Buku The Danish Way of Parenting – Jika kebahagiaan bisa diukur, konon orang Denmark merupakan jawaranya. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis World Happiness Report yang menempatkan Denmark di peringkat pertama negara paling bahagia sedunia selama lebih dari empat puluh tahun.
Nah, apa rahasia orang Denmark menjadi orang paling bahagia? Rahasianya ada pada cara orang tua Denmark membesarkan anak mereka. Anak-anak yang bahagia membentuk negara yang makmur dengan tingkat kriminalitas dan korupsi yang rendah.
Terdapat filosofi orang Denmark di balik cara mereka membesarkan anak yang memberikan hasil cukup efektif menjadikan anak tangguh, memiliki emosi yang stabil. Anak yang bahagia menjelma menjadi orang dewasa yang tegas, memiliki emosi yang kokoh, dan mengulangi gaya pengasuhan tersebut.
Adalah Jessica Joelle Alexander seorang wanita warga negara Amerika Serikat yang menikah dengan Iben Dissin Sandahl laki-laki asal Denmark lalu menulis buku The Danish Way of Parenting. Buku setebal 180 halaman ini merupakan teori yang penulis susun berdasarkan 13 tahun pengalaman, riset, kajian, dan fakta tentang kebudayaan Denmark dalam kehidupan sehari-hari.
Ringkasan Buku The Danish Way of Parenting
Syukurnya, penulis telah menciptakan akronim yang mudah diingat tentang cara atau rahasia orang tua Denmark mengasuh anak. P-A-R-E-N-T dalam buku The Danish Way of Parenting.
Mari kita bedah satu-satu.
-
P untuk Play (Bermain)
Percaya atau tidak, bermain akan membentuk orang dewasa yang bahagia, mudah beradaptasi, dan tangguh. Bermain bukanlah bermain biola atau bermain bersama yang memiliki aktivitas yang sudah ditentukan oleh orang dewasa. Bermain adalah membiarkan anak dengan permainan mereka sendiri, bersama teman atau main sendiri, untuk bermain apapun yang menurut mereka menarik, selama yang mereka inginkan.
Penulis melontarkan satu pertanyaan yang menohok, “Apakah kita terlalu memprogram anak?”
Tentu, orang tua mana yang tak bangga jika anak belajar membaca dan bisa mengerjakan matematika pada usia lebih dini. Namun, apakah hal tersebut yang benar-benar dibutuhkan anak segera? Terlihat memiliki kesuksesan yang nampak oleh mata?
Solusinya, biarkan anak bermain bebas! Bermain bebas mengajarkan anak-anak untuk meredakan kecemasan dan membentuk ketangguhan.
Di Denmark, sejak tahun 1871 pasangan suami istri Niels dan Erna Juel-Hansen memunculkan pedagogi pertama berdasarkan teori pendidikan yang melibatkan kegiatan bermain. Hasil penelitian mereka menunjukkan bawa bermain sangat penting dalam perkembangan anak. Fakta di Denmark menunjukkan bahwa anak-anak Denmark tidak diperbolehkan sekolah sebelum berusia 7 tahun.
Jadi, biarkan anak bermain untuk membuat mereka kelak menjadi orang dewasa yang tangguh, bisa mengelola stres, dan mudah beradaptasi dalam segala aspek kehidupannya.
2. A untuk Autentisitas
Di Denmark, film-film sering kali memiliki ending yang menyedihkan. Contoh lainnya., dongeng asal Denmark yang ditulis Hans Christian Andersen juga memiliki akhir yang tidak bahagia seperti Putri Duyung kecil yang gagal mendapatkan pangeran malah menjadi buih lautan lantaran kesedihannya.
Orang Denmark merupakan orang yang realistis. Tragedi atau hal yang tidak mengenakkan merupakan bagian dari kehidupan kita. Bagi orang Denmark, kenyataan dimulai dengan sebuah pemahaman akan emosi kita sendiri.
Mengasuh anak secara natural adalah langkah pertama untuk membentuk anak-anak yang berani dan jujur kepada dirinya atau orang lain. Anak-anak dididik untuk jujur atas emosinya. Orang tua harus mencontohkan kejujuran kepada anak dan membiarkan mereka tahu bahwa tidak apa-apa merasakan semua emosi yang mereka miliki.
Contoh mengenai kejujuran adalah memberikan pujian yang sebenarnya kepada anak, alih-alih memberikan pujian yang berlebihan kepada anak.
Puji proses yang dilalui anak dan biarkan mereka memiliki pola pikir berkembang (growth mindset).
Berikut contohnya, “Kamu berlatih menari berkali-kali dan usaha yang kamu lakukan terlihat hari ini! Kamu menari dengan sangat baik!”
“Ibu sangat bangga padamu, bagaimana kamu berbagi camilan dengan adikmu. Ini membuat Ibu sangat senang melihatmu berbagi.”
Autenstisitas atau kejujuran akan membuat seseorang memiliki citra diri yang kuat. Cara orang tua memuji anaknya memiliki pengaruh mendalam terhadap ketangguhan anak.
3. R untuk Reframing
Reframing adalah bagaimana cara kita bisa melihat kebenaran dengan cara yang baru. Orang Denmark memiliki kemampuan untuk memaknai ulang situasi penuh tekanan. Ya, mereka memiliki apa yang disebut sebagai optimisme realistis yakni kemampuan untuk menyaring informasi negatif yang tidak perlu.
Contohnya, berikut berbagai tanggapan orang Denmark tentang cuaca yang dingin sekali dan hujan deras.
“Wah, untungnya saya sedang bekerja!”
“Untung saya tidak sedang liburan!”
“Tidak ada cuaca buruk, yang ada hanya pilihan pakaian yang buruk.”
Konon, manusia merasakan apa yang dipikirkan. Kemampuan memaknai ulang situasi negatif adalah ciri utama dari menjadi tangguh. Dengan memaknai ulang apa yang kita katakan menjadi lebih suportif dan tidak definitif, kita sesungguhnya mengubah cara dalam merasakan sesuatu.
Sebagai orang dewasa, orang tua lah yang membantu anak untuk mengubah fokus dari apa yang dia pikir tidak bisa untuk dilakukan menjadi apa yang bisa dia lakukan. Orang dewasa membantu anak melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.
Allan Holmgren, psikolog terkenal Denmark, percaya bahwa realitas kita diciptakan dalam bahasa yang kita gunakan.
Reframing bukan berarti mengabaikan suatu fakta negatif tetapi mencari sudut pandang baru untuk memaknai ulang.
Contohnya, ketika ada anak bercerita kalau bonekanya diambil.
“Mengapa temanmu mengambil bonekamu?”
“Karena dia nakal,”
“Kamu pikir dia nakal? Apa dia selalu nakal?”
“Iya,”
“Tapi, minggu kemarin kamu bilang pengen main terus sama dia, kan”
“Iya,”
“Apa dia nakal waktu itu?”
“Enggak,”
“Oke, jadi kadang-kadang dia baik?”
“Iya, kadang dia baik,”
4. E untuk Empati
Terdapat kepercayaan fundamental orang Denmark yang meyakini bahwa peduli pada kebahagiaan orang lain selalu penting untuk menciptakan kebahagiaan mereka sendiri. Salah satu pilar dalam cara Denmark untuk mengajarkan empati adalah dengan tidak menghakimi.
Orang tua memiliki tanggung jawab besar karena mereka merupakan contoh utama dari empati dan harus mempraktikkan menjadi empatik juga. Ingat bahwa anak merupakan peniru yang ulung.
Empati merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, menjadi pemimpin atau mencapai kesuksesan lainnya. Sesuatu yang harus diajarkan kepada anak sedari dini.
5. N untuk No Ultimatum
Orang Denmark memandang anak-anak itu pada hakikatnya baik. Jika anak melakukan sebuah tindakan buruk, maka yang buruk adalah tindakannya bukan anaknya. Selain itu, orang Denmark ingin anak memiliki respek tapi respek tersebut mestinya dua arah.
Bagaimana kita ingin dikenang sebagai orang tua? Orang tua yang memaksa atau demokratis?
Bahas permasalahan bersama dengan anak, libatkan anak, dan tawarkan jalan keluar. Cobalah untuk tetap selaras pada nilai-nilai yang kita yakini tanpa memukul atau membentak.
Berikan jalan keluar untuk anak-anak jika kita bisa. Anak-anak akan memiliki respek lebih kepada orang tua ketika mereka menemukan aturan untuk mereka sendiri.
1 Comment. Leave new
Menarik, poin no 2 tentang autensitas dan contoh tentang kisah putri duyung yang nggak happy ending. Mengajarkan bahwa nggak semua hal akan manis dan yang terpenting, cara kita meresponnya.