Apakah kamu pernah mendengar tentang investasi bodong dengan skema Ponzi?
Pernahkah kamu membayangkan sudah susah payah menabung lalu kamu menginvestasikan uang tabunganmu dengan harapan mendapatkan imbal hasil, eh malah zonk? Jangankan imbal hasil, uang yang diinvestasikan seperti menguap begitu saja.
Ibarat ingin untung tapi malah jadi buntung.
Jangan sampai kejadian di kamu, cukup saya saja yang merasakannya!
Kalau kamu ingat tentang kehebohan First Travel di tahun 2017 lalu, saya adalah salah satu korbannya. Kala itu, First Travel sempat menjadi perbincangan lantaran gagal memberangkatkan sekitar 58 ribu calon jama’ah. Uang jama’ah digelapkan oleh suami istri pemilik First Travel, Andika Surachman dan Annisa Hasibuan.
Hal tersebut sangat mengejutkan mengingat pada November 2014 First Travel pernah mendapatkan penghargaan MURI karena menyelenggarakan manasik yang diikuti 20 ribu calon jamaah di Gelora Bung Karno.
Bagaimana First Travel bisa mendapatkan puluhan ribu jama’ah? Promo umroh murah jawabannya. First Travel mengusung tagline “Harga Kaki Lima, Fasilitas Bintang Lima,”.
Dengan hanya membayar 14,3 juta rupiah saja, jama’ah bisa berangkat ke tanah suci. Padahal harga umroh yang lazim ditawarkan minimal sekitar 20 juta rupiah per orang.
Pengalaman Tertipu First Travel
Mungkin kamu pernah mendengar tentang First Travel, travel umrah sensasional pada masanya yang berujung pada penangkapan para pemiliknya lantaran penggelapan uang jama’ah.
Singkat cerita, saya termasuk salah satu dari puluhan ribu calon nasabah yang gagal berangkat. Sebanyak 42,9 juta rupiah sudah saya setorkan ke First Travel di tahun 2016 (disetor bertahap dari tahun 2015), berharap saya bisa umroh bersama ayah dan adik di tahun 2017.
Sudah gagal berangkat, uang hilang pula.
Mengapa saya bisa tertipu? Selain karena harga murah, saya percaya dengan First Travel karena Mama berangkat umroh dengan First Travel pada tahun 2014 (Mama waktu itu berangkat dengan Budhe, kakak Mama). Mama memberikan testimoni bahwa fasilitas yang diberikan bagus. Belum lagi, teman dekat Budhe ada yang sudah berkali-kali umroh menggunakan First Travel, tidak pernah bermasalah.
Kalau tidak ada pengalaman keluarga, tentu tidak semudah itu saya percaya.
Nah, mengapa Mama dan jamaah lainnya bisa berangkat? Singkatnya, selisih antara biaya umroh fasilitas bintang lima dengan biaya yang dibayarkan jamaah berangkat itu ditanggung oleh jama’ah yang gagal berangkat.
Misal, biaya umroh sesungguhnya 20 juta sementara jamaah berangkat membayar 14,3 juta. Ada selisih 5,7 juta yang ditanggung/dibayarkan oleh jamaah yang gagal berangkat.
Saya waktu itu sungguh naif mengira bahwa harga promo 14,3 juta itu bisa diperoleh karena ada imbal hasil atas pengelolaan dana yang disetorkan oleh jamaah. Misal diputar untuk usaha terlebih dahulu.
Nah, sederhananya. skema menggunakan uang orang yang bergabung di akhir (investor baru) untuk memfasilitasi (memberi keuntungan) orang yang bergabung di awal (investor lama) itulah yang disebut dengan penipuan dengan skema Ponzi.
Ciri-Ciri Penipuan Skema Ponzi, Penipuan Klasik yang Terus Berulang
Penipuan dengan skema Ponzi terjadi apabila investor lama memperoleh imbal hasil bukan dari keuntungan usaha tetapi dari uang yang disetor oleh investor baru. Skema Ponzi akan berakhir apabila sudah tidak ada lagi investor baru karena dengan demikian aliran uang akan berhenti.
Ambyar!
Dalam kasus saya misalnya. Saya ‘investor’ baru yang tidak dapat apa-apa karena sudah nyaris di penghujung First Travel. Sementara Mama saya ‘investor’ lama yang sempat menikmati hasilnya.
Kasus First Travel hanyalah salah satu kasus investasi bodong skema Ponzi dengan korban terbesar di Indonesia. Sejenis dengan First Travel, ada kasus Abu Tours, koperasi Pandawa, dan investasi MeMiles.
Boleh dibilang, penipuan dengan skema Ponzi ini sangat mudah dilakukan. Namun, terus saja korban berjatuhan.
Mengapa?
Bagaimana ciri investasi bodong skema Ponzi?
Photo by Michael Longmire via Unsplash |
Pertama, menjanjikan iming-iming tinggi. Investasi bodong berskema Ponzi pasti menawarkan imbal hasil (return) yang tinggi. Dalam kasus First Travel, hasil yang diperoleh ‘investor’ (calon jama’ah secara tidak langsung menjadi investor) berupa iming-iming umroh harga murah dengan fasilitas bintang lima.
Di lingkup pertemanan saya, ada salah seorang teman seangkatan yang disinyalir melakukan penipuan skema Ponzi dan berhasil menghimpun uang puluhan miliar rupiah pada kala itu, sekitar tahun 2014. Modus menarik investor yakni dengan menjanjikan imbal hasil 10% per bulan agar orang mau berinvestasi pada bisnis konveksinya. 10% per bulan artinya 120% per tahun. Sebagai gambaran, imbal hasil deposito rata-rata sekitar 6% per tahun (di jaman pandemi ini suku bunga deposito malah 3-4% per tahun), dsb.
Investasi menjanjikan imbal hasil tinggi apabila bunga atau imbal hasil yang ditawarkan mencapai >2% per bulan.
Iming-iming tinggi tentu saja diberikan untuk menarik minat investor. Ingat, skema Ponzi akan berakhir jika sudah tidak ada investor baru maka untuk menggaet korban baru diperlukan iming-iming hasil tinggi yang seringkali tidak masuk akal.
Kedua, menjanjikan pendapatan atau imbal hasil tetap atau tanpa risiko. Dalam investasi, risiko adalah sesuatu yang melekat. Artinya, tidak ada investasi yang tidak memiliki risiko. Kecuali investasi pada surat utang negara seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau sukuk yang dijamin oleh negara sehingga tidak ada risiko gagal bayar (amit-amit negaranya bangkrut yang mana kemungkinan itu sangat kecil). Investasi dengan pendapatan tetap lainnya misalnya reksadana pendapatan tetap yang diinvestasikan pada obligasi.
Selain investasi pada surat utang negara, reksadana pendapatan tetap, atau obligasi yang menjanjikan pembayaran kupon sejumlah tertentu setiap bulannya, klaim imbal hasil tetap pada sebuah investasi patut dipertanyakan.
Dalam kasus ‘teman’ saya, ia berjanji memberikan imbal hasil tetap 10% per bulan kepada investornya. Kira-kira apakah masuk akal?
Ketiga, investor sukar menarik investasi
Lagi-lagi, karena investasi bodong skema Ponzi bertumpu pada uang investor bukan hasil pengelolaan usaha, investor akan dipersulit dalam menarik dana investasinya.
Dalam kasus ‘teman’ saya, teman yang tertipu bukan tertipu pada kesempatan pertama melainkan kesempatan kedua.
Begini. Teman saya lainnya sudah menginvestasikan 30 juta untuk investasi dalam kurun waktu 3 bulan. Dijanjikan pengembalian tetap sebesar 10% setiap bulan selama tiga bulan tersebut. Sesuai, dalam tiga bulan ia memperoleh return 10% per bulan alias dari 30 juta yang diinvestasikan, ia sudah menerima 3 juta per bulan selama 3 bulan. Kemudian, ia pun hendak menarik uangnya dan ditawarkan untuk menginvestasikan lagi. Nah, baru di investasi yang kedua, uangnya tak kembali.
Mengapa ia investasi lagi? Karena ia tergiur imbal hasil tinggi dan instan yang dijanjikan. Selain itu, ia sudah ‘membuktikan’ pada investasi pertamanya. Padahal yang ia peroleh itu bukan imbal hasil melainkan uang dari investor baru.
Dalam kasus First Travel, saya merasa First Travel sudah memberikan ‘bukti’ yakni memberangkatkan Mama dan Budhe sehingga saya pun tertarik untuk ikut juga.
Tips Terhindar Investasi Bodong Skema Ponzi
Mengapa banyak orang yang terjebak dengan penipuan skema Ponzi? Seringkali karena tergiur janji manis imbal hasil tinggi dalam waktu singkat. Nah, bagaimana tips agar terhindar dari jebakan investasi bodong?
Pertama, miliki literasi keuangan yang baik
Salah satu investasi terbaik yang dapat kita lakukan adalah investasi otak alias memiliki literasi keuangan yang cukup sebelum memutuskan untuk investasi dana.
Photo by Kelly Sikkema via Unsplash |
Hal tersebut sangat penting agar kita memiliki bekal dalam berinvestasi sehingga tidak terjebak ke dalam investasi bodong. Dulu, saya akui naif dan abai ketika dulu tertipu First Travel, salah satu pelajaran yang sangat berharga dalam hidup.
Dengan literasi keuangan yang baik, misalnya, kita bisa tahu bahwa semakin tinggi risiko investasi, semakin besar hasil yang didapat. Selain itu, jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang alias jangan taruh seluruh aset yang kita miliki dalam satu tempat.
Kedua, bertindaklah sebagai investor yang rasional
Dalam kasus investasi, menjadi tidak logis apabila investasi menjanjikan imbal hasil yang tinggi dengan risiko yang rendah atau malah tanpa risiko sama sekali.
Investasi yang bisa memberikan imbal hasil terlalu tinggi juga tidak logis. Bandingkan dengan imbal hasil yang diberikan oleh deposito, obligasi, reksadana, dan sebagainya.
Jangan sampai greed atau ketamakan mengambilalih pikiran rasional.
Misal, teman saya yang sudah menikmati imbal hasil di atas. Andai dia tidak tamak pada waktu itu dan tidak menginvestasikan uangnya untuk kedua kalinya, ia tidak akan tertipu.
Ketiga, kritis terhadap investasi yang ditawarkan
Apa produk investasinya? Bagaimana cara investasi tersebut bisa memperoleh keuntungan? Berapa rata-rata keuntungan produk investasi pada sektor usahanya dan bagaimana perbandingannya? Ajukan pertanyaan-pertanyaan kritis sebelum memutuskan berinvestasi. Apabila pihak yang menawarimu investasi tidak bisa menjawab secara gamblang dan meyakinkan, maka investasi yang ditawarkannya pun patut dicurigai.
Keempat, cek di Otoritas Jasa Keuangan
Apabila investasi tersebut bukan investasi kepada usaha perorangan, cek di situs Otoritas Jasa Keuangan selaku institusi yang mengawasi sektor keuangan untuk meminimalkan risiko penipuan.
Sekali lagi, ingat bahwa mengumpulkan uang itu susah dan kehilangan uang karena investasi bodong itu sangat menyakitkan. Maka, kita harus sangat cermat dalam membelanjakan uang, terlebih investasi.
Investasi merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu bentuk perencanaan keuangan. Namun, tentu kita harus berhati-hati.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya!
21 Comments. Leave new
iya, Mon.. pelajaran yang sangat berharga, ya
Betul.. pelajaran berharga yang jangan sampai terulang lagi 🙁
Mantap informasinya mba. Semoga kita semua bisa lebih waspada terhadap investasi bodong. Soalnya makin banyak orang2 yg tertarik untuk investasi, tapi pengennya kan yang cepat untung ya. Padahal bisa bahaya juga kalau nggak mempelajari lebih dalam dulu..
Iya betul mba, kudu kritis klo masalah investasi hehe
Wah benar nih, Mbak. Jangan langsung tergiur dengan iming-iming yang sebenarnya nggak masuk akal. Aku selalu tanamkan ke mindset aku kalau yang high return high risk. Dan karena aku masih pemula, sekarang aku mau pilih yang aman-aman aja.
Iya betul mba, untuk pemula sebaiknya pilih investasi aman seperti logam mulia/surat utang negara/deposito/reksadana pendapatan tetap.
Nah, ini yang aku cari selama ini Mba!
Tau sendiri kan, belakangan ini banyaaaakk banget lembaga / institusi/ selebgram / akun medsos yang meng-glorifikasi term INVESTASI
padahal kita ga tau itu bagus apa engga
ilmu cethek juga ye kan
makasi mba
Iya bener mba. Banyak juga investasi yang tiba2 hype karena pompom selebgram sehingga bikin masyarakat awam ikut-ikutan 🙁
Padahal investasi itu butuh ilmu
Kadang saya juga termasuk yang tergiur nih mbak jika ada bentuk investasi yang hasilnya 2 atau 3 kali lipat. dulu pernah ditawari teman, cuma inves 200ribu bisa dapat 500rb. Tapi sya ragu akhirnya ga ikut deh, Lalu ga lama teman sya cerita kalau di invest yang ke4 uangnya dibawa lari
Iya mba, skema Ponzi itu gitu, ngejanjiin keuntungan gede.
Dan biasanya orang kena nggak di investasi pertama
Mbak yang Abu tours ini banyak banget yang kena nih salah satu taklimku yang ikutan hampir 70%, bener tahun-tahun sebelumnya yang berangkat baik-baik saja. Bahkan kantor cabangnya di Balikpapan keren banget nggak nyangka rasanya
Iya bener mba. Saya sempet percaya First Travel karena kantornya bagus banget. Eh tapi…
mba sedih banget bacanya ternyata kamu salah satu korbannya. aku lumayan mengikuti beritanya nih karena gemes sama pasangan suami istri tersebut kok yah bisa gitu menipu dg ibadah umroh ke orang banyak dan memperkaya diri sendiri.
temanku dikantor termasuk yang beruntung mba seperti orang tua mu dan saudara2nya masih bisa berangkat bersama first travel tapi dia testimoni, orang travelnya tidak menghandle dengan baik selama umroh berlansung.
semoga di indonesia tidak ada lagi yah yang tipu2 seperti ini.
Iya mba, orang nipu mah tega-tega aja sama orang yang mau ibadah juga 🙁
Aku pengen mengaminkan tapi kok kayaknya nggak mungkin karena skema Ponzi ini salah satu penipuan yang paling gampang dilakukan huhu
Ikut sedih Mbak ternyata jadi korban First Travel juga, semoga Allah menggantinya dengan berlipat ganda aamiin. Zaman sekarang memang makin banyak peluang bagi masyarakat awam untuk berinvestasi, saya juga tertarik mencoba namun masih ragu. Takut kena penipuan seperti ponzi ini.
Aamin, makasih doanya mas. Iya perlu cermat sebelum melakukan investasi terutama investasi yang menjanjikan return besar dalam waktu singkat
Innalillahi. Turut simpati atas kedukaan mbak ya.
InshaAllah rezeki yang hilang bisa segera kembali dan niat baik berangkat umroh sekeluarga juga tercapai.
Aamiin Robbul 'aalaamiin.
Janji dapat imbal yg lebih tinggi ini yg bikin bnyk org kepincut ya. Karena jujur aja pengennya ya untung, apalagi kalau untungnya dapat bnyk. Tapi ternyata hal ini perlu diwaspadai yaa.
Triknya berguna bgt mbak buat ku yg lg bljr lebih ttg literasi keuangan ini.
Hmm, ini yang pernah saya alami. Saya mendapatkan tawaran investasi skema ponzi ini dari teman pada tahun 2017. Namun, saat itu saya mempertanyakan jumlah keuntungan ynag tidak masuk akal tersebut dari mana? Mereka tidak bisa menjawabnya justru mengatakan kalau saya orang yang nggak mau diajak kaya. 3 tahun pertama, rekan-rekan yang ikut investasi ini memang memetik hasilnya. Tapi pada akhir tahun 2020, mulailah goyah hingga berujung penangkapan rekan saya tersebut.
Betul mba Lisa, memang tawaran investasi harus kita tanggapi dengan hati-hati sekali 🙁
Alhamdulillah mba Lisa terhindar dari perangkap investasi bodong tersebut
Ikut prihatin ttg uang yg ga bisa kembali dari first travel mba. Temenku pun jadi korban. Ga abis pikir yaaa, sesuatu yg agamis dimanfaatkan oleh sekelompok oknum utk menipu.
Aku kerja di bank belasan tahun. Dari situ aku banyak kenal dengan team2 di bidang investasi dan keuangan personal. Jadi punya mindset, ga ada satu investasipun yang punya return tinggi tapi riaknya kecil ATO zero. Bullshit banget kalo ada yg ngomong gitu.
Makanya pas aku ditawarin investasi dengan return 30% tp zero risk, aku langsung block aja orangnya. Udah ciri2 mau nipu ATO yg ditawarin pasti ponzi.
Aku sendiri tipe speculative dalam hal berinvestasi. Aku suka investasi yg mendapat return tinggi tapi juga high risk. Kayak saham. Tapi itu jelas dan bisa diperhitungkan. Perusahaannya ada. Lah kalo kayak Ponzi, kantornya aja ga jelas ada dimana :D.
Semoga yaa orang2 makin pintar dan teredukasi kalo ga ada investasi yg ngasih profit gede tanpa resiko. Ga usah didengerin deh kalo ada yg nawarin.