Sejak zaman Rasulullah SAW sampai dengan sekarang, satu Dinar selalu cukup untuk membeli satu ekor kambing. Ini membuktikan hanya Dinar, satu-satunya investasi (mata uang) yang terbukti anti inflasi!”
Sebelum mengulas lebih jauh mengenai Dinar, Endy J. Kurniawan mengawali buku ini dengan bab yang teramat menarik mengapa Muslim harus berpikir tentang Dinar : Ayo Jadi Muslim Kaya!. Kaya dalam arti denotatif (sesunggguhnya) bukan kaya dalam arti kiasan. Seorang Muslim yang kaya secara material dan immaterial tentu lebih memiliki kekuatan dan lebih mulia dibandingkan Muslim yang hanya sekadar kaya immaterial saja. Bukankah Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak boleh iri hati kecuali dalam dua macam : seorang yang diberi Allah ta’ala harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak (kebenaran) dan seorang yang diberi oleh Allah ta’ala ilmu dan ia pergunakan dan diajarkannya,” (HR Bukhari-Muslim)
Bab ini juga mendorong para pembaca untuk termotivasi untuk menjadi Muslim yang kaya (dan tentu saja kekayaan yang digunakan di jalan Allah). Rasulullah SAW dan para sahabat bukanlah orang yang miskin, melainkan orang-orang yang zuhud. Lebih jauh Endy mengungkapkan bahwa zuhud adalah meninggalkan dunia by choice, miskin adalah ditinggalkan oleh dunia. Menurut satu riwayat, Rasulullah SAW menyerahkan dua puluh unta ditambah dengan dua belas uqiyah (ons) emas sebagai mahar kepada Khadijah ra. Jumlah yang apabila dikonversikan dengan nilai saat ini setara dengan Rp 200.000.000,00 ditambah Rp 133.200.000,00 (berdasarkan hitungan penulis buku ini di tahun 2010).
Perjuangan di jalan Allah tak hanya membutuhkan iman tetapi juga harta benda, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Anfal (8):60 yang terjemahannya berbunyi : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu ) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya …” seperti halnya para sahabat Rasulullah SAW yang menggunakan kekayaannya sebagai alat perjuangan. Endy menutup bab ini dengan memaparkan bukti-bukti kejayaan ekonomi Islam bahkan saking sejahteranya masyarakat Islam pada zaman Umar bin Khattab, Mu’adz bin Jabal ra menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang miskin pun yang layak diberi zakat. Kelebihan utama buku ini, menurut opini saya, terletak pada isinya yang komprehensif dan sistematis. Diawali dengan pemberian dorongan kepada kaum Muslim agar kaya lahir dan batin seperti yang telah saya ceritakan di atas, dilanjutkan dengan bab yang membahas mengenai mitos dan fakta seputar sistem ekonomi kapitalis. Sistem yang disebut oleh Dr. Ahmad Riawan Amin, Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia sebagai satanic finance atau sistem keuangan setan yang memiliki tiga pilar yakni uang kertas (alih-alih digunakannya uang yang berbahan dasar emas atau perak), persyaratan cadangan minimum pada bank (fractional reserve requirement) dan sistem ekonomi ribawi dengan penggunaan interest (bunga bank).
Baru di bab ketiga, penulis melakukan pembahasan mendalam mengenai Dinar dan bagaimana Dinar memberikan solusi atas permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat dan bagaimana Dinar bekerja menyejahterakan masyarakat. Dinar yang dimaksudkan dalam buku ini adalah koin emas 22 karat dengan berat 4,25 gram yang memenuhi standar Internasional Dinar, bukan dinar yang dilabelkan pada mata uang negara tertentu. Dalam bab-bab selanjutnya dibahas lebih lanjut mengenai rahasia kekuatan Dinar emas, Dinar dan dirham sebagai solusi masa depan dan Dinar emas sebagai konsep ekonomi Islam untuk kesejahteraan. Keunggulan-keunggulan lain buku ini adalah selain memaparkan secara komprehensif dan sistematis, pembaca seperti diajak untuk menyelami ilmu ekonomi moneter melalui pemilihan kata sederhana dengan dilengkapi penjelasan yang mudah dicerna oleh orang awam ilmu ekonomi sekalipun. Misalnya dalam buku ini dijelaskan mengenai sejarah perubahan penggunaan mata uang kertas yang di-back up dengan emas hingga menjadi sistem mata uang (kurs) mengambang seperti yang berlaku saat ini. Selain itu penulis juga memberikan contoh-contoh perhitungan matematis aplikasi penggunaan Dinar untuk kehidupan masyarakat seperti penggunaan Dinar sebagai investasi, tabungan untuk menikah, tabungan naik haji, tabungan pensiun dan lain sebagainya. Endy juga membandingkan perhitungan matematis penggunaan Dinar tersebut dengan penggunaan tabungan serupa yang menggunakan mata uang kertas. Tak lupa buku ini juga dilengkapi dengan daftar FAQ (Frequently Asked Questions) yang mungkin selama ini ada di benak masyarakat tentang Dinar ataupun penggunaannya.
Tak kalah pentingnya, penulis menutup buku ini dengan pentingnya berzakat dan penegasan bahwa penggunaan Dinar sebagai awal penyelamatan kekayaan umat dari serangan sistem ekonomi kapitalis yang tujuan akhirnya tentu saja untuk mewujudkan ekonomi Islam yang memberikan kebaikan untuk semua pihak.
Dua kata yang mencerminkan buku ini : mencerdaskan dan mencerahkan. Buku yang layak untuk Anda koleksi 🙂