Penyebutan
‘The Deadliner’(sepertinya dalam bahsa Inggris tak ada istilah ini) mungkin merujuk pada seseorang yang suka menunda-nunda
untuk melakukan pekerjaan hingga detik-detik terakhir tenggat waktu atas suatu
hal. Contohnya, saya *tarik nafas panjang*, tercatat setidaknya tiga kali saya
mengumpulkan tulisan untuk diikutsertakan dalam lomba menulis hingga
detik-detik terakhir. Kalau deadline tanggal XX pukul 23.00 misalnya,
saya baru mengumpulkan pukul 22.00. Ditulis sejam sebelumnya. Padahal
jelas-jelas sudah tahu tentang lomba itu beberapa minggu sebelumnya. Pernah
bahkan ketika hendak membuat tulisan di menit-menit terakhir lalu ketiduran, gagal
deh. Contoh lain dari ‘The Deadliner’ adalah orang yang suka melakukan
SKS (Sistem Kebut Semalam) untuk ujian keesokan harinya. Beda-beda tipis dengan
‘The Deadliner’ adalah ‘The Procrastinator’ yakni orang yang suka
menunda-nunda melakukan suatu hal yang tidak ada atau tidak ia ketahui batas
waktu terakhirnya. Perbedaan di antara mereka adalah pada deadline. Persamaan
keduanya adalah mereka tidak bersegera.
‘The Deadliner’
untuk melakukan pekerjaan hingga detik-detik terakhir tenggat waktu atas suatu
hal. Contohnya, saya *tarik nafas panjang*, tercatat setidaknya tiga kali saya
mengumpulkan tulisan untuk diikutsertakan dalam lomba menulis hingga
detik-detik terakhir. Kalau deadline tanggal XX pukul 23.00 misalnya,
saya baru mengumpulkan pukul 22.00. Ditulis sejam sebelumnya. Padahal
jelas-jelas sudah tahu tentang lomba itu beberapa minggu sebelumnya. Pernah
bahkan ketika hendak membuat tulisan di menit-menit terakhir lalu ketiduran, gagal
deh. Contoh lain dari ‘The Deadliner’ adalah orang yang suka melakukan
SKS (Sistem Kebut Semalam) untuk ujian keesokan harinya. Beda-beda tipis dengan
‘The Deadliner’ adalah ‘The Procrastinator’ yakni orang yang suka
menunda-nunda melakukan suatu hal yang tidak ada atau tidak ia ketahui batas
waktu terakhirnya. Perbedaan di antara mereka adalah pada deadline. Persamaan
keduanya adalah mereka tidak bersegera.
Apa
kira-kira yang menyebabkan munculnya ‘The Deadliner’ atau ‘The Procrastinator’?
kira-kira yang menyebabkan munculnya ‘The Deadliner’ atau ‘The Procrastinator’?
1.
Malas
Malas
Jelas rasa malas yang
menyerang (dan tak diserang balik) adalah faktor terbesar dari kebiasaan
menunda-nunda.
menyerang (dan tak diserang balik) adalah faktor terbesar dari kebiasaan
menunda-nunda.
2.
Kurang kesadaran
Kurang kesadaran
Kurangnya kesadaran akan
betapa berharganya waktu. Akan terasa misalnya pada orang yang tertinggal kereta
yang melaju beberapa detik sebelumnya.
betapa berharganya waktu. Akan terasa misalnya pada orang yang tertinggal kereta
yang melaju beberapa detik sebelumnya.
3. Kurang motivasi
Motivasi dapat berasal
dari dalam dan luar diri seseorang. Motivasi terbesar berasal dari dalam diri.
Bisa jadi pekerjaan yang ditunda-tunda itu adalah pekerjaan yang tak
disukainya, tak dikuasainya atau dirasanya kurang penting.
dari dalam dan luar diri seseorang. Motivasi terbesar berasal dari dalam diri.
Bisa jadi pekerjaan yang ditunda-tunda itu adalah pekerjaan yang tak
disukainya, tak dikuasainya atau dirasanya kurang penting.
4. Sudah menjadi kebiasaan
Sekali menunda-nunda
seseorang akan memiliki kecenderungan melakukan hal yang sama di masa yang akan
datang. Lambat laun akan menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang susah
dihilangkan. Bisa jadi malah merasa aneh jika melakukan suatu hal saat belum
dekat dengan batas waktu akhir.
seseorang akan memiliki kecenderungan melakukan hal yang sama di masa yang akan
datang. Lambat laun akan menjelma menjadi sebuah kebiasaan yang susah
dihilangkan. Bisa jadi malah merasa aneh jika melakukan suatu hal saat belum
dekat dengan batas waktu akhir.
Padahal
tentu saja menunda-nunda suatu pekerjaan memiliki beberapa dampak negatif
seperti :
tentu saja menunda-nunda suatu pekerjaan memiliki beberapa dampak negatif
seperti :
1. Tak tenang dalam menyelesaikan pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan
dalam waktu singkat akan menyebabkan seseorang melakukannya secara terburu-buru
dan gelisah lantaran takut akan tak cukupnya waktu yang ia miliki.
dalam waktu singkat akan menyebabkan seseorang melakukannya secara terburu-buru
dan gelisah lantaran takut akan tak cukupnya waktu yang ia miliki.
2. Kurangnya persiapan dalam melakukan suatu pekerjaan
Seharusnya ia bisa
memulai melakukan suatu pekerjaan dari jauh-jauh hari tetapi ia memulainya
mepet dengan deadline. Alhasil ia hanya mempunyai waktu yang relatif
terbatas dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
memulai melakukan suatu pekerjaan dari jauh-jauh hari tetapi ia memulainya
mepet dengan deadline. Alhasil ia hanya mempunyai waktu yang relatif
terbatas dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
3. Tak mencapai hasil yang maksimal
Kalau saja persiapan yang
dilakukan lebih baik, lebih besar peluang akan memperoleh hasil yang lebih
memuaskan.
dilakukan lebih baik, lebih besar peluang akan memperoleh hasil yang lebih
memuaskan.
4. Menambah kemalasan lagi dan lagi
Sikap menunda-nunda salah
satuna disebabkan oleh rasa malas dan akan menghasilkan rasa malas yang
bertambah. Menumpuk dan menumpuk.
satuna disebabkan oleh rasa malas dan akan menghasilkan rasa malas yang
bertambah. Menumpuk dan menumpuk.
5. Risiko gagal terselesaikan tinggi
Pada saat waktu mepet
untuk melakukan sesuatu, tak menutup kemungkinan muncul hal-hal pengganggu di
waktu itu. Sudah SKS-an buat ujian keesokan harinya, sakit perut misalnya
sehingga gagal untuk belajar atau seperti yang saya ceritakan di atas, gagal
mengumpulkan tulisan lantaran ketiduran di menit-menit terakhir.
untuk melakukan sesuatu, tak menutup kemungkinan muncul hal-hal pengganggu di
waktu itu. Sudah SKS-an buat ujian keesokan harinya, sakit perut misalnya
sehingga gagal untuk belajar atau seperti yang saya ceritakan di atas, gagal
mengumpulkan tulisan lantaran ketiduran di menit-menit terakhir.
Nah, kalau sudah
menyadari hal-hal tak enak dari menunda-nunda, berikut tips-tips agar
menghilangkan kebiasaan menunda-nunda.
menyadari hal-hal tak enak dari menunda-nunda, berikut tips-tips agar
menghilangkan kebiasaan menunda-nunda.
1. Bayangkan dampak tak enaknya
Saya yakin sekali bahwa
orang yang memiliki kebiasaan menunda-nunda pasti pernah mengalami ‘kualat’
atau ‘ketanggor’ kalau orang Jawa bilang. Entah dalam bentuk ketiduran,
mendadak sakit perut atau hal lainnya. Bayangkan jika hal itu terjadi lagi,
tentu tak enak rasanya.
orang yang memiliki kebiasaan menunda-nunda pasti pernah mengalami ‘kualat’
atau ‘ketanggor’ kalau orang Jawa bilang. Entah dalam bentuk ketiduran,
mendadak sakit perut atau hal lainnya. Bayangkan jika hal itu terjadi lagi,
tentu tak enak rasanya.
2. Memulai adalah setengah dari menyelesaikan pekerjaan
Yakini dengan sepenuh
hati bahwa memulai suatu pekerjaan adalah setengah dari menyelesaikannya. Hal
yang terberat dari suatu pekerjaan tak dipungkiri adalah memulainya. Pokoknya
mulai dulu, entah nanti bagaimana prosesnya, mulai saja dengan tak lupa
mengucap bismillah.
hati bahwa memulai suatu pekerjaan adalah setengah dari menyelesaikannya. Hal
yang terberat dari suatu pekerjaan tak dipungkiri adalah memulainya. Pokoknya
mulai dulu, entah nanti bagaimana prosesnya, mulai saja dengan tak lupa
mengucap bismillah.
3. Buat target
Target membantu kita
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pokoknya harus selesai tanggak sekian,
beberapa hari sebelum deadline misalnya. Atau untuk menghilangkan banyak
alasan tak menulis, membuat 30-day writing challenge (iya ini adalah bagian
dari menghilangkan kebiasaan buruk menunda-nunda) misalnya. Hehe.
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pokoknya harus selesai tanggak sekian,
beberapa hari sebelum deadline misalnya. Atau untuk menghilangkan banyak
alasan tak menulis, membuat 30-day writing challenge (iya ini adalah bagian
dari menghilangkan kebiasaan buruk menunda-nunda) misalnya. Hehe.
4. Self-reward and self-punishment
Jika berhasil
menyelesaikan pekerjaan sebelum batas akhir berilah diri sendiri ‘reward’
atau memberi diri sendiri ‘punishment’ jika tak berhasil menyelesaikan
target. Sesuaikan dengan diri masing-masing tentu saja.
menyelesaikan pekerjaan sebelum batas akhir berilah diri sendiri ‘reward’
atau memberi diri sendiri ‘punishment’ jika tak berhasil menyelesaikan
target. Sesuaikan dengan diri masing-masing tentu saja.
5. Bayangkan besok tak ada waktu lagi
Ini agak ‘serem’ tapi
bayangkan waktumu tak tersisa banyak. Pasti akan cepat-cepat menyelesaikan hal-hal
yang harus diselesaikan.
bayangkan waktumu tak tersisa banyak. Pasti akan cepat-cepat menyelesaikan hal-hal
yang harus diselesaikan.
gambar dari sini |
Jangan
menunggu sore hari untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa dilakukan pada
pagi hari kata Nabi. Katakan ‘tidak’ untuk menunda-nunda. Lepas label ‘The
Deadliner’ atau ‘The Procrastinator’. Yeah. Mari-mari 🙂
menunggu sore hari untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa dilakukan pada
pagi hari kata Nabi. Katakan ‘tidak’ untuk menunda-nunda. Lepas label ‘The
Deadliner’ atau ‘The Procrastinator’. Yeah. Mari-mari 🙂
Bersegeralah,
duhai diri…
duhai diri…
Karena
kebaikan terkadang harus dipaksakan..
kebaikan terkadang harus dipaksakan..
—
Tulisan
terakhir dari 30-day writing challenge. Bisa juga jika memaksakan diri. Hehehe.
terakhir dari 30-day writing challenge. Bisa juga jika memaksakan diri. Hehehe.
*Reflesi sekaligus nasihat untuk diri sendiri* 🙂
6 Comments. Leave new
like this, Mon..
dari awal sampai akhir..sebagian besar, An mengikuti jejak semangat menulismu ^___^
semoga tak berhenti s/d di sini aja, yaa
Aku juga pernah terjebak dengan sikap menunda-nunda. Dan pada akhirnya dihadapkan dengan kejadian yang alhamdulillah mengubah sedikit demi sedikit kebiasaan itu.. Sungguh, menunda-nunda kan menyeret kita dalam kerugian..
Boleh nih tipsnya.
Kadang aku suka kepengen ngerjainnya duluan, tapi ide kadang baru datang menjelang deadline hehe 😀
tapi kak, entah kenapa kalo mepet waktunya selalu lebih bersemangat hehe, selalu ada dorongan dari 'the power of kepepet' hehehe
Ini yang nulis mantan (semoga) deadliner.. semangat semuahhh 😀
Jadi inget waktu kuliah. Sering dimarahin ma dosen killer gara-gara telat nyerahin tugas. "Kalian ini kenapa suka mengulur2 tugas. Mending kalau kualitasnya lebih bagus. Semakin mengulur waktu, ternyata hasil tugas kalian sama-sama memprihatinkan." Begitu ujar bu dosen. Ternyata banyak yg mengamini perkataannya ini, termasuk adik saya 🙂