Seorang teman SMP yang dulu tak terlalu akrab mengirimkan pesan di Instagram. Katanya, atap dapurnya runtuh. Oleh karena itu, ia bermaksud meminjam uang sebanyak lima juta rupiah. Beberapa tahun sebelumnya, seorang teman SD mengirimkan pesan melalui Whatsapp guna meminjam tiga juta rupiah untuk operasi anaknya. Ia juga mengirimkan gambar seorang bayi terpasang selang di sekujur tubuh.
Keduanya memiliki kesamaan, orang-orang di masa lalu yang sudah bertahun-tahun tak pernah bertemu, tak pernah akrab di masa lalu, dan tiba-tiba meminjam uang. Apakah saya meminjamkan? Yang pertama tidak, yang kedua iya. Kala itu, saya merasa iba melihat foto sang bayi.
Sudah bisa ditebak, hingga lebih dari tujuh tahun berlalu sejak ia meminjam uang, utang itu tidak juga terbayar. Nomor saya diblokir.
Bertahun-tahun berurusan dengan utang piutang, kali ini saya ingin berbagi tujuh pelajaran hidup berharga yang saya dapatkan dari urusan meminjamkan uang :
Pertama, kalau ada orang dari masa lalu yang dulu nggak pernah akrab tiba-tiba menyapa, kemungkinan besar mau meminjam uang
Berdasarkan pengalaman, apabila ada orang datang dari masa lalu, entah teman sekolah atau kuliah, yang dulu sekadar kenal alias nggak pernah akrab,tiba-tiba menyapa maka dapat dipastikan antara dia menawarkan produk MLM atau meminjam uang.
Kalau dipikir-pikir dengan logis, orang menghubungi kita sebagaimana kita menghubungi orang lain karena ada keperluan. Lantas, apa keperluan orang di masa lalu yang dulu ketika masih sering bertemu saja nggak akrab tiba-tiba menyapa?
Boleh percaya boleh tidak. Namun, pengalaman saya mengatakan demikian.
Berbeda dengan orang yang dulu memang pernah akrab dengan kita, masih ada nilai silaturahim yang hendak dijalin.
Kedua, jika orang yang tak pernah akrab meminjam uang darimu, kemungkinan besar uang itu susah kembali
Ketika seseorang akrab denganmu, maka ia memiliki nilai persahabatan yang akan ia jaga denganmu. Ibarat kata, hubungan persahabatan tentu jauh lebih berharga dari uang. Meski, tentu saja, dalam beberapa kasus uang bisa merusak persahabatan bahkan persaudaraan.
Nah, bagaimana jika orang yang tak pernah akrab denganmu meminjam uang?
Tidak ada nilai persahabatan yang ia jaga karena memang tak pernah akrab. Alias ia cenderung tak merasa sungkan bila tak mengembalikan utang.
Ketiga, jika ada orang berutang padamu lalu ia meminjam lagi sebelum melunasi utang sebelumnya, kemungkinan besar ia susah membayar utangnya
Logikanya begini, jika untuk membayar utang sebelumnya tidak mampu, maka ia tidak mampu membayar utang selanjutnya. Beberapa kali saya mendapati orang yang masih memiliki utang kepada saya mencoba meminjam uang lagi. Tentu, permintaan ini saya tolak.
Keempat, belum tentu orang yang berutang itu orang yang hidup lebih susah darimu
Saya pernah mendapati dua orang yang berusaha meminjam uang dalam jumlah besar kepada saya : 20 juta dan 12 juta. Keduanya memiliki kesamaan, orang-orang yang sudah memiliki rumah dan mobil sendiri. Sementara saya masih kontrak rumah dan hanya memiliki motor beat.
Orang kedua bahkan terang-terangan mengaku jika ia hendak meminjam uang untuk membayar cicilan rumah dan mobil.
Kelima, catatlah piutang dan hadirkanlah saksi
Jika kamu memberikan pinjaman dalam jumlah yang menurutmu besar maka buatlah perjanjian hitam di atas putih dan sertai dengan tanda tangan saksi. Tentu, untuk meminimalisasi risiko uang tak kembali.
Perintah mencatat utang piutang ini ada di Al Qur’an juga lho dalam surat Al Baqarah ayat 282, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (Referensi : https://tafsirweb.com/1048-surat-al-baqarah-ayat-282.html)
Keenam, ingatlah jika menagih utang itu melelahkan dan bisa jadi orang yang diutangi itu lebih galak
Kamu pasti sudah pernah membaca kisah-kisah di media sosial tentang orang yang berutang lebih galak dari orang yang diutangi. Bahkan, terkadang orang yang meminjamkan uang seperti mengemis-ngemis uangnya sendiri,
Ya, menagih uang memang sangat melelahkan. Mulai dari melawan sungkan hingga menghadapi beraneka alasan. Belum jika sang pengutang menghilang tanpa kabar. Duar!
Ketujuh, lebih baik memberikan uang sejumlah yang kamu ikhlaskan dibanding meminjamkan uang
Jika ada orang meminjam uang sekian juta rupiah kepada saya, saya lebih baik memberinya sekian ratus ribu sejumlah yang saya ikhlaskan. Alasannya karena saya kapok memberikan pinjaman.
Pertama, belum tentu uang yang dipinjamkan akan kembali, entah dengan berbagai alasan. Kedua, saya tipe orang yang terlalu malas untuk mengalami drama penagihan piutang jadi lebih baik saya menghindarinya. Ketiga, utang piutang bisa membuat hubungan menjadi renggang jadi lebih baik saya tidak terlibat di dalamnya. Keempat, jika saya meminjamkan uang ke orang lain, saya pasti kepikiran kalau ada orang yang masih berutang ke saya, jadi demi pikiran yang lebih jernih lebih baik saya memberikan sejumlah uang yang nilainya bisa saya ikhlaskan.
Ya, urusan utang piutang memang sepelik itu, jadi lebih baik saya menghindarinya. Apakah saya pernah berutang? Pernah sekali ke teman yang sangat akrab, itu pun rasanya sungkan sekali meski saya membayar dengan tepat waktu dan dicicil hanya selama tiga bulan. Saya kapok berutang dan kapok memberi utang. Hidup rasa-rasanya lebih damai tanpa utang piutang.
Tulisan ini sama sekali nggak bermaksud untuk membuatmu tidak memberikan utang. Semata-mata untuk memberikan gambaran bahwa jika kamu memberikan pinjaman, kamu harus sangat siap dengan berbagai konsekuensi mulai dari utang tak dibayar, hubungan pertemanan renggang, drama penagihan, dan sebagainya.
Memang ada orang yang butuh dibantu tetapi ada juga orang yang lebih baik kita hindari demi kemaslahatan diri. Jika ada orang berutang, saya memilih melihat track record orang tersebut terkait uang, apakah ia orang yang kira-kira amanah selain tentu saja jumlah uang yang ia pinjam dan keperluannya.
Jadi, bijak-bijaklah dalam mengelola uangmu. Jangan sungkan menolak orang yang berutang, jika hal tersebut tidak membuatmu nyaman misal terkait nominal yang hendak dipinjam atau tentang track record si peminjam.
Lebih baik dibilang pelit dibanding membuat hidupmu sulit.
Bagaimana pendapatmu?
10 Comments. Leave new
Poin yang catat piutang dan hadirkan saksi itu memanh wajib banget, apalagi kalau jumlah uangnya gede. Pengalaman dari saudara jauhku, ada yang pakai asas keluarga dan saling percaya untuk hutang sebesar 500 juta. Akhirnya, yang berhutang mengelak, yang memberi hutang pun tak bisa berbuat banyak karena ga ada bukti.
Ya Allah, 500 juta banyak banget mba. Waduh mana mengelak lagi, semoga dibukakan pintu hati si pengutang hiks
Setuju banget sama tujuh poin di atas sebab beberapa pernah mengalami dan sisanya pernah melihat contoh kejadiannya di keluarga besar. Urusan utang ini emang ruwet bahkan urusannya bisa panjang, gak cuma di dunia aja, bisa kebawa sampai ke alam berikutnya. Semoga kita semua terhindar dari situasi tidak menyenangkan seperti itu, baik sebagai penghutang ataupun pemberi hutang.
Bener banget. Aamiin semoga terhindar dari urusan utang piutang, terutama sebagai pengutang
Dari sekian banyak piutang, alhamdulillah semua kembali dengan lancar, karena memang yang meminjam rata-rata teman terdekat, dan ada satu yang tak pernah kembali, ciri-cirinya seperti yang di deskripsikan Mbak Monika, orang yang ga terlalu dekat, hanya kenal saja. Jadi pelajaran banget untuk tidak meminjamkan uang lagi pada orang sembarangan
nah..setuju sekali dg poin2 pemikirannya, karena itu pula yg terjadi berdasarkan pengalaman saya. parahnya lagi..hutang piutang lbh sering jadi pemicu perpecahan hubungan, pertemsnan atau bahlan kekerabatan.
Berbicara mengenai utang, saya jadi teringat peristiwa beberapa tahun silam, teman saya mengembalikan uang sekitar 100an rb selama 2 tahun. Semenjak itu, saya enggak mau lagi meminjami, uang hal sensitif.
Aduh urusan utang piutang ini emang gampang gampang susah ya mbak
Kalau aku sekarang menghindari untuk memberikan hutang ke orang lain
Aku lelah sama drama utang piutang, haha
Ya ampun, tujuh catatan di atas so relate dengan kehidupan banyak orang.
Saya pribadi ya hampir mengalami semuanya dan sepakat banget dengan catatan ketujuh. Kalau pas ada, mending ikhlas dengan niat bantu. Jadi tidak terjadi episode di beberapa catatan lainnya.
Betul Sekali mBak Monic, mendeskripsikan hutang piutang, yang telah terjadi dan ada hitam di atas putih selanjutnya bagaimana, menempuh jalur penyelesaian yang baik tanpa friksi…….baragkali mBak Monik ada solusi