Siapa yang tak kenal
A. Fuadi dengan trilogi Negeri 5 Menara yang begitu fenomenal, siapa
pula yang tak kenal dengan Asma Nadia atau siapa yang tak tahu Ippho Santosa?
Ketiga penulis ternama Indonesia dengan penjualan terbaik (bestselling). Apa saja tips menulis dari mereka? Berikut catatan
dari seminar “Menjadi Penulis Best Seller
dan Go National yang diadakan di kantor
Kompas Gramedia pada hari Ahad 6 September 2015 lalu.
A. Fuadi dengan trilogi Negeri 5 Menara yang begitu fenomenal, siapa
pula yang tak kenal dengan Asma Nadia atau siapa yang tak tahu Ippho Santosa?
Ketiga penulis ternama Indonesia dengan penjualan terbaik (bestselling). Apa saja tips menulis dari mereka? Berikut catatan
dari seminar “Menjadi Penulis Best Seller
dan Go National yang diadakan di kantor
Kompas Gramedia pada hari Ahad 6 September 2015 lalu.
Menulis Membukakan
Semua Pintu Kemungkinan untuk Saya
Semua Pintu Kemungkinan untuk Saya
Anda pasti tahu dengan ‘mantra’ Man Jadda Wajada yang
menjadi ‘ruh’dari kisah Alif dkk di Negeri 5 Menara. Ya, siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil. Lalu, bagaimana kesungguhan A. Fuadi sang
penulis sendiri dalam mengikat huruf demi huruf?
menjadi ‘ruh’dari kisah Alif dkk di Negeri 5 Menara. Ya, siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil. Lalu, bagaimana kesungguhan A. Fuadi sang
penulis sendiri dalam mengikat huruf demi huruf?
Laki-laki peraih sepuluh beasiswa luar negeri ini
menerangkan bahwa menulis membutuhkan tiga hal yakni sebatang pulpen, secarik
kertas dan sebongkah hati. Ya, semua kejadian dalam hidup kita bisa jadi
tulisan. Contohnya, pada awalnya A. Fuadi berat hati menuruti perintah sang amak
(ibu) untuk menuntut ilmu di pesantren Gontor yang terpisah ribuan kilometer
jauhnya dari kampung halaman. Namun, kemudian buah mengikhlaskan keterpaksaan -begitu
ia menyebutnya- amatlah manis. Ia tak hanya berhasil meraih pendidikan akademis
dengan kualitas tinggi tetapi juga kisahnya mampu menjadi buku dan film yang
menginspirasi jutaan orang di negeri ini.
menerangkan bahwa menulis membutuhkan tiga hal yakni sebatang pulpen, secarik
kertas dan sebongkah hati. Ya, semua kejadian dalam hidup kita bisa jadi
tulisan. Contohnya, pada awalnya A. Fuadi berat hati menuruti perintah sang amak
(ibu) untuk menuntut ilmu di pesantren Gontor yang terpisah ribuan kilometer
jauhnya dari kampung halaman. Namun, kemudian buah mengikhlaskan keterpaksaan -begitu
ia menyebutnya- amatlah manis. Ia tak hanya berhasil meraih pendidikan akademis
dengan kualitas tinggi tetapi juga kisahnya mampu menjadi buku dan film yang
menginspirasi jutaan orang di negeri ini.
Proses menulis A. Fuadi terdiri dari empat pertanyaan besar
yakni :
yakni :
1.
WHY
WHY
Luruskan niat dalam menulis. Mengapa menulis? Niat yang tulus merupakan
suntikan semangat yang tidak putus.
suntikan semangat yang tidak putus.
2.
WHAT
WHAT
Apa yang hendak dituliskan? Kenal, peduli, familiar dan tahu akan apa
yang ditulis merupakan “obat kuat tulisan”.
yang ditulis merupakan “obat kuat tulisan”.
3.
HOW
HOW
Lakukan riset tentang apa yang hendak ditulis. Baca buku, kamus, tesaurus
untuk memperkaya khazanah penulisan. Referensi berharga A. Fuadi adalah surat
yang dikirimkannya kepada sang amak ketika masih menimba ilmu di pesantren yang
masih tersimpah rapi. Selain itu, ia membaca banyak buku sebelum menulis, salah
satunya adalah buku tentang kehidupan di asrama (yang mirip dengan kehidupan di
pesantren).
untuk memperkaya khazanah penulisan. Referensi berharga A. Fuadi adalah surat
yang dikirimkannya kepada sang amak ketika masih menimba ilmu di pesantren yang
masih tersimpah rapi. Selain itu, ia membaca banyak buku sebelum menulis, salah
satunya adalah buku tentang kehidupan di asrama (yang mirip dengan kehidupan di
pesantren).
4.
WHEN
WHEN
Kapan
Anda hendak menulis? Cicil setiap hari, begitu sarannya. Sedikit-sedikit
lama-lama bisa menjadi buku bukan?
Anda hendak menulis? Cicil setiap hari, begitu sarannya. Sedikit-sedikit
lama-lama bisa menjadi buku bukan?
Tak lupa, A Fuadi berbagi tips agar bisa mendunia :
1.
Tema Indonesia
Tema Indonesia
2.
Gali budaya, bahasa, agama, orang, legenda, alam
Gali budaya, bahasa, agama, orang, legenda, alam
3.
Terjemahkan karya ke bahasa lain
Terjemahkan karya ke bahasa lain
4.
Aktif kenalkan karya di acara internasional seperti
UWRF (Ubud Writers and Readers Festival)
Aktif kenalkan karya di acara internasional seperti
UWRF (Ubud Writers and Readers Festival)
5.
Gunakan social
media
Gunakan social
media
6.
Pelajari jalan penulis-penulis ternama seperti
Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, dsb
Pelajari jalan penulis-penulis ternama seperti
Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, dsb
Gambar diambil dari twitter @ipphoright |
Serta tentu saja, “Terus belajar, terus membaca,” begitu
pesan pemungkasnya. Menulis mampu membukakan semua pintu kemungkinan. Misal keliling
dunia atau buku yang berubah medium menjadi film.
pesan pemungkasnya. Menulis mampu membukakan semua pintu kemungkinan. Misal keliling
dunia atau buku yang berubah medium menjadi film.
Saya Senang Jika Buku
Saya Dibajak
Saya Dibajak
Kalau Anda mendengar tentang Ippho Santosa, bisa jadi Anda
akan teringat dengan ‘otak kanan’. Namun, jangan salah, laki-laki kelahiran
Pekanbaru ini merupakan salah satu penulis mega
bestseller di Indonesia. Karya fenomenalnya yang berjudul “7 Keajaiban
Rezeki” berhasil menorehkan tinta emas dengan penjualan di atas satu juta
eksemplar, sebuah angka yang teramat fantastis. Edisi bajakan juga dapat
dijumpai dengan harga 20rb. Namun, sang penulis menegaskan bahwa ia senang jika
bukunya dibajak, karena tidak semua buku dibajak, hal itu menunjukkan bahwa
karyanya diakui.
akan teringat dengan ‘otak kanan’. Namun, jangan salah, laki-laki kelahiran
Pekanbaru ini merupakan salah satu penulis mega
bestseller di Indonesia. Karya fenomenalnya yang berjudul “7 Keajaiban
Rezeki” berhasil menorehkan tinta emas dengan penjualan di atas satu juta
eksemplar, sebuah angka yang teramat fantastis. Edisi bajakan juga dapat
dijumpai dengan harga 20rb. Namun, sang penulis menegaskan bahwa ia senang jika
bukunya dibajak, karena tidak semua buku dibajak, hal itu menunjukkan bahwa
karyanya diakui.
Ippho mengisahkan bahwa pada awalnya ia ‘dipaksa’ menulis
selaras dengan pekerjaannya di bidang marketing.
Tak dinyana, tulisannya disukai. Ia kemudian menulis untuk surat kabar
sebelum menerbitkan bukunya.
selaras dengan pekerjaannya di bidang marketing.
Tak dinyana, tulisannya disukai. Ia kemudian menulis untuk surat kabar
sebelum menerbitkan bukunya.
Berikut tips agar go
National ala Ippho Santosa :
National ala Ippho Santosa :
1.
Start with
the RIGHT
Start with
the RIGHT
Awali dengan right intention alias
niat yang benar dan kuat.
niat yang benar dan kuat.
2.
Differentiation
Differentiation
Terdiri atas mencari a) segmen atau kesempatan, b) sesuai passion dan kompetensi hingga c)
appearance dan wording
appearance dan wording
3.
Leverage
Leverage
a)
Print and
broadcast media, b) website and
social media, c) certification, award
and celebrity
Print and
broadcast media, b) website and
social media, c) certification, award
and celebrity
Selanjutnya, agar buku bestseller
berikut tipsnya :
berikut tipsnya :
1.
Meluruskan niat
Meluruskan niat
2.
Menentukan big
picture
Menentukan big
picture
3.
Memilih judul, subjudul dan gambar
Memilih judul, subjudul dan gambar
4.
Mempertimbangkan judul seminar (judul buku bisa
dijadikan judul seminar)
Mempertimbangkan judul seminar (judul buku bisa
dijadikan judul seminar)
5.
Memilih cover depan dan belakang yang menarik
Memilih cover depan dan belakang yang menarik
6.
Menyusun paragraf di cover belakang
Menyusun paragraf di cover belakang
Gunakan
kata-kata yang menarik perhatian seseorang ketika melihat cover belakang dari
buku.
kata-kata yang menarik perhatian seseorang ketika melihat cover belakang dari
buku.
Gambar diambil dari twitter @ipphoright |
Kata-kata bang Ippho yang amat terngiang adalah “Potensi besar
akan dianugerahkan kepada mereka yang bermisi besar,” dan pesannya yang tak
terlupakan adalah “Hanya sesuatu yang terukur yang bisa ditingkatkan”. Jadi,
ukurlah tulisan Anda
akan dianugerahkan kepada mereka yang bermisi besar,” dan pesannya yang tak
terlupakan adalah “Hanya sesuatu yang terukur yang bisa ditingkatkan”. Jadi,
ukurlah tulisan Anda
Jika Belum Yakin Memegang
Tiket ke Surga, Maka Menulislah
Tiket ke Surga, Maka Menulislah
Siapa yang tak kenal dengan Asma Nadia? Penulis produktif
ini akan segera menerbitkan bukunya yang ke-50. Serial Catatan Hati begitu menguras emosi dan
disukai, beberapa karyanya juga telah diangkat ke layar lebar. Karya fenomenal
terbarunya adalah Surga yang Tak Dirindukan yang mampu meraih lebih dari 1,5
juta penonton. Sebuah angka yang amat fantastis.
ini akan segera menerbitkan bukunya yang ke-50. Serial Catatan Hati begitu menguras emosi dan
disukai, beberapa karyanya juga telah diangkat ke layar lebar. Karya fenomenal
terbarunya adalah Surga yang Tak Dirindukan yang mampu meraih lebih dari 1,5
juta penonton. Sebuah angka yang amat fantastis.
Asma Nadia menceritakan tentang proses kreatif di balik
sebuah buku bahwa 1) bukan sekadar memiliki ide bagus saja, 2) buku lahir dari
keresahan sang penulis, 3) buku sebagai kebutuhan bukan bacaan/hiburan waktu
luang semata.
sebuah buku bahwa 1) bukan sekadar memiliki ide bagus saja, 2) buku lahir dari
keresahan sang penulis, 3) buku sebagai kebutuhan bukan bacaan/hiburan waktu
luang semata.
Menulis baginya adalah sebuah perjuangan. Menulis itu berjuang, menulis itu berbagi.
Contohnya, catatan hati seorang istri merupakan kumpulan kisah nyata yang ia
tuliskan dan mampu menginspirasi para pembaca.
Contohnya, catatan hati seorang istri merupakan kumpulan kisah nyata yang ia
tuliskan dan mampu menginspirasi para pembaca.
Mengapa menulis?
Asma Nadia menceritakan mengapa ia menulis. Yang pertama, ia
menulis untuk ibunya yang amat menyayangi dan mengasihinya. Yang kedua, ia
menulis untuk anak-anaknya, buku-bukunya akan terus menemani anak-anaknya dalam
perjalanan hidup mereka. Yang ketiga adalah jika belum yakin memegang tiket ke
surga maka menulislah. Setiap orang yang mendapat kebaikan dari tulisan kita,
maka kita akan mendapat kebaikan meski raga kita telah didekap tanah.
menulis untuk ibunya yang amat menyayangi dan mengasihinya. Yang kedua, ia
menulis untuk anak-anaknya, buku-bukunya akan terus menemani anak-anaknya dalam
perjalanan hidup mereka. Yang ketiga adalah jika belum yakin memegang tiket ke
surga maka menulislah. Setiap orang yang mendapat kebaikan dari tulisan kita,
maka kita akan mendapat kebaikan meski raga kita telah didekap tanah.
Kesamaan A. Fuadi,
Ippho Santosa dan Asma Nadia
Ippho Santosa dan Asma Nadia
Apa kesamaan di antara ketiga orang hebat tersebut?
Berdasarkan perjumpaan saya dengan mereka (saya sudah pernah mengikuti seminar
A. Fuadi tiga kali, Ippho Santosa 2 kali dan Asma Nadia 3 kali), berikut hal
yang saya pelajari :
Berdasarkan perjumpaan saya dengan mereka (saya sudah pernah mengikuti seminar
A. Fuadi tiga kali, Ippho Santosa 2 kali dan Asma Nadia 3 kali), berikut hal
yang saya pelajari :
1.
Mereka memiliki niat yang lurus
Mereka memiliki niat yang lurus
Ingatkah Anda tentang hadits arbain pertama bahwa seseorang akan
mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya?
mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya?
2.
Mereka bersungguh-sungguh dan mengupayakan
segala kemampuan terbaik
Mereka bersungguh-sungguh dan mengupayakan
segala kemampuan terbaik
Orang-orang melihat kisah sukses mereka, tetapi tidak semua orang
mengetahui perjuangan mereka. Mereka bersungguh-sungguh, gigih dan tidak mudah
menyerah. Cara berbicara mereka amat powerful
dan menginspirasi tentunya.
mengetahui perjuangan mereka. Mereka bersungguh-sungguh, gigih dan tidak mudah
menyerah. Cara berbicara mereka amat powerful
dan menginspirasi tentunya.
3.
Mereka tidak pelit untuk berbagi
Mereka tidak pelit untuk berbagi
A.
Fuadi mendirikan Komunitas 5 Menara, Ippho
Santosa menyedekahkan nominal yang amat besar dari penjualan 7 Keajaiban
Rezeki, sementara Asma Nadia telah mendirikan 170 rumah baca dari mimpinya
mendirikan 1.000 rumah baca. The more you
give, the more you get, right?
Fuadi mendirikan Komunitas 5 Menara, Ippho
Santosa menyedekahkan nominal yang amat besar dari penjualan 7 Keajaiban
Rezeki, sementara Asma Nadia telah mendirikan 170 rumah baca dari mimpinya
mendirikan 1.000 rumah baca. The more you
give, the more you get, right?
Jadi, siapa saja yang telah terinspirasi dari mereka?
19 Comments. Leave new
Mba, saya cuma pernah sama A. Fuadi aja, blum ippho dan asma nadia. Asik yaaaah. Bener bgt itu the more you give, the more you get…
Iya mba insya Allah demikian ya.. Makasih mba kunjungannya ^^
Kalo menurut saya, bestseller itu takdir. Hanya beberapa orang saja yg ditakdirkan jadi penulis best seller, karena banyak penulis yg sudah melakukan hal2 di atas tp bukunya tetap ga bestseller 🙂
Iya mba, semua ikhtiar bermuara pada garis takdir yang ditetapkan Allah hehe..
Cuma bunda Asma Nadia yang udah berapa kali ketemu. Pengen juga ketemu sama A. Fuadi sama Mas Ippo. Mereka bertiga emang hebat 🙂
Aku belum pernah ikut workshop atau seminar ketiganya Mon, baru pernah ikut workshop menulisnya Dewi Lestari. Kayaknya musti makin rajin ikut seminar ginian nih kalau mau nambah ilmu. Biasanya dapat info eventnya dari mana Mon?
Biasanya dr Twitter penulis mba 😉
Biasanya dr Twitter penulis mba 😉
Ah, I see. Aku kebetulan belum follow beliau2 ini 😀
Terima kasih Mbak untuk sharingnya ^^
Sama2 mba 😉
Sama2 mba 😉
Postingan yang membakar semangat. Kata teman saya yang bukunya best seller, selain memang isi yang bagus, mereka juga aktif promo … jadi ada usaha untuk menjual karya dengan cara yang tidak biasa. Wah,
Betul mba.. Misal Ippho Santosa sebelum menulis buku (masi menulis artikel d surat kabar) aktif menawarkan tulisan ke berbagai surat kabar di berbagai provinsi
Betul mba.. Misal Ippho Santosa sebelum menulis buku (masi menulis artikel d surat kabar) aktif menawarkan tulisan ke berbagai surat kabar di berbagai provinsi
Jadi termotivasi …
Bakat nulisnya kurang, makane blognya postingannya direktori, belajar nulis dulu 🙂
kalau kata Edison 1% bakat, 99% kerja keras mas hihi
kalau kata Edison 1% bakat, 99% kerja keras mas hihi