‘
Apakah Anda percaya bahwa manusia membuat nasib baik dan buruknya sendiri? Atau apakah Anda percaya bahwa ada manusia yang memiliki keberuntungan bagus (good fortune) sementara ada yang seringkali memiliki nasib sial?
Saya memiliki seorang teman, orang-orang memanggilnya ‘si bos’ lantaran ia terkenal memiliki tingkat hoki yang tinggi. Ia menyaksikan Piala Dunia 2014 di Brazil, menonton konser Rihanna di Paris, dan menjelajah berbagai negara di dunia secara cuma-cuma. Belum lagi, berbagai hadiah seperti laptop dan ponsel pintar spek tertinggi yang berhasil ia dapatkan.
Semua ia peroleh dari memenangkan kuis demi kuis yang diselenggarakan di media sosial. Contoh dari betapa beruntung ia adalah ia mendapatkan ponsel terbaru hanya dengan meninggalkan komentar di sebuah foto produk tertentu, menjadi satu yang terpilih dari sepuluh ribu komentar yang ada pada kolom komentar produk tersebut.
Bagaimana ia bisa selalu hoki? Saya menanyakan apa amalan rahasianya.
Dia tertawa.
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa keberuntungan terkait dengan hal-hal di luar kuasa manusia atau ada orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi ‘beruntung’. Namun, sebuah riset ilmiah berjudul “The Luck Factor” yang dilakukan oleh Richard J. Wiseman, seorang profesor di bidang psikologi pada Universitas Hertfordshire, selama sepuluh tahun menunjukkan bahwa orang menciptakan keberuntungan atau ketidakberuntungannya sendiri. Kabar menggembirakannya adalah manusia bisa meningkatkan tingkat kehokian dalam hidupnya.
Bagaimana menciptakan keberuntungan?
Lebih lanjut lagi, riset yang dilakukan oleh Profesor Wiseman menunjukkan bahwa orang-orang yang beruntung menghasilkan keberuntungan mereka sendiri melalui empat prinsip dasar.
Pertama, orang-orang yang beruntung cenderung pandai menyadari adanya kesempatan dan mampu memaksimalkannya. Orang yang beruntung cenderung lebih relaks dalam menjalani hidup dan terbuka terhadap pengalaman baru.
Kedua, orang-orang yang beruntung menciptakan keputusan yang mendatangkan keberuntungan dengan mendengarkan intuisi mereka. Mereka mengikuti firasat mereka dan melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan kemampuan intuisi, seperti refleksi diri dan meditasi.
Ketiga, orang-orang yang beruntung memiliki ekspektasi positif. Merekayakin bahwa masa depan akan dipenuhi oleh berbagai keberuntungan. Mereka melakukan upaya terbaik untuk mewujudkan keinginan dan mengharapkan interaksi yang positif dengan orang lain.
Keempat, orang-orang yang beruntung mampu mengubah ketidakberuntungan menjadi keberuntungan. Ketika terdapat hal buruk yang terjadi, orang-orang yang beruntung beranggapan bahwa mungkin saja hal yang lebih buruk bisa terjadi. Anggapan tersebut membuat mereka merasa lebih baik tentang diri dan hidup mereka sehingga menjaga ekspektasi positif tentang masa depan dan meningkatkan kemungkinan bahwa orang-orang tersebut terus beruntung di masa yang akan datang.
Temuan menarik lain tentang keberuntungan disampaikan oleh Alfred Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford. Ia menyatakan bahwa sebagian dari penentu kehidupan kita yang terpenting berasal dari situasi yang paling sepele. Anda tidak tahu kesempatan yang mungkin tercipta dari obrolan ringan dengan orang yang duduk di sebelah Anda, misalnya.
Profesor Wiseman menyimpulkan bahwa banyak dari keberuntungan atau ketidakberuntungan yang kita alami merupakan hasil dari pikiran dan sikap kita. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Louis Pasteur, seorang ilmuwan terkemuka Prancis,
Fortune favours the prepared mind
Jadi, sudah siapkah kita menjemput hoki? Apakah kita sudah melakukan cara menjadi orang yang hoki?
***
Bagaimana agar memiliki hubungan baik dengan orang lain secara sederhana? Bisa dibaca di Bagaimana Menambah Saldo Rekening Bank Emosi?
1 Comment. Leave new
Setujuu. Aku ada temen yg sering banget hoki juga mba. Sering menang kuis dan segala hadiah2… Dan kalo aku perhatiin ya, dia tipe yg juga selalu positif dalam hal apapun. Selalu ceria mau seperti apapun kondisinya, dan ga gampang putus asa. Mungkin itu jg kali yaaa yg bikin dia selalu beruntung