan selalu ada orang yang lebih hebat darimu dan kamu akan merasa lelah membandingkan diri dengan orang lain. Fokus ke pencapaian diri, seberapapun kecilnya, akan lebih bermakna.
Ketika mulai merasa iri dengan pencapaian orang lain, saya berkata diri sendiri, “Orang itu satu paket : hoki dan apesnya. Belum tentu kalau saya tahu cobaan yang dia dapatkan, saya sanggup menjalaninya,”
Bermanfaat walaupun sedikit-sedikit
Makin ke sini, saya makin berfokus pada manfaat. Bisa memberi manfaat kepada orang lain meski sedikit membuat hati terasa bahagia.
Focus on progress
Tanpa bermaksud berlebihan, hidup saya berubah setelah membaca buku Atomic Habits . Dulu saya lebih fokus ke hasil, kapan ya saya dapat ini, kapan ya saya jadi begini. Sekarang saya mencoba fokus ke progress, apa-apa yang bisa saya lakukan.
Konsistensi adalah kunci kesuksesan
Di buku “The Psychology of Money”, Morgan Housel menulis kalau kunci sukses Warren Buffet adalah ia konsisten menjadi seorang investor sedari muda. Nas Daily juga menyebutkan bahwa ia dikenal orang setelah membuat ratusan video, satu video secara konsisten setiap harinya.
Saya belum sukses, tetapi andai kata saya menyadari hal ini sedari muda, saya mungkin akan menjadi lebih dari apa saya sekarang. Pelajaran hidup ini kenapa tidak saya sadari sepuluh tahun lebih awal?
Let people do what they wanna do
Ada orang yang bikin saya kesal? Biarkan saja. Ada yang orang tidak menepati janjinya? Biarkan saja. Berpikir kalau orang lain seharusnya begini hanya akan menguras emosi.
Kalau ajaran Stoic bilang, “Focus on what you can control”. Ya, sikap orang lain nggak bisa saya kontrol tetapi saya bisa mengkontrol sikap saya.
Have less expectation from human
Makin tua saya makin menyadari kalau berharap ke manusia sering berujung kecewa. Jadi, ya, lebih baik memiliki ekspektasi yang rendah terhadap orang lain.
Lingkaran kecil pertemanan yang semakin berkualitas
Di usia tiga puluh ke atas, lingkaran pertemanan semakin kecil. Namun, orang-orang itu lah yang telah teruji oleh waktu.
Ada hal yang ‘lucu’. Ada orang-orang yang saya pikir bakal jadi teman dekat yang awet, ternyata sudah nggak pernah kontakan lagi. Di sisi lain ada orang-orang yang saya pikir bakal sekadar kenal saja, eh malah terus akrab sampai saat ini.
Jaga hubungan baik dengan orang-orang dekat
Menjaga hubungan itu susah. Betapa banyak teman akrab saat sekolah yang kemudian menghilang dari kehidupan kita?
Untungnya, saat ini mudah sekali untuk terkoneksi. Untuk orang-orang yang saya ingin jaga hubungan dengannya, ada beberapa hal yang saya lakukan. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun, mengirim makanan ketika ia sakit, atau sekadar memberikan komentar di postingan media sosialnya.
Bersenang-senang, sewajarnya
Jangan terlalu strict ke diri sendiri tetapi jangan juga terlalu loss. Jangan dengan alasan self reward lalu habis semua tabungan, hal yang pernah saya lakukan di masa awal bekerja. Namun terlalu pelit kepada diri itu sebuah penyiksaan.
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jadi, bersenang-senanglah, sewajarnya.
Semakin tua, kita melihat hidup dengan dimensi yang berbeda. Bos besar pernah berkata demikian, semakin tua semakin ia ingin membantu orang lain. Begitu juga dengan ibu pemilik kontrakan yang bercerita kalau di usia tua yang ia pikirkan adalah sedekah.
Ya, semua yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Itulah pelajaran hidup yang membuatnya lebih bermakna. Seperti perkataan Mae West yang terkenal, “You only live once, but if you do it right, once is enough.”
Apa saja pelajaran hidup berharga yang kamu dapatkan seiring bertambahnya usia dan kamu harapkan bisa kamu sadari lebih awal? Share, yuk!
**
Catatan kaki :