Apa cita-citamu saat kecil?
Sewaktu kecil setiap ditanya mengenai cita-cita, saya
bingung menjawabnya. Saya belum terpikir untuk menjadi apa saat besar nanti.
Sempat latah bercita-cita menjadi seorang dokter seperti kebanyakan teman tetapi
menyadari bahwa saya tak tahan melihat darah, luka dan semacamnya. Gagal. Hidup
mengalir saja hingga SMA. Belum terpikir menjadi apa, yang penting sekolah
dulu. Hihi. Hingga pada SMA kelas XII baru menyadari bahwa pokoknya saya tak
mau berhubungan dengan ilmu alam. Titik. Cita-cita saya maju satu langkah.
Saya mau berkecimpung di ilmu sosial, entah apa itu bentuknya.
bingung menjawabnya. Saya belum terpikir untuk menjadi apa saat besar nanti.
Sempat latah bercita-cita menjadi seorang dokter seperti kebanyakan teman tetapi
menyadari bahwa saya tak tahan melihat darah, luka dan semacamnya. Gagal. Hidup
mengalir saja hingga SMA. Belum terpikir menjadi apa, yang penting sekolah
dulu. Hihi. Hingga pada SMA kelas XII baru menyadari bahwa pokoknya saya tak
mau berhubungan dengan ilmu alam. Titik. Cita-cita saya maju satu langkah.
Saya mau berkecimpung di ilmu sosial, entah apa itu bentuknya.
Singkat kata, akhirnya saya berkuliah di STAN (yang tak ada
ilmu alamnya sama sekali tentu saja hoho), di sana saya menemukan passion
yang selama ini saya cari-cari dan belum menemukannya : mengajar.
Berbagi ilmu bahasa Inggris dengan siswa-siswa yang berjuang untuk lulus tes masuk
kampus STAN. Ya,mengajar bimbel. Belum pernah saya merasakan semangat dan
gairah yang meletup-letup seperti pada saat saya mengajar. Saya menunggu-nunggu
jam mengajar, setelah mengajar saya mempersiapkan bahan untuk diajarkan keesokan
harinya, membuat ringkasan materi untuk adik-adik yang saya ajar, hingga mencarikan
jalan pintas agar siswa cepat paham dan melebihkan jam mengajar tanpa diminta.
Sungguh mengajar membuat hidup saya lebih hidup. Binar mata murid-murid saat
mereka paham apa yang saya ajarkan rasanya luar biasa. Kepuasan yang tiada
terukur. Saya merasa berguna…
ilmu alamnya sama sekali tentu saja hoho), di sana saya menemukan passion
yang selama ini saya cari-cari dan belum menemukannya : mengajar.
Berbagi ilmu bahasa Inggris dengan siswa-siswa yang berjuang untuk lulus tes masuk
kampus STAN. Ya,mengajar bimbel. Belum pernah saya merasakan semangat dan
gairah yang meletup-letup seperti pada saat saya mengajar. Saya menunggu-nunggu
jam mengajar, setelah mengajar saya mempersiapkan bahan untuk diajarkan keesokan
harinya, membuat ringkasan materi untuk adik-adik yang saya ajar, hingga mencarikan
jalan pintas agar siswa cepat paham dan melebihkan jam mengajar tanpa diminta.
Sungguh mengajar membuat hidup saya lebih hidup. Binar mata murid-murid saat
mereka paham apa yang saya ajarkan rasanya luar biasa. Kepuasan yang tiada
terukur. Saya merasa berguna…
Saat pengumuman instansi kerja saya sangat berharap bisa
bekerja di BPPK (Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan) lalu ditempatkan di
kampus STAN dan mendaftar menjadi widyaiswara (dosen). Atmosfer dunia
ajar-mengajar membuat saya merasa amat nyaman. Ketentuan Yang Di atas,
keinginan itu tak terkabul. Saya bekerja di tempat yang tak bersinggungan
dengan dunia pendidikan. Tak mengapa.
bekerja di BPPK (Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan) lalu ditempatkan di
kampus STAN dan mendaftar menjadi widyaiswara (dosen). Atmosfer dunia
ajar-mengajar membuat saya merasa amat nyaman. Ketentuan Yang Di atas,
keinginan itu tak terkabul. Saya bekerja di tempat yang tak bersinggungan
dengan dunia pendidikan. Tak mengapa.
Mengajar dan belajar adalah satu paket yang tak terpisah. Meningkatkan
satu sama lain. Ya, apa yang mau diajarkan kalau tak ada yang dipelajari
sebelumnya. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban. Ulama zaman dahulu
melintasi batas negeri demi mempelajari satu buah hadits, zaman sekarang yang
mana segala fasilitas dan kemudahan belajar di depan mata seharusnya membuat
pencarian ilmu menjadi jauh lebih bersemangat. Seluruh waktu, biaya dan pikiran
yang tercurah bukanlah sebagai sebuah ‘biaya’ melainkan ‘investasi’, di dunia
maupun di akhirat.
satu sama lain. Ya, apa yang mau diajarkan kalau tak ada yang dipelajari
sebelumnya. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban. Ulama zaman dahulu
melintasi batas negeri demi mempelajari satu buah hadits, zaman sekarang yang
mana segala fasilitas dan kemudahan belajar di depan mata seharusnya membuat
pencarian ilmu menjadi jauh lebih bersemangat. Seluruh waktu, biaya dan pikiran
yang tercurah bukanlah sebagai sebuah ‘biaya’ melainkan ‘investasi’, di dunia
maupun di akhirat.
Salah satu keinginan terbesar saya dalam hidup adalah
membuat sekolah untuk anak yang kurang beruntung. Mengajarkan macam-macam,
mulai ilmu dasar Aqidah, Fiqih hingga Bahasa Arab, Mandarin dan beraneka
keterampilan.Saya membayangkan berada di depan kelas, memegang spidol atau
berada di taman yang rindang menggenggam cangkul, mengajarkan ilmu bercocok
tanam. Ah, mimpi untuk sepuluh hingga lima belas tahun lagi. Dengan izin Allah
tentunya.
membuat sekolah untuk anak yang kurang beruntung. Mengajarkan macam-macam,
mulai ilmu dasar Aqidah, Fiqih hingga Bahasa Arab, Mandarin dan beraneka
keterampilan.Saya membayangkan berada di depan kelas, memegang spidol atau
berada di taman yang rindang menggenggam cangkul, mengajarkan ilmu bercocok
tanam. Ah, mimpi untuk sepuluh hingga lima belas tahun lagi. Dengan izin Allah
tentunya.
Saya juga tak sabar mengajarkan beraneka rupa ilmu untuk
anak saya nanti(walaupun saya masih belum tahu siapa ayahnya hehe). Ilmu-ilmu
yang harus saya pelajari dari sekarang. Ibu adalah sekolah pertama bagi
anak-anaknya. Ia membentuk pondasi dasar sang anak. Karenanya ia harus pandai,
paham ilmu agama nomor satu dan ilmu kehidupan setelahnya.
anak saya nanti
yang harus saya pelajari dari sekarang. Ibu adalah sekolah pertama bagi
anak-anaknya. Ia membentuk pondasi dasar sang anak. Karenanya ia harus pandai,
paham ilmu agama nomor satu dan ilmu kehidupan setelahnya.
Doakan saya dapat menjadi pengajar yang baik untuk
anak-anak saya nanti dan mendirikan sekolah yang diidam-idamkan. Saya terlambat
sadar bahwa dunia pendidikan adalah passion saya, sesuatu yang membuat
hidup ini lebih hidup tetapi insya Allah, saya akan berada di jalan ini… Mungkin
kini, mungkin suatu hari nanti…
anak-anak saya nanti dan mendirikan sekolah yang diidam-idamkan. Saya terlambat
sadar bahwa dunia pendidikan adalah passion saya, sesuatu yang membuat
hidup ini lebih hidup tetapi insya Allah, saya akan berada di jalan ini… Mungkin
kini, mungkin suatu hari nanti…
Karena salah satu pahala yang terus mengalir adalah ilmu
yang bermanfaat….
yang bermanfaat….
—-
Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes giveaway yang diadakan oleh Mbak Awal (pemilik blog Khansa with Passion) 🙂
7 Comments. Leave new
insyaallah dirimu udah menempati space khusus dalam permintaaku kepada-Nya.. jaga terus passion nya, saat usaha keras, tawakkal dan kesabaran saling mendukung maka rencana indah telah dipersiapkan Allah..
tunggu pengumumannya ya..;)
semangat!
moga menang kontesnya yah 🙂
Subhanallah… cita2 yang mulia banget sis..:)
ikut mendoakan mba Monika, semangaatt ya mba ^__^
Semangat, mba…
Semoga menang kontes, semoga cita-cita terwujud.. 🙂
butuh ketekunan dan kesabaran untuk meraih itu… 🙂
aha…, dunia pendidikan…. sungguh aku juga suka…
semoga terkabul apa yang dicita-citakan ya mbak….
semoga sukses pula ngontesnya….
kunjungan gan .,.
Menjaga kepercayaan orang lain lebih penting daripada membangunnya.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.